84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1 Tingkat konsumsi buah di Indonesia selama beberapa kurun waktu terakhir menunjukkan kecenderungan terjadinya peningkatan. Dilihat dari pola
konsumsinya menurut wilayah, selama periode 2003-2006 proporsi pengeluaran untuk buah-buahan di pedesaan lebih besar daripada di perkotaan,
sedangkan berdasarkan penggolongan menurut tingkat pendapatan, terdapat kecenderungan proporsi pengeluaran untuk buah-buahan yang semakin
meningkat dengan semakin tingginya tingkat pendapatan. 2 Jenis buah yang tingkat konsumsinya relatif paling tinggi dari tahun ke tahun
ialah pisang, jeruk, rambutan, dan pepaya. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat konsumsi buah-buahan tersebut adalah faktor
musim, dimana jenis-jenis buah tersebut kecuali rambutan produksinya tidak tergantung musim, sehingga selalu tersedia sepanjang tahun.
3 Di Pulau Jawa, pada tahun 2005 Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang tingkat konsumsi buahnya paling tinggi. Pola konsumsi buah-buahan
pada tingkat rumah tangga di Pulau Jawa berdasarkan tingginya frekuensi konsumsi berturut-turut pisang – jeruk – pepaya – salak – semangka.
4 Analisis dengan menggunakan unit sampling Rumah Tangga RT maupun Primary Sampling Unit
PSU secara umum menghasilkan arah dari nilai dugaan parameter yang sama. Kedua prosedur tersebut menunjukkan bahwa
seluruh variabel bebas kecuali jumlah anggota rumah tangga, yaitu harga sendiri, harga buah lain, pendapatan yang diproksi dari pengeluaran, dan
85 tingkat pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap
proporsi pengeluaran buah pada taraf nyata 5 persen. 5 Permintaan untuk jeruk, pisang, dan pepaya di perkotaan Pulau Jawa lebih
responsif terhadap perubahan harga dibanding daerah pedesaan. Untuk jeruk, semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga semakin elastis
permintaannya terhadap perubahan harga. Untuk pisang dan pepaya berlaku sebaliknya. Terdapat hubungan komplementer antara jenis buah yang
dianalisis jeruk, pisang, dan pepaya. Dari kecilnya nilai elastisitas harga komoditi lain harga silang, maka sifat komplementer tersebut tidak terlalu
kuat. 6 Di wilayah Pulau Jawa secara total, desa, maupun kota, semua jenis buah yang
dianalisis bersifat barang normal yang ditunjukkan oleh tanda positif dari nilai elastisitas pengeluaran.
Ini berarti dengan semakin meningkatnya pendapatan rumahtangga maka akan meningkatkan permintaan komoditi tersebut. Pada
seluruh komoditi, elastisitas pengeluaran cukup elastis, terutama pada pisang.
6.2 Saran