Dalam melakukan analisa digunakan beberapa kombinasi pembebanan, yaitu: 1.
1,4 D 2.
1,2 DL + 1,6 LL 3.
1,2 DL + 1,0 LL ± 1,0 E 4.
0,9 DL ± 1,0 E
Gambar 3.2 Spektrum respon gempa a untuk zona gempa 4; b untuk zona gempa 6 SNI 03-1726-2002
3.3 Propertis Bata
Dalam  studi  ini  digunakan  bata  merah  sebagai  material  dinding  pengisi. Karakterisitik  dinding  bata  yang  akan  digunakan  dalam  studi  ini  didasarkan  pada
Universitas Sumatera Utara
karakteristik dinding bata hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Aryanto 2008. Berdasarkan eksperimen diperoleh data sebagai berikut:
1. Parameter individu bata dan mortar:
c. Kuat tekan unit bata 4,57 Mpa
d. Kuat tekan rata-rata mortar 10,45 Mpa
2. Parameter dinding pengisi pasangan bata:
e. Kuat tekan rata-rata pasangan bata fm’ 3,54 Mpa
f. Modulus elastisitas dinding pengisi 2478 Mpa
g. Kuat Lekat bond pasangan bata 0,39 MPa
h. Regangan pada tegangan maksimum,
c
= 0,002 Propertis fisik bata merah yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan
Gambar 3.3. Tabel 3.3 Rata-rata propertis fisik bata merah Aryanto, 2008
Propertis  Bata Merah  Satuan
Panjang 207,23
mm Tinggi
52,28 mm
Tebal 99,47
mm Berat Jenis
1473,55 kgm
3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3 Rata-rata dimensi bata merah Aryanto, 2008
3.4 Perhitungan Dimensi Strut
Di  dalam  studi  ini  pemodelan  dinding  bata  menggunakan  metode  diagonal compression  strut,  dinding  bata  akan  dianggap  sebagai  bracing  diagonal  tekan.
Diagonal  compression  strut  memodelkan  kekakuan  ekivalen  non  linier  dinding pengisi  bata  dengan  menggunakan  batang  tekan  diagonal  sehingga  dengan  metode
seperti  ini  akan  mempermudah  analisa  perhitungan.  Dimensi  ekivalen  diagonal compression  strut  didapat  dengan  menggunakan  formula  FEMA  273  dengan
memperhatikan  faktor  bukaan  pada  dinding  pengisi  yang  diajukan  oleh  Asteris 2003.
Asteris  2003  mengajukan  formula  sederhana  untuk  menentukan  lebar ekivalen  dinding  pengisi  w
i
Gambar  3.4  dengan  memperhatikan  faktor  bukaan seperti pintu dan jendela sesuai dengan Pers. 2.42 sebagai berikut:
= dimana:
Universitas Sumatera Utara
= 0,175
1 −0,4
1
= sin 2
� 4
1 4
Gambar 3.4 Penampang ekivalen dinding pengisi sebagai strut
3.4.1 Strut 1 bentang 5 m dan tinggi 4 m
Diketahui: f’c   = 30 MPa
Penampang kolom 600 x 600 mm Penampang balok 500 x 600 mm
h
col
= 4000 mm l
b
= 5000 mm E
me
= 1000 MPa
Universitas Sumatera Utara
t
inf
= 100 mm h
inf
= 3400 mm l
inf
= 4400 mm r
inf
=5560,576 mm E
fe
= 4700
30  = 25742,960 MPa I
c
= 112 600600
3
= 1,080 x 10
10
mm
4
θ =
tan
−1
= 37,694
sehingga,
1
= sin 2
� 4
1 4
1
= 1000 x 100 x sin
2 37,694 4   25742,960   1,080. 10
10
3400
1 4
1
= 0,000400 Maka,
= 0,175
1 −0,4
= 0,175 0,000400   4000
−0,4
5560,576
Universitas Sumatera Utara
= 806,350 Dengan asumsi prosentase bukaan 16  case B diperoleh
= 0,450
maka dengan menggunakan Pers. 2.42: =
w
i
= 0,450 x 806,350 w
i
= 362,858 mm Selanjutnya  untuk  perencanaan  dimensi  strut  yang  lainnya  disajikan  pada
Tabel 3.4, 3.5, dan 3.6. Tabel 3.4 Penampang ekivalen dinding pengisi sebagai strut
t
inf
mm w
i
mm bentang 5 m  tinggi 4 m
Strut 1 100,000
806,350
bentang 5 m  tinggi 3,5 m Strut 2
100,000 797,485
bentang 3 m  tinggi 4 m Strut 3
100,000 605,108
bentang 3 m  tinggi 3,5 m Strut 4
100,000 565,878
Tabel 3.5 Penampang ekivalen dinding pengisi sebagai strut dengan bukaan 16
t
inf
mm w
i
mm bentang 5 m  tinggi 4 m
Strut 1 100,000
362,858
bentang 5 m  tinggi 3,5 m
Strut 2 100,000
358,868
