Down Syndrome Kriteria Diagnostik untuk Retardasi Mental Tunagrahita

untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. “Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan kecakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar dalam mengikuti program pendidikan sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni sesua i dengan kemampuannya” Somantri, 2007 : 103. Reiss dalam Suharmini 2009 : 69 mengemukakan anak tunagrahita adalah “anak yang mempunyai gangguan dalam intelektual sehingga menyebabkan kesulitan untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya”. Tunagrahita retardasi mental menurut PPDGJ III 2001 : 119 adalah “suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial ”. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki inteligensi di bawah rata-rata karena terhambat pada masa perkembangan yang berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh seperti kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan visual, sehingga mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program sekolah biasa serta sukar dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

2.3.1 Down Syndrome

Down syndrome merupakan bentuk keterbelakangan mental yang disebabkan munculnya kromosom tambahan. Anak- anak down syndrome berada pada sekolah-sekolah untuk tunagrahita karena kondisi kecerdasannya menyerupai anak- anak tunagrahita. Anak down syndrome berbeda dengan anak tunagrahita pada umumnya. Wajahnya yang seperti orang mongol menyebabkan down syndrome sering dinamakan mongolism. Biasanya anak down syndrome memiliki IQ dibawah 50.

2.3.2 Kriteria Diagnostik untuk Retardasi Mental Tunagrahita

Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak- anak tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak tunagrahita dengan anak normal semakin terlihat jelas. Kauffman dan Hallahan dalam Somantri, 2007 : 104 mendefinisikan tunagrahita sebagai keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan. 1 Dikatakan bahwa bila seorang anak mengalami keterbatasan kecerdasan IQ dua kali standar deviasi barulah termasuk tunagrahita. 2 Penyesuaian perilaku yang dimaksudkan adalah seseorang dikatakan tunagrahita tidak hanya dilihat dari IQ-nya akan tetapi perlu dilihat sampai sejauh mana anak ini dapat menyesuaikan diri. 3 Terjadi pada masa perkembangan maksudnya apabila ketunagrahitaan ini terjadi setelah usia dewasa, maka ia tidak tergolong tunagrahita. Kriteria diagnostik retardasi mental tunagrahita menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-IV, 1994 : 46 : 1 Fungsi intelektual yang secara bermakna di bawah rata-rata : IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ yang dilakukan secara individual untuk bayi, pertimbangan klinis adanya fungsi intelektual yang jelas di bawah rata-rata. 2 Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang, yaitu efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut usianya dalam kelompok kulturalnya pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut : komunikasi, merawat diri sendiri di rumah, keterampilan sosial interpersonal , menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan , liburan, kesehatan dan keamanan. 3 Onset sebelum usia 18 tahun. Selanjutnya menurut WHO dalam Amin 1985 : 19 seseorang dikategorikan tunagrahita harus memiliki dua komponen esensial, yaitu : 1 Fungsi intelektual secara nyata berada di bawah rata-rata. 2 Adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku dalam masyarakat. Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan seseorang termasuk kategori tunagrahita, selain kemampuan kecerdasannya atau tingkat inteligensinya jelas-jelas dibawah normal, perlu juga diperhatikan kemampuan penyesuaiannya adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan sosial dimana ia berada, kemudian perlu diperhatikan tentang waktu terjadinya tunagrahita, bila ketunagrahitaan itu terjadi setelah masa perkembangan setelah usia 18 tahun maka ia tidak tergolong tunagrahita, melainkan orang tersebut cacat karena mengalami kecelakaan atau menderita penyakit tertentu.

2.3.3 Klasifikasi Tunagrahita