Aplikasi Teknologi Irigasi HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Tabel 26. Kebutuhan irigasi, tanggal tanam 20 Pebruari 2006 afdeling Bokor Fase penologi Instalasi Vegetatif Pembungaan Pembentukan Hasil Pemasakan Waktu hari 35 40 25 25 10 Irigasi mm 0.00 0.00 31.31 47.02 15.76 ETo mm 133.60 138.10 77.00 72.90 28.40 ETc mm 54.99 135.30 87.81 76.50 19.21 ETR mm 54.72 127.09 80.86 69.87 81.35 Penurunan hasil 0.02 1.21 8.70 6.50 16.27 Irigasi yang dapat diberikan selama 25 hari pada fase pembungaan tersebut adalah sebesar 1,25 mmhari. Dengan memberikan irigasi sebesar 1,25 mmhari 50 dari total kebutuhannya persentase penurunan hasilnya akan menjadi 8,70 . Akan tetapi, jika irigasi hanya diberikan pada fase pembungaan saja dan pada fase berikutnya hanya mengandalkan curah hujan, maka pada fase pembentukkan hasil akan mengalami kekurangan air yang ditunjukkan dengan persentase penurunan hasil sebesar 57,31 . Oleh karena itu, pada fase pembentukkan hasil pun perlu diberikan air irigasi sebesar 1,88 mmhari 75 dari total kebutuhannya, sehingga persentase penurunan hasilnya menjadi dibawah 20 , yaitu menjadi sebesar 6,50 . Pada fase pemasakkan, jika hanya mengandalkan curah hujan yang ada dan tidak diberikan irigasi maka pada fase tersebut mungkin akan mengalami kekurangan air yang ditunjukkan dengan besarnya persentase penurunan hasil sebesar 20,00 , walaupun pada fase-fase sebelumnya diberikan tambahan irigasi. Untuk mengurangi persentase tersebut dapat diberikan irigasi sebesar 1,58 mmhari 25 dari total kebutuhannya sehingga persentase penurunan hasilnya menjadi 16,27 .

D. Aplikasi Teknologi Irigasi

Dalam memilih sistem irigasi perlu diperhatikan beberapa hal, karena tidak semua sistem irigasi dapat diterapkan pada semua jenis lahan. Hakim et al, 1986 mengatakan, dalam memilih lahan yang sesuai untuk irigasi, penelitian mendalam harus dilakukan terhadap tanah. Permukaan tanah harus rata karena jika harus dilakukan perataan leveling, biayanya sangat tinggi. Lereng yang seragam dengan kemiringan 10 hingga 20 kaki setiap mil dapat dipergunakan, meskipun lereng yang lebih tajam juga dapat dipergunakan. Lahan yang teriris oleh lembah-lembah yang curam sebaiknya dihindarkan. Areal perkebunan jarak pagar yang berada di PT. Condong Garut mempunyai kontur yang tidak beraturan. Dengan memanfaatkan tanggal tanam terbaik berdasarkan hasil simulasi, tanaman jarak tidak akan mengalami penurunan hasil yang sangat besar jika ditanam pada periode-periode tanggal masa tanam terbaiknya. Hal tersebut dikarenakan sudah dapat terpenuhinya kebutuhan air tanaman jarak dari curah hujan yang ada pada periode tanggal masa tanam terbaiknya. Namun, guna menekan resiko kemungkinan penurunan hasil dapat pula diberikan tambahan air irigasi. Irigasi dapat diberikan pada saat tidak terjadi hujan atau tanaman mengalami kekurangan air. Kekurangan air tersebut tidak terjadi pada setiap fase, namun hanya terjadi pada fase-fase tertentu saja. Pengairan irigasi pada jarak pagar cukup penting diperhatikan terutama pada masa umur dua tahun pertama Prana, 2006. Menurut Nurcholis 2007, pengiran dibutuhkan tanaman jarak saat musim kemarau. Irigasi tidak dibutuhkan sepanjang waktu oleh tanaman jarak, tergantung pada pengaruh iklim dan kondisi tanaman untuk setiap tanggal tanamnya. Aplikasi teknologi yang akan digunakan tergantung dari efisiensi air yang ada dari hasil perhitungan. Biasanya irigasi yang cocok untuk kondisi lahan perkebunan seperti di daerah perkebunan PT. Condong adalah sistem irigasi tetes. Akan tetapi, sistem irigasi tersebut sulit diterapkan mengingat tingginya biaya operasional untuk menerapkan sistem irigasi tersebut. Dibandingkan dengan irigasi tetes, irigasi permukaan adalah irigasi dengan biaya yang cukup murah untuk dilakukan. Akan tetapi, irigasi permukaan kurang cocok untuk diterapkan pada irigasi tanaman jarak, karena dapat terjadi penggenangan disekitar tanaman jarak. Menurut Nurcholis 2007, pengairan tidak boleh dilakukan dengan cara penggenangan, karena dapat menyebabkan akar membusuk. Ditambahkannya pula, irigasi yang lebih aman digunakan adalah dengan menggunakan metode springkler irrigation irigasi curah atau irigasi siraman Irigasi curah adalah metode penggunaan air terhadap permukaan tanah dalam bentuk percikan seperti hujan Hansen et al., 1999. Menurut Hakim et al., 1986, dengan irigasi curah, banyaknya air yang ditambahkan dapat dengan mudah dikontrol dan disamping itu alat-alatnya dapat disetel secara otomatis. Irigasi yang digunakan sebaiknya dengan menggunakan alat yang dapat dipindah-pindah, karena irigasi yang diperlukan tidak setiap saat sehingga alat dapat digunakan pada lokasi lain yang membutuhkan tambahan irigasi. Selain itu, sistem pemberian air untuk tanaman jarak dapat pula cukup diberikan dengan cara menyemprotkan air melalui selang untuk tanaman dalam masa pembibitan tanaman muda. Untuk tanaman yang sudah ditanam di lapang tanaman yang lebih relatif tahan kering tidak diberikan irigasi melainkan hanya dengan mengandalkan air yang berasal dari curah hujan. Jumlah air irigasi yang akan diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, baik dalam jumlah volume ataupun waktu pemberiannya. Volume dan interval irigasi hasil simulasi WARM ditentukan dengan menggunakan batasan sebagai berikut : 1 Irigsi diberikan pada saat tidak terjadi hujan. 2 Irigasi diberikan pada saat transpirasi actual tanaman lebih rendah dari potensinya sehingga mengakibatkan potensi kehilangan hasil melebihi batas toleransi 5 – 20 .

E. Produksi Jarak di Perkebunan PT. Condong Garut