Perkembangan Luas Panen GAMBARAN UMUM

42

BAB V GAMBARAN UMUM

5.1 Perkembangan Luas Panen

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini menunjukkan adanya peningkatan dengan tingkat yang berfluktuasi. Data yang terdapat dalam Statistik Hortikultura Indonesia menunjukkan bahwa dari tahun 1999 hingga 2005, luas areal panen buah-buahan di Indonesia terus mengalami peningkatan, seperti yang terlihat pada Tabel 6, dimana peningkatan luas panen tertinggi terjadi pada periode 2001-2002 yaitu sebesar 34,71 persen atau secara absolut terjadi pertambahan luas areal panen sebesar 167.648 hektar. Dalam kurun waktu tersebut sempat terjadi penurunan dari tahun 2003 seluas 721.964 ha menjadi 707.119 ha di tahun 2004, atau dengan kata lain terjadi penurunan luas areal panen sebesar 2,06 persen. Tabel 6. Perkembangan dan Peningkatan Luas panen dan Produksi Buah-buahan di Indonesia Tahun 1999-2005 Tahun Jumlah Buah KenaikanPenurunan Terhadap Tahun Sebelumnya Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi ha ton Absolut Absolut 1999 361584 7540902 - - - - 2000 406273 8412956 44689 12.36 872054 11.56 2001 482942 9959032 76669 18.87 1546076 18.38 2002 650590 11663517 167648 34.71 1704485 17.11 2003 721964 13551435 71374 10.97 1887918 16.19 2004 707119 14348456 -14845 -2.06 797021 5.88 2005 717428 14786599 10309 1.46 438143 3.05 Sumber : Statistik Hortikultura 2004 dan 2005. Luas panen tersebut sebagian besar berasal dari Pulau Jawa. Pada tahun 1999, dari 0,36 juta ha luas panen buah, 50 persennya yaitu sekitar 0,18 ha berasal dari Pulau Jawa. Begitu juga pada tahun 2005, dari 0,72 ha luas panen, sekitar 43 0,37 hektarnya, atau lebih dari 50 persennya berada di Pulau Jawa. Dari tahun ke tahun, Jawa Timur merupakan provinsi yang memberikan kontribusi terbesar bagi luas panen di Pulau Jawa, diikuti dengan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat yang luas areal panennya relatif sama. Data mengenai luas panen buah di berbagai provinsi di Indonesia pada tahun 1999 dan 2005 dilampirkan dalam Lampiran 33. Tabel 7. Rata-rata Persentase Peningkatan per tahun Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Indonesia Tahun 2000-2005 Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005 Berdasarkan data dari Ditjen Tanaman Hortikultura, buah-buahan yang luas panennya mengalami peningkatan terbesar pada periode 2000-2005 ialah mangga 63,09 , sawo 56,91 , dan durian 22,79 . Namun ada pula beberapa komoditi yang luas panennya mengalami penurunan, yaitu jeruk besar Komoditas Rata-rata Persentase Peningkatan Tahun 2000-2005 Luas Panen Produksi Alpukat Belimbing DukuLangsatKokosan Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk SiamKeprok Jeruk Besar Mangga Manggis NangkaCempedak Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Markisa Sirsak Sukun Melon Semangka Blewah Total Buah-buahan 8.67 2.46 8.81 22.79 -1.43 60.37 2.42 -13.28 63.09 15.57 7.17 10.74 -1.88 6.82 12.41 8.22 56.91 -8.72 8.53 19.72 10.42 14.87 7.61 12.79 12.40 7.21 14.45 22.80 9.02 12.64 9.23 -5.96 11.72 29.67 14.71 19.03 6.57 6.98 21.52 19.57 9.88 4.43 14.28 16.04 21.17 26.42 18.87 12.12 44 -13.28 , markisa -8.72 , dan pepaya -1.88 . Data rinci mengenai rata- rata persentase peningkatan luas panen dan produksi berbagai jenis buah pada tahun 2000-2005 disajikan pada Tabel 7. Meningkatnya luas areal panen buah-buahan secara umum di Indonesia ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan komoditi buah-buahan. Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari kegiatan penelitian untuk menghasilkan bibit buah-buahan yang unggul dan bermutu, pembinaan petani penangkar bibit, melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada para petani dalam kegiatan budidaya, pengembangan sentra buah-buahan, sampai kepada mendorong pihak swasta untuk mengembangkan agribisnis buah-buahan melalui pola perusahaan pembimbing atau Perusahaan Inti Rakyat PIR. Selain itu, perkembangan luas areal panen buah-buahan juga dikontribusi oleh semakin berkembangnya agrowisata yang mengandalkan kebun buah sebagai pusat objek wisatanya.

5. 2 Perkembangan Produksi Buah-buahan

Secara kultural petani Indonesia hampir tidak mengenal istilah perkebunan buah-buahan. Komoditi buah-buahan yang menjadi sumber vitamin dan mineral diusahakan petani secara tradisional sebagai tanaman pengisi pekarangan atau tanaman sela di lahan kering. Meskipun belum diusahakan secara komersial, tetapi di beberapa tempat petani sudah mengembangkan komoditi buah-buahan tertentu yang sesuai dengan agroklimat setempat. Dalam beberapa tahun terakhir muncul sentra-sentra produksi buah-buahan yang sekaligus menjadi buah-buahan primadona dan simbol daerah yang bersangkutan.