signifikan. Perilaku pembelian ini lazim terjadi pada produk mahal, jarang dibeli, berisiko dan sangat mengekspresikan diri seperti mobil, rumah dan
jam tangan.
Perilaku Pembelian Pengurang Ketidaknyamanan
Perilaku pembelian ini terjadi jika keterlibatan konsumen terhadap produk tinggi, tetapi perbedaan antarmerek tidak signifikan. Konsumen menganggap
pembelian tersebut mahal dan berisiko, tetapi mereka tidak menyadari adanya perbedaan antarmerek yang tersedia. Contoh produknya adalah karpet dan
pipa.
Perilaku Pembelian Berdasarkan Kebiasaan
Banyak produk dibeli dengan keterlibatan konsumen rendah dan perbedaan antarmerek tidak signifikan. Dalam situasi seperti ini, konsumen cenderung
memilih merek yang dikenalnya. Konsumen membeli produk dengan merek yang sama berulang-ulang karena kebiasaan, bukan karena loyal. Perilaku
pembelian ini terjadi pada produk-produk yang murah dan sering dibeli seperti gula, garam dan air mineral.
Perilaku Pembelian Pencari Variasi
Perilaku pembelian ini ditandai oleh rendahnya keterlibatan konsumen terhadap produk, namun perbedaan antarmerek cukup sigifikan. Konsumen
membeli suatu produk atau merek tanpa banyak melakukan evaluasi dan membeli merek yang berbeda pada kesempatan pembelian berikutnya.
Peralihan merek tersebut bukan karena konsumen tidak puas, melainkan ingin mencari variasi.
2.6. Merek
Definisi merek menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2001 adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Disebutkan pula
bahwa merek merupakan ‘suatu tanda pembeda’ atas barang atau jasa bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka
merek dalam satu klasifikasi barangjasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dan lainnya baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya.
6
Merek memang dibuat untuk memudahkan konsumen melakukan identifikasi produk dan evaluasi alternatif. Namun, bisa saja terjadi konsumen
tidak terlalu menyadari adanya perbedaan tersebut. Atau dengan kata lain perbedaannya tidak terlalu signifikan. Besar kecilnya perbedaan antar merek
ini mempengaruhi perilaku konsumen. Perbedaan merek yang signifikan cenderung membuat konsumen untuk lebih banyak mencari informasi untuk
mendapat keputusan terbaik. Konsumen akan melakukan perbandingan kelebihan dan kekurangan antara merek yang satu dengan merek yang lain.
Sebaliknya, perbedaan yang tidak terlalu signifikan cenderung membuat konsumen tidak terlalu berpikir panjang dalam mengambil keputusan
pembelian.
2.7. Persepsi Kualitas Perceived Quality
Salah satu hal yang mempengaruhi seorang konsumen dalam mengambil keputusan adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk
atau perceived quality. Persepsi kualitas berbeda dengan kualitas itu sendiri. Aaker dalam Simamora 2003 menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah
kualitas produk menurut pemikiran subjektif konsumen. Schiffman dan Kanuk 2000 mengemukakan bahwa konsumen sering
menilai kualitas produk dan jasa berdasarkan petunjuk-petunjuk yang memberikan informasi berhubungan dengan produk dan jasa tersebut, baik
petunjuk intrinsik maupun ekstrinsik. Petunjuk intrinsik berkaitan dengan karakteristik fisik produk itu sendiri, seperti ukuran, warna, rasa dan aroma.
Sedangkan contoh petunjuk ekstrinsik adalah kemasan dan harga. Cleland dan Bruno dalam Simamora 2002 memberikan tiga prinsip
tentang perceived quality, yakni: 1.
Kualitas bersumber pada aspek produk dan bukan produk atau seluruh kebutuhan bukan harga nonprice needs yang dicari konsumen untuk
memuaskan kebutuhannya. Mereka mengukur kualitas dari banyaknya atribut.
6
http:idkm.dprin.go.idindex.php?op=multiwebid=hakibox=1show=5
2. Kualitas ada kalau bisa masuk dalam persepsi konsumen.
3. Perceived quality diukur secara relatif terhadap pesaing.
2.8. Keterlibatan