Kendala dalam Penelitian Koding

perilaku seksual remaja tunagrahita studi kasus pada remaja di SLB N Semarang.

4.2.2 Kendala dalam Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih enam minggu oleh peneliti. Peneliti melakukan penelitian dengan cara setiap harinya mengamati kedua subjek di sekolah. Kendala penelitian yang dialami peneliti dimulai sejak pertama memulai penelitian. Peneliti harus membuat surat ijin penelitian terlebih dahulu untuk dapat melakukan observasi pendahuluan, dan menunggu sampai dengan satu minggu karena surat tersebut tidak bisa langsung jadi. Setelah diperbolehkan melakukan observasi pendahuluan, peneliti meminta ijin pada masing-masing guru pendamping untuk membimbing peneliti agar dapat melakukan pendekatan dengan subjek. Hal ini menuntut peneliti untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan subjek. Jarak yang ditempuh dari rumah peneliti sampai dengan sekolah subjek yaitu SLB N Semarang agak jauh, makadari itu peneliti harus bangun lebih pagi agar tidak terlambat mengikuti kegiatan subjek. Kendala lain yang terjadi adalah tidak semua orangtua subjek mau dijadikan narasumber informan, ada salah satu orangtua subjek yang tidak bersedia. Pada saat awal mengatakan bersedia namun ketika peneliti ingin melakukan pendekatan terhadap subjek, ternyata orangtuanya berubah pikiran. Akhirnya peneliti mengganti subjek kedua, peneliti kembali melakukan observasi pendahuluan dan mendapat subjek pengganti sebagai subjek kedua. Penelitian juga kurang berjalan dengan lancar karena subjek kedua beberapa hari tidak masuk sekolah, maka peneliti akhirnya harus menemui subjek kedua di rumahnya untuk melakukan observasi. Kendala yang terjadi selama proses penelitian merupakan hal yang sangat menarik dan dapat dijadikan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti.

4.2.3 Koding

Tahap yang dilakukan selanjutnya setelah data diperoleh adalah analisis data. Tahap analisis data pada penelitian kualitatif memerlukan beberapa tahap pengolahan. Tahap pertama sebelum melakukan analisis data adalah melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada data yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Tahap selanjutnya yaitu mempelajari data dan menandai kata-kata kunci serta gagasan yang ada dalam data, menemukan tema-tema yang berasal dari data, kemudian melakukan penafsiran data yaitu berfikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola-pola hubungan serta membuat temuan-temuan umum. Pernyataan narasumber informan sebagai penguat data diketik dengan satu spasi dan menjorok sebanyak enam spasi. Setiap kutipan wawancara yang menggunakan bahasa Jawa ditulis lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kalimat terjemahan tersebut diletakkan di samping kutipan asli dengan diawali tanda kurung buka dan diakhiri tanda kurung tutup serta diikuti kode wawancara. Adapun kode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabel 4.2 Koding Koding Keterangan W1, W2 Kode yang menunjukkan hasil wawancara ke-1 dan ke-2 Misal: W1 wawancara pertama pada subjek W2 wawancara kedua pada subjek BN Narasumber Primer Subjek 1 KS Narasubember Primer Subjek 2 A Narasumber Sekunder subjek pertama Ibu AB Narasumber Sekunder subjek pertama Guru Pendamping 1 AC Narasumber Sekunder subjek pertama Guru Pendamping 2 B Narasumber Sekunder subjek kedua Ibu BC Narasumber Sekunder subjek kedua Guru Pendamping 1 BD Narasumber Sekunder subjek kedua Guru Pendamping 2 Intr Interviewer Tiara Devi Farisa 1,2,3 dst Baris pertanyaan dan jawaban wawancara.

4.3 Identitas Narasumber dan Latar Belakang Narasumber Penelitian