13 dan elastisitas pengeluaran dari komoditi pangan utama. Komoditi yang dianalisis
meliputi beras, jagung, kacang tanah, gula, dan komoditi kacang-kacangan lainnya. Di samping pendugaan secara agregat nasional, dilakukan pula
pendugaan menurut daerah desa-kota serta pendugaan menurut kelompok pendapatan. Dalam penelitian tersebut diperbandingkan pemakaian unit analisa
rumah tangga dan blok sensus. Data yang digunakan ialah data SUSENAS tahun 1990 berupa data konsumsi dan pengeluaran rumahtangga.
Dari hasil dugaan dapat disimpulkan bahwa permintaan terhadap beras paling elastis, menyusul jagung, gula, kedelai, dan komoditi lainnya. Di wilayah
pedesaan, permintaan komoditi beras, jagung, kedelai, dan pangan lain lebih elastis dibanding di perkotaan, sedangkan pada komoditi gula berlaku sebaliknya.
Pada seluruh komoditi yang dianalisa, elastisitas pengeluaran cukup elastis yang berarti dengan semakin meningkatnya pendapatan rumahtangga akan
meningkatkan permintaan komoditi tersebut. Selain itu diketahui pula adanya kecenderungan sifat komplemen antar komoditi pangan yang dianalisa, dimana
sifat komplemen relatif kuat terjadi antara beras dengan kedelai, gula dan komoditi lainnya. Beberapa hasil penelitian lainnya yang menggunakan model
AIDS dalam analisanya disajikan dalam Tabel 4.
2.3 Penelitian Mengenai Pola Konsumsi dan Permintaan Buah
Penelitian mengenai perubahan pola konsumsi komoditas hortikultura yang dilakukan oleh Sawit dkk 1997 bertujuan menganalisis perubahan tingkat
partisipasi dan tingkat konsumsi komoditas hortikultura, menganalisis faktor- faktor sosial ekonomi terhadap pola konsumsi komoditas hortikultura, dan
14 menduga besaran parameter-parameter permintaan komoditas hortikultura. Data
yang digunakan terutama adalah data SUSENAS tahun 1987, 1990, dan 1993. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan
menggunakan model AIDS. Pada penelitian ini dianalisis 9 jenis sayuran dan 10 jenis buah-buahan yang dipilih berdasarkan nilai ekonominya. Unit sampling yang
digunakan adalah Primary Sampling Unit PSU. Hasil analisis menunjukkan pengeluaran untuk sayuran dan buah-buahan
berdasarkan data SUSENAS tahun 1987, 1990, dan 1993 relatif kecil, yaitu kurang dari 5 persen, dibandingkan dengan beras dan serelia. Secara agregat
terjadi peningkatan pangsa pengeluaran untuk sayuran dan buah-buahan di kota dan di desa tahun 1987 yaitu 1,6 persen menjadi 4 persen pada tahun 1990 dan
1993. Diketahui pula bahwa tingkat partisipasi konsumsi buah di kota relatif lebih besar dibandingkan di pedesaan dan terdapat kecenderungan bahwa semakin
tinggi pendapatan yang diproyeksi dengan pengeluaran semakin tinggi pula tingkat partisipasi kons umsi buah-buahan. Nilai elastisitas harga sendiri untuk
semua komoditi hortikultura bertanda negatif, namun bervariasi untuk setiap komoditi sayuran atau buah-buahan baik antar tahun, jenis, maupun wilayah. Nilai
elastisitas pengeluaran untuk sayuran dan buah-buahan kecuali pepaya di pedesaan bertanda positif.
Hartoyo 1997 juga melakukan penelitian mengenai permintaan buah- buahan di Jawa Barat dengan menggunakan data SUSENAS tahun 1996. Dalam
melakukan analisisnya Hartoyo 1997 menggunakan model AIDS dan untuk pendugaan parameternya digunakan metode SUR Seemingly Unrelated
Regression dengan memasukkan pembatas-pembatas aditif, homogen, dan
15 simetri. Jenis buah-buahan yang dianalisis adalh jeruk, mangga, apel, rambutan,
salak, pisang, dan pepaya. Dalam pendugaan parameter, rumahtangga responden dikelompokkan berdasarkan tingkat pengeluaran rumahtangga dan berdasarkan
jumlah anggota rumahtangga, yang kemudian dihitung rata-rata konsumsi dan pengeluaran untuk masing- masing kelompok.
Hasil penelitian Hartoyo 1997 menunjukkan bahwa elastisitas harga sendiri dari tujuh buah yang dianalisis semuanya memiliki nilai yang inelastis,
yaitu berkisar antara -0,051 hingga -0,809, yang berarti bahwa permintaan buah- buahan tersebut tidak responsif terhadap perubahan harga. Elastisitas harga silang
ada yang bertanda positif dan ada pula yang bertanda negatif, yang berarti terdapat buah-buahan yang bersifat subtitusi atau komplementer satu sama lain.Seluruh
nilai elastisitas silang tersebut krang dari satu inelastis yang berarti perubahan harga buah yang satu tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan jumlah
permintaan buah lainnya. Buah-buahan yang elastisitas pendapatannya mempunyai nilai yang elastis adalah jeruk dan apel, sedangkan buah-buahan yang
lain mempunyai nilai yang inelastis tetapi mendekati satu. Ini berarti bahwa perubahan tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap perubahan jumlah
buah-buahan yang diminta.
2.4 Komentar terhadap Penelitian Terdahulu