terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32.
4.1.2.3 Hasil Uji Gain
Setelah dilakukan perhitungan, kedua kelas eksperimen memiliki taraf yang sedang. Hasil uji gain disajikan pada Tabel 4.3. Data hasil gain pretest dan
posttest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Tabel 4.3 Hasil Uji Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Rata-rata Pretest
Rata-rata Posttest
n-gain Keterangan
29,2 85,29
0,66 Sedang
4.1.3 Hasil Analisis Pemahaman Konsep
Analisis data terdiri dari uji normalitas pretest posttest dan uji gain.
4.1.3.1 Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Pada penelitian ini diberikan treatment sebanyak empat kali pertemuan, sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman konsep
dilakukan tes tertulis pada saat sebelum dan sesudah diberikan treatment. Terdapat perbedaan pencapaian hasil pemahaman konsep saat pretest dan posttest.
Perbandingan hasil yang didapatkan saat pretest dan posttest pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada Gambar 4.3. Data hasil pretest dan posttest selengkapnya
disajikan pada Lampiran 26 dan Lampiran 28.
Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep
4.1.3.2 Hasil Uji-T Dua Pihak
Hasil uji signifikansi pada kelas E nilai pretest dan posttest diperoleh t
hitung
= 43,00 lebih besar dari t
tabel
= 2,002. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep. Rincian selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 33.
4.1.3.3 Hasil Uji Gain
Setelah dilakukan perhitungan, kedua kelas eksperimen memiliki taraf yang tinggi. Hasil uji gain disajikan pada Tabel 4.4. Data hasil gain pretest dan
posttest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Tabel 4.4 Hasil Uji Gain Pemahaman Konsep
Rata-rata Pretest
Rata-rata Posttest
n-gain Keterangan
35,69 86,75
0,77 Tinggi
20 40
60 80
100
Rata-rata Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
35.69 51.25
7.5 85.15
95 77.5
S K
OR
ASPEK
Pretest Posttest
4.2 Pembahasan
Kajian dalam penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep dalam pembelajaran IPA di kelas VII SMP dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle. Pembelajaran ini bertujuan membiasakan siswa untuk menemukan dan
mengkritisi permasalahan atau teka-teki dari suatu gambar sehingga pemahaman konsep yang dimiliki siswa juga dapat meningkat.
4.2.1 Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial
Riddle
Inkuiri adalah proses dimana seseorang mengajukan pertanyaan dan bagaimana mereka mencari jawabannya, mencari informasi atau pengertian,
sehingga sering disebut a way of thought. Metode pictorial riddle merupakan metode yang mengedepankan pemikiran seseorang untuk menemukan teka-teki
atau informasi yang ada pada suatu gambar. Model pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle merupakan model pembelajaran yang menyenangkan,
bersifat menantang, dan dapat memotivasi siswa dalam belajar Kristianingsih, 2010. Suasana di dalam kelas menjadi lebih hidup karena sering munculnya
interaksi antara murid dan guru ketika pembelajaran berlangsung. Siswa berpikir secara aktif untuk menemukan sendiri apa yang ingin diketahuinya. Prinsip-
prinsip ini kemudian diadaptasi dalam pembelajaran yang mampu melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan
sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam suatu permasalahan. Hasil penelitian Kristianingsih 2010 menunjukkan model pembelajaran inquiry