bentang 3 m  tinggi 4 m Strut 3
100,000 272,299
bentang 3 m  tinggi 3,5 m Strut 4
100,000 254,645
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6 Penampang ekivalen dinding pengisi sebagai strut dengan bukaan 40
t
inf
mm w
i
mm bentang 5 m  tinggi 4 m
Strut 1 100,000
145,143
bentang 5 m  tinggi 3,5 m Strut 2
100,000 143,547
bentang 3 m  tinggi 4 m Strut 3
100,000 108,919
bentang 3 m  tinggi 3,5 m
Strut 4 100,000
101,858
3.5 Perhitungan Kekuatan Diagonal Compression Strut Saneinejad-Hobbs 1995
3.5.1 Penetapan Parameter
= 0,4 diambil dari ketentuan ACI 530-88
c
= 0,002 f’m = 3,54 εθa
= =
4000 5000
= 0,773
θ =
tan
−1
= 37,694 Tegangan tekan efektif dinding pengisi Pers. 2.31
= 0,6 ∅
′
f
c
= 0,6 x 0,65 x 3,54 = 1,381 MPa Batas atas tegangan kontak nominal
Universitas Sumatera Utara
� =
1 + 3
2 4
� =
1,381 1 + 3   0,4
2
0,773
4
= 1,252 �
� =
1 + 3
2
� =
1,381 1 + 3   0,4
2
= 1,089 �
Mn  pada  kolom  =  125158000  Nmm,  jika  M
pc
=    M
n
dengan    =  1  maka  M
pc
= 125158000  Nmm.  Sedangkan  Mn  pada  balok  =  258382200  Nmm,  jika  M
pb
=   M
n
dengan   = 1 maka M
pb
= 258382200 Nmm. Panjang bidang kontak portal dengan dinding pengisi
Hubungan balok dan kolom menyatu sehingga nilai M
pj
adalah nilai terkecil di antara M
pc
dan M
pb
. Dengan menggunakan Pers. 2.19a dan Pers. 2.19b:
= 2
+ 2 �
0,4
′
2 125158000 + 2 0,2 125158000 1,252 100
0,4 3400
154λ,12λ ≤ 1360
Universitas Sumatera Utara
Ambil nilai α
c
h = 1360, sehingga diperoleh = 0,340
= 2
+ 2 �
0,4
′
2 125158000 + 2 0,2 258382200 1,089 100
0,4 4400
1802,2 ≤ 1760
Ambil nilai = 1360, sehingga diperoleh
= 0,352 Tegangan kontak
=
2
� 1 −
−
= 0,773
2
1,252   0,34 1 − 0,34 − 0,4   0,773
= 0,07935 =
2
� 1 −
−
= 0,773
2
1,089   0,352 1 − 0,352 − 0,4   0,773
= 0,06872 karena A
c
A
b
, maka sesuai Pers. 2.21a � = �
= 1,089 �
Universitas Sumatera Utara
� = � = 1,252
0,06872 0,07935
= 1,084  �
Dan sesuai Pers. 2.15 � =    �
� =  0,4   1,089 = 0,490  �
Keruntuhan sudutujung diagonal CC, dihitung memakai Pers. 2.29
= =
1 −          � +       � cos
�
= =
1 − 0,34  0,34   100   4000    1,084 + 0,352   100   5000    0,49 cos 37,694
= = 231956
= 231,956 Keruntuhan tekan diagonal DC, dihitung memakai Pers. 2.30, 2.31 dan 2.32
= 1 −
2 ′ 2
+
′ 2
= 1 −
2 ′ 2
+
′ 2
= 1 − 0,340
2
3400
2
+ 4400
2
= 4939,184
Universitas Sumatera Utara
= 1 −
40
2
= 1,381 1 −
4939,1837 40   100
2
= 0,72443 �
Maka,
= =
0,5
′
cos �
= =
0,5
′
cos �
= = 155636,8
= 155,637 Keruntuhan Geser S dihitung memakai Pers. 2.34
tan �
′
= 1 −
′ ′
tan �
′
= 1 − 0,340
3400 4400
= 0,51
= =
′
1 − 0,45 tan �
′
tan � 0,83
′
cos �
= =
1   0,39  100   4400 1 − 0,45   0,51  tan 37,694
0,83   1   100   4400 cos 37,694
Universitas Sumatera Utara
288216,21  461528 =
= 288216,21 = 288,216
Dari  ketiga  mode  keruntuhan  yang  ditinjau,  keruntuhan  tekan  diagonal  akan terjadi lebih dahulu dibanding dengan mode keruntuhan yang lain sehingga dianggap
yang paling menentukan, maka R = 155,637 kN. Dan selanjutnya untuk perhitungan kekuatan strut-strut yang lain nilainya ditampilkan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kekuatan strut
Daya dukung kN Strut 1
123,216
Strut 2 89,152
Strut 3 65,884
Strut 4
77,742
3.6 Sendi Plastis Balok, Kolom dan Dinding bata
Pada  studi  ini  elemen  balok,  kolom  dan  dinding  bata  dimodelkan  sebagai balok  Giberson  atau  dikenal  juga  dengan  sebutan  lumped  plasticity  model  untuk
pemodelan elemen nonlinier. Model ini mengandung elemen batang linier yang diapit oleh elemen pegas tidak linier tidak elastis pada kedua ujung-ujungnya Faisal, 2013.
