mampu meningkatkan daya ingat materi yang dipelajari. Selain itu pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang memungkinkan antar siswa
saling bekerja sama, berdiskusi untuk memecahkan masalah, hanya saja metode pembelajaran ini memerlukan waktu lama.
Selain itu penguasaan materi prasyarat didukung dengan bahan ajar yang dikemas dalam CD interaktif merupakan daya tarik tersendiri, adanya LKS, dan
buku pegangan siswa sangat membantu siswa dalam menguasai materi secara maksimal. Penguasaan materi secara maksimal dapat menghasilkan prestasi siswa
yang maksimal pula. Sementara pada kelas kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran dengan metode ekspositori dan didukung dengan
buku pegangan siswa.
6. Prestasi belajar siswa mencapai tuntas belajar adalah sebagai berikut.
Prestasi belajar siswa yang diperoleh dari metode tes dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dengan 5 option merupakan hasil
pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berorientasi problem solving dikemas dalam CD interaktif didasari analisis SWOT dari jumlah 38 siswa
diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 40, dengan nilai rata-rata 67,3684. Artinya prestasi belajar siswa baik, karena nilai rata-rata prestasi belajar siswa telah
melampaui dari nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Berdasarkan hasil analisis one-Sample T Test diperoleh signifikan 0,274 atau
27,4 lebih besar dari 5. Jadi Ho diterima, H
1
ditolak artinya rata-rata nilai
prestasi belajar kelas eksperimen dengan model pembelajaran berorientasi problem solving
didasari analisis SWOT pada materi dimensi tiga kelas X semester 2 telah mencapai tuntas belajar dengan rata-rata lebih dari 65, dapat dilihat pada Tabel 4.5
mean prestasi belajar siswa sebesar 67,3684. Nilai keaktifan siswa diperoleh dari pengamatan 2 orang observer dengan
mengisi lembar indikator keaktifan siswa sebanyak 20 indikator dengan menggunakan skal likert yaitu skor 1 sampai 5. Adapun nilai keaktifan siswa yang
mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berorientasi problem solving dikemas dalam CD interaktif didasari analisis SWOT
dari 38 siswa diperoleh nilai tertinggi 96, nilai terendah 64, dengan nilai rata-rata 75,3421. Artinya keaktifan siswa yang ditumbuhkan pada pembelajaran dengan
model pembelajaran matematika berorientasi problem solving dikemas dalam CD interaktif didasari analisis SWOT adalah baik, karena nilai rata-rata hasil
pengamatan tentang keaktifan siswa telah melampaui batas nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 75.
Berdasarkan analisis one-Sample T Test diperoleh signifikan 0,773 atau 77,3 lebih besar dari 5. Jadi Ho diterima, H
1
ditolak artinya rata-rata nilai keaktifan siswa yang ditumbuhkan oleh model pembelajaran berorientasi problem solving
didasari analisis SWOT pada materi dimensi tiga kelas X semester 2 telah mencapai tuntas belajar dengan rata-rata lebih dari 75, dapat dilihat pada Tabel 4.7 mean nilai
keaktifan siswa sebesar 75,3421.
Sedangkan untuk keterampilan proses siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berorientasi problem solving
dikemas dalam CD interaktif didasari analisis SWOT dari 38 siswa diperoleh nilai tertinggi 94, nilai terendah 62, dengan nilai rata-rata 75,0526. Artinya keterampilan
proses siswa yang ditumbuhkan pada pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berorientasi problem solving dikemas dalam CD interaktif didasari
analisis SWOT adalah baik, karena nilai rata-rata hasil pengamatan keterampilan proses siswa telah melampaui batas nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 75.
Berdasarkan analisis one-Sample T Test diperoleh signifikan 0,960 atau 96,0 lebih besar dari 5. Jadi Ho diterima, H
1
ditolak artinya rata-rata nilai keterampilan proses siswa yang ditumbuhkan oleh model pembelajaran berorientasi problem
solving didasari analisis SWOT pada materi dimensi tiga kelas X semester 2 telah
mencapai tuntas belajar dengan rata-rata lebih dari 75, dapat dilihat pada Tabel 4.9 mean nilai keaktifan siswa sebesar 75,0526.
Keterampilan proses siswa mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dikarenakan materi dan permasalahan yang dikemas dalam CD interaktif
dan LKS merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa, adanya tugas dirumah untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dan adanya kelompok-kelompok belajar dalam
pembelajaran berorientasi problem solving dalam pemecahan masalah menjadikan keterlibatan dan keterampilan sebagian besar siswa untuk menguasai materi dalam
proses belajar itu terjadi. Keterlibatan dan keterampilan siswa dalam penguasaan materi dapat mempengaruhi prestasi belajar yang baik.
103
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat simpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran matematika berorientasi problem solving dikemas dalam CD interaktif didasari analisis SWOT dapat menghantarkan siswa
mencapai tuntas belajar yaitu tuntas terhadap keaktifan siswa, keterampilan proses siswa, dan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan variabel
keaktifan memperoleh rata-rata 75,3421; untuk variabel keterampilan proses memperoleh rata-rata 75,0526; dan untuk variabel prestasi belajar memperoleh
rata-rata 67,8947 2. Keaktifan siswa yang ditumbuhkan dalam pembelajaran dengan model
pembelajaran matematika berorientasi problem solving dikemas dalam CD interaktif didasari analisis SWOT pada materi dimensi tiga ditunjukkan dengan
persamaan regresi Y= -4,995+0,960X
1
yang bersifat linier. Besarnya pengaruh keaktifan siswa terhadap prestasi belajar diketahui dari nilai R square sebesar
28,0 sedangkan variabel lain yang mempengaruhi prestasi belajar sebesar 72,0.