Teknologi irigasi TINJAUAN PUSTAKA

Ky adalah faktor yang mendeskripsikan penurunan produksi relatif sehubungan dengan penurunan ETc yang diakibatkan oleh kondisi defisit air. Nilai Ky untuk setiap tanaman adalah berbeda dan bervariasi selama masa pertumbuhannya. Pada umumnya penurunan produksi akibat defisit air selama fase vegetatif dan pemasakan relatif kecil, sementara itu selama fase pembungaan dan pembentukan hasil nilai Ky lebih besar.

D. Teknologi irigasi

Irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan bangunan berupa jaringan irigasi Pusposutardjo, 2001. Menurut Agus et al., 2002, dampak positif penerapan irigasi adalah dapat diintensifkannya produksi pangan dan tanaman lainnya pada lahan dengan kondisi lahan yang memungkinkan. Ditambahkan pula oleh Pusposutardjo 2001, irigasi mempunyai tujuan : 1 Menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi kekeringan jangka pendek. 2 Mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman. 3 Mengurangi bahaya kekeringan. 4 Mencuci atau melarutkan garam dalam tanah. 5 Mengurangi bahaya penimpaan tanah. 6 Melunakkan lapisan olah dan gumpalan tanah. 7 Menunda pertunasan dengan cara pendinginan lewat evaporasi. Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lahan dan bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan bawah Hakim et al, 1986. Metoda pemberian air irigasi dapat dikelompokkan kedalam a irigasi permukaan, b irigasi lapisan bawah permukaan, c sprinkler dan d drip atau trickle. Irigasi permukaan mengalirkan airnya melalui saluran kedalam lahan yang dibatasi oleh galengan, baik secara merata menggenangi permukaan atau melalui selokan-selokan diantara guludan. Penggenangan ke seluruh permukaan lahan umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan sejenisnya, sedangkan irigasi selokan furrow umumnya untuk tanaman yang ditanam berlarikan dalam guludan seperti kentang, gula bit, ketela rambat, jagung, tanaman buah-buahan dan sejenisnya. Saluran utama biasanya memotong di tengah-tengah lahan pertanian, sedangkan untuk memasukkan air ke petakan dapat dilakukan dengan pintu air untuk cara penggenangan atau melalui tabung siphon untuk irigasi selokan. Irigasi lapisan bawah merupakan cara pemberian air irigasi melalui pergerakan air ke atas dalam profil tanah dari aliran air yang berbeda beberapa puluh centimeter di bawah permukaan tanah. Irigasi curah sangat sesuai bagi daerah yang tanahnya mempunyai laju infiltrasi yang tinggi dan topografi wilayahnya tidak mungkin untuk diratakan, sehingga tidak menguntungkan bila diterapkan irigasi permukaan. Dengan irigasi curah, banyaknya air yang ditambahkan dapat dengan mudah dikontrol. Irigasi curah memungkinkan pengubahan total lingkungan pertumbuhan melalui pembasahan tanah dan tajuk tanaman. Irigasi tetes drip merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskannya melalui pipa-pipa disekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi hampir seluruh air yang ditambahkan dapat diserap dengan cepat oleh akar pada keadaan kelembaban tanah yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien. Cara ini juga sangat adaptif pada daerah berlereng curam dimana cara irigasi lain tidak dapat diterapkan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Latar Belakang

Penelitian dilaksanakan di Perkebunan PT. Condong Garut dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan April sampai Juni 2007.

B. Alat dan Bahan

Dalam pelaksanaan penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan antara lain : ring sample 50 ml, wide pF meter, timbangan, alat tulis, buku-buku literatur yang menunjang kegiatan penelitian, kamera foto yang digunakan untuk mendokumentasikan objek-objek yang diperlukan pada penyajian laporan, perangkat lunak software MS Excel dan Crop Water Balance Evapotranspiration CWB-Eto yang dikeluarkan oleh CIRAID Perancis tahun 2001 serta program Arc view.

a. Data dan Informasi Yang Diperlukan

Jenis data yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini, antara lain : 1. Data iklim harian, yang meliputi : curah hujan, suhu udara maksimum, suhu udara minimum, suhu udara rata-rata, kecepatan angin rata-rata, dan evapotranspirasi potensial perhitungan FAO Penman-Monteith. 2. Data agronomi primer dan sekunder antara lain : umur tanaman initial, fase vegetatif, waktu pembungaan, waktu pengisian buah, waktu pemasakan biji, waktu panen, ketinggian maksimum tanaman, kadalaman akar tanaman maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air diasumsikan 50 dan koefisien tanaman pada tiap fase. 3. Data tanah, antara lain : kadar air pada kapasitas lapang FC dan titik layu permanent TLP, total air tersedia TAW, total evaporasi TEW, dan readly evaporative water REW. 4. Data penunjang, meliputi : peta kebun dan peta tanah perkebunan PT. Condong Garut, Jawa Barat disajikan dalam lampiran 3.