Model Pembelajaran Problem Solving

5. Model Pembelajaran Problem Solving

Berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba menyelesaikannya merupakan ciri khas bagi makhluk hidup yang berakal. Pemecahan masalah problem solving merupakan latihan bagi siswa untuk berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba menyelesaikan. Ini adalah satu kompetensi yang harus ditumbuhkan pada diri siswa. Kompetensi seperti ini ditumbuhkan melalui pemecahan masalah problem solving. Kurikulum KTSP saat ini merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK atau kurikulum 2004 di antaranya adalah menekankan pada pemecahan masalah Nurhadi, 2004:102. Pemecahan masalah harus menjadi fokus pada pelajaran matematika di sekolah. Karakteristiknya adalah sebagai berikut. a. Keikutsertaan murid-murid secara aktif dalam mengkonstruksi dan mengaplikasikan ide-ide dalam matematika. b. Pemecahan masalah sebagai alat dan juga tujuan pengajaran. c. Penggunaan bermacam-macam bentuk pengajaran, kelompom kecil, penyelidikan individu, pengajaran oleh teman sebaya, diskusi seluruh kelas, pekerjaan proyek Sobel dan Malestky, 2004:60. Suatu soal hanya dapat disebut sebagai problem bagi siswa jika dipenuhi syarat- syarat sebagai berikut. a. Siswa memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan soal tersebut. b. Siswa belum tahu algoritmametode pemecahan soal tersebut. c. Siswa mau dan berkehendak menyelesaikan soal tersebut. d. Soal terjangkau oleh siswa. Jika model pembelajaran ini diterapkan, maka langkah-langkah yang dapat ditempuh guru adalah sebagai berikut. a. Siswa diajari dengan berbagai strategi yang dapat digunakan untuk berbagai soal. b. Siswa diberikan waktu yang cukup untuk mencoba soal yang ada. c. Siswa diajak untuk menyelesaikan soal dengan cara lain. d. Setelah jawaban diperoleh, siswa diajak untuk melihat kembali, melihat kemungkinan lain, mengatakan dengan bahasa sendiri, kemudian mencari penyelesaian dengan cara yang lebih baik. e. Jika berhadapan dengan materi sulit, gunakan cukup waktu untuk mengulang dan mengerjakan soal yang lebih banyak. Mulailah dengan mengerjakan soal serupa, dan kemudian soal-soal yang lebih menantang. f. Fleksibilitas di dalam pemecahan masalah problem solving merupakan perilaku belajar yang baik Budhi, 2004:4 Masalah matematika dapat diklasifikasikan dalam dua jenis KBK 2004:4, yaitu: 1 Soal mencari problem to find, yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau obyek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. 2 Soal membuktikan problem to prove, yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak benar, cukup diberikan contoh penyangkalnya sehingga pernyataan tersebut menjadi tidak benar. Matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dapat dibuat diagram pada gambar 1 berikut. NYATA ABSTRAK Matematika Gambar 1 Tahapan Memecahkan Masalah Pada diagram pemecahan masalah tersebut, soal atau masalah nyata disederhanakan simplikasi kemudian dirumuskan atau diformulasikan ke dalam soal yang dapat diselesaikan secara matematika, lalu proses matematisasi, yaitu proses menyatakan soal ke dalam bahasa matematika sehingga diperoleh model matematika. Melalui transformasi atau penyelesaian secara matematis diperoleh solusi jawab atau pemecahan dari model matematika. Solusi ini kemudian SITUASI MASALAH ATAU SOAL NYATA PERUMUSAN MASALAH MODEL MATEMATIKA SOLUSI Penyederhanaan Interprestasi Transformasi ditafsirkan atau diinterprestasikan sebagai pemecahan masalah matematikanya. Nurhadi 2004:111 mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil karya siswa. Pada penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berorientasi problem solving, yaitu model pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah dengan menggunakan CD interaktif sebagai alat bantu atau media pembelajaran yang dapat menampilkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari atau kontekstual sehingga diharapkan siswa merasa senang dan tidak membosankan serta dibantu dengan LKS agar siswa bertambah aktif dalam mengikuti pebelajaran serta siswa diberi tugas melalui LKS. Implikasi dari model pembelajaran berorientasi problem solving adalah menumbuhkan sikap aktif, melakukan sesuatu untuk mendapatkan pemahaman, perhatian penuh terhadap terhadap materi pelajaran serta mengerjakan tugas belajar dengan penuh keikhlasan, akibatnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Pada penelitian ini aktifitas yang dilakukan guru dengan kompetensi dasar materi dimensi tiga ditampilkan dengan tahapan pembelajaran seperti pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1: Tahapan Pembelajaran Berorientasi Problem Solving Tahapan Tingkah Laku Guru Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas. Tahap 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa melaksanakan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka pakai.

6. Compact Disk CD Interaktif