Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal tes uji coba, diperoleh dua butir soal dengan kriteria mudah yaitu soal nomor 1; empat butir soal dengan kriteria
sedang yaitu soal nomor 2, 3, 4 dan 6; serta satu butir soal dengan kriteria sukar yaitu soal nomor 5. Perhitungan tingkat kesukaran selengkapnya pada Lampiran
46.
3.7.3 Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal menurut Arifin 1991: 136-137 digunakan rumus sebagai berikut.
̅̅̅ ̅̅̅̅
Keterangan: ̅̅̅
= rata-rata dari kelompok atas, ̅̅̅̅
= rata-rata dari kelompok bawah, Skor Maks
= skor Maksimum yang diperoleh peserta. Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda soal dapat digunakan
kriteria yang dikembangkan oleh Ebel sebagai berikut.
40 ,
Dp
: sangat baik,
39 ,
30 ,
Dp
: baik,
29 ,
20 ,
Dp
: cukup,
19 ,
Dp
: jelek.
Sedangkan rumus yang digunakan untuk uji signifikansi daya pembeda untuk tes yang berbentuk uraian menurut Arifin 1991: 141 adalah sebagai
berikut. t =
1
2 2
2 1
i i
n n
X X
ML MH
Keterangan: MH
= rata-rata dari kelompok atas, ML
= rata-rata dari kelompok bawah,
2 1
X = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas,
2 2
X = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok,
N = jumlah peserta tes,
= 27 x N. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t
tabel
, d
k
= -1 +
-1 dan = 5 jika t
hitung
t
tabel
, maka daya beda soal tersebut signifikan. Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba, diperoleh seluruh butir soal
memiliki klasifikasi sangat baik. Sedangkan hasil perhitungan Uji signifikansi daya pembeda, diperoleh lima soal dengan klasifikasi signifikan yaitu soal nomor
2, 3, 4, 5, dan 6 serta satu soal dengan klasifikasi tidak signifikan yaitu soal nomor 1. Perhitungan daya pembeda selengkapnya pada lampiran 45.
3.7.4 Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya
apabila tes dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada lain waktu, maka hasil yang diperoleh akan tetap samarelatif sama. Karena pada tes ini, soalnya
berbentuk uraian maka menurut Arikunto 2006: 109 digunakan rumus α alpha,
yaitu sebagai berikut. r
1 1
=
2 2
1 1
t i
n n
Keterangan : : reliabilitas instrumen.
n : banyaknya butir soal.
2 i
: jumlah varians butir.
2 t
: varians total.
Rumus varians butir soal, yaitu: ∑
∑
Rumus varians total, yaitu: ∑
∑
Keterangan: N : jumlah peserta tes,
X : skor pada tiap butir soal, Y : jumlah skor total tiap peserta tes.
Arikunto 2006:75 menjelaskan kriteria pengujian reliabilitas soal tes yaitu setelah didapatkan harga
kemudian harga r
11
tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, jika
maka item tes yang diujicobakan reliabel. Harga
yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan aturan penetapan reliabel sebagai berikut.
20 ,
00 ,
11
r
= reliabilitas sangat rendah, 40
, 20
,
11
r
= reliabilitas rendah, 60
, 40
,
11
r
= reliabilitas sedang, 80
, 60
,
11
r
= reliabilitas tinggi, 00
, 1
80 ,
11
r
= reliabilitas sangat tinggi. Hasil analisis reliabilitas soal uji coba diperoleh hasil bahwa tes bersifat
reliabel dengan nilai r
11
sebesar 0,8283 dan harga r
tabel
pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5 untuk n = 31 yaitu 0,355. Karena r
11
r
tabel
maka item tes yang diujicobakan reliabel. Perhitungan reliabilitas selengkapnya pada
Lampiran 47. Berdasarkan analisis uji validitas, uji taraf kesuaran, uji daya pembeda dan
uji reliabilitas, diperoleh hasil bahwa butir soal yang dapat dipakai adalah butir soal nomor 1, butir soal nomor 2, butir soal nomor 3, butir soal nomor 4, butir soal
nomor 5 dan butir soal nomor 6. Rekapitulasi hasil analisis uji coba instrumen selengkapnya pada Lampiran 48.
3.8 Analisis Data