Pemakaian  elemen  pegas  disini  adalah  untuk  mewakili  sendi  plastis  pada struktur  beton  akibat  gaya  gempa.  Elemen  pegas  ini  memiliki  parameter-parameter
tidak  linier  tidak  elastis  dalam  bentuk  hubungan  gaya-deformasi  seperti  momen-
Universitas Sumatera Utara
kurvatur    atau  momen-rotasi;  interaksi  gaya  aksial-momen,  gaya  geser-simpangan geser dan gaya aksial-simpangan. Lumped plasticity model ini ada di semua program
komputer tidak linier yang memiliki elemen garis seperti SAP2000 Faisal, 2013 . Kondisi  tidak  linier  tidak  elastis  pada  sendi  plastis  di  elemen  garis  diwakili
oleh  parameter-parameter  momen-rotasi  untuk  balok  dan  kolom.  Pada  studi  ini kekuatan  lentur  diasumsikan  menurun  mencapai  20  dari  momen  maksimum  pada
titik  rotasi  ultimit  didasarkan  pada  hasil  studi  Rozman  dan  Fajfar  2009  tentang pemodelan komputer struktur versus hasil eksperimental uji pseudo-dinamis struktur
gedung beton bertulang 3 dimensi. Pada model ini kerusakan struktur yang terjadi dianggap masih dapat dibatasi
θR  pada  kondisi  rotasi  leleh  θ
y
,  kondisi  rusak  berat  RB  pada  0,75 θ
u
,  kondisi hampir rubuh HR pada θ
u
,  dan  rubuh  total  pada  3 θ
u
seperti  ditunjukkan  Gambar 3.5.  Haselton  et  al  2007  membatasi  nilai  θ
p
=  0,035- 0,085;  θ
pc
=  0,015-0,1;  dan M
c
M
y
= 1,17- 1,21. Sedangkan Zareian dan Krawinkler 200λ memberikan 3 nilai θ
p
= 0,02; 0,04; 0,06. Properti  material  nonlinier  pada  studi  ini  seperti  kapasitas  rotasi  pasca  leleh
rotasi plastis untuk zona gempa 4, θ
p
= 0,04 dan untuk zona gempa 6, θ
p
=  0,06; kapasitas rotasi pasca kondisi plastis θ
pc
= 0,06 dan rotasi leleh θ
y
dihitung dengan θ
y
= MyK . Nilai rasio antara momen maksimum dengan momen leleh adalah M
c
M
y
= 1,19. Tabel 3.8 menyajikan salah satu nilai properti sendi plastis pada balok.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5 Hubungan momen-rotasi pada ujung-ujung elemen Rozman dan Fajfar, 2009
Tabel 3.8 Nilai properti sendi plastis pada salah satu balok
Points  ForceSF  DisplacementSF A
B 1
C 1,19
27,89 D
0,2 27,89
E 0,2
55,78
Kurva  kapasitas  yang  dihasilkan  oleh  analisis  pushover  menggambarkan tahapan  terbentuknya  sendi  plastis  lihat  Gambar  3.6.  Tahapan  tersebut
memperlihatkan  kapan  terjadinya  pelelehan  pertama  dan  kapan  struktur  tersebut mengalami  keruntuhan.  Dapat  dilihat  pada  Gambar  3.6,  A-B  adalah  kondisi  elastik
dan B-C memperlihatkan kondisi  plastis. Di antara  B dan C terdapat  IO immediate occupancy, LS life safety dan CP collapse prevention.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.6 Kurva kapasitas dari analisis pushover Elemen  dinding  pengisi  dimodelkan  menjadi  sebuah  elemen  garis  yang
memiliki kekuatan dan simpangan yang getas brittle. Untuk mendapatkan parameter ini  digunakan  persamaan  yang  diajukan  oleh  Saneinejad-Hobbs  1995  seperti  yang
telah dibahas sebelumnya. Elemen garis strut ini hanya menerima gaya tekan akibat beban lateral.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada  bagian  ini  akan  dibahas  tentang  hasil  analisis  berupa  kekakuan  lateral, simpangan  antartingkat,  daktilitas,  kurva  kapasitas,  dan  performance  point  dari
masing-masing  model  untuk  kemudian  dibandingkan  mana  yang  mempunyai performa yang lebih baik.
4.1 Kekakuan Lateral