2.3.4.3 Kekakuan Diagonal Tekan Ekivalen
Modulus  elastisitas  sekan  dari  diagonal  tekan  ekivalen  pada  kondisi  beban puncak dihitung sebagai berikut:
= � = ∆                                                           2.37
dimana ∆
d
= ∆
h
cos θ dan d = panjang diagonal panel. Dengan  mengganti  ∆y  dan  d  maka  rumus  diatas  dapat  ditulis  dalam  bentuk
lendutan horizontal puncak sebagai berikut:
= ∆
2
� 2.38
Modulus  elastisitas  initial  yang  digunakan  pada  analisis  dapat  diambil  dua kali nilai modulus secant sebagai berikut:
= 2
∆
2
� 2.39
2.4  Diagonal  Tekan  Ekivalen Equivalent  Diagonal  Strut  berdasarkan  FEMA
273
Lebar efektif diagonal compression strut yang digunakan untuk menganalisis kekuatan dan kekakuan dinding pengisi bata berdasarkan model FEMA 273 dihitung
dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
= 0,175
1 −0,4
2.40
1
= sin 2
� 4
1 4
2.41
dimana: h
col
= tinggi kolom di antara as-balok h
inf
= tinggi dinding pengisi E
fe
= modulus elastisitas material portal E
me
= modulus elastisitas material dinding pengisi I
col
= inersia penampang kolom L
inf
= panjang dinding pengisi r
inf
= panjang diagonal dinding pengisi t
inf
= tebal dinding pengisi θ
= sudut yang dibentuk antara tinggi dan panjang dinding pengisi
1
= koefisien yang digunakan untuk menentukan lebar efektif strut a
= lebar efektif strut
Universitas Sumatera Utara
2.5  Diagonal  Tekan  Ekivalen Equivalent  Diagonal  Strut  Berdasarkan  Asteris
2003
Asteris  2003  mengajukan  sebuah  formula  dalam  penentuan  lebar  efektif diagonal compression strut
dengan menambahkan sebuah faktor koreksi   ke model FEMA  273  yang  merupakan  faktor  reduksi  kekakuan  akibat  adanya  bukaan  pada
dinding pengisi pintu, jendela, dan lain-lain sesuai persamaan: =
2.42
dimana = faktor reduksi kekakuan dengan menggunakan Gambar 2.6 dan Gambar
2.7 a
= lebar efektif strut sesuai dengan FEMA 273, sesuai Pers. 2.40 dan 2.41 Gambar  2.4  menunjukkan
faktor  reduksi  kekakuan  dinding  pengisi    untuk case
B, Gambar 2.5 menunjukkan faktor reduksi kekakuan dinding pengisi   dengan posisi bukaan yang berbeda, sedangkan untuk posisi bukaan dengan persentase yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Faktor reduksi kekakuan dinding pengisi yang berhubungan dengan
persentase bukaan case B lihat Gambar 2.7 Asteris, 2003
Gambar 2.5 Faktor reduksi kekakuan dinding pengisi   yang berhubungan dengan persentase bukaan dengan posisi bukaan yang berbeda lihat Gambar
2.7 Asteris, 2003
Fakt or
reduks i ke
kaku an
Fakt or
reduks i ke
kaku an
Persentase bukaan
Persentase bukaan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Posisi bukaan case A, B, dan C dan persentase bukaan Asteris, 2003
2.6 Portal-Isi Hasil Riset Eksperimen Mehrabi et al 1996
Portal-isi  yang  akan  dianalisis  adalah  konfigurasi  yang  digunakan  pada penelitian  eksperimen  Universitas  Colorado  Mehrabi  et  al.,  1996  yang  akan
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan  dengan  analisis  portal-isi  diagonal  tekan  ekivalen  yang  diajukan Saneinejad-Hobbs  1995.  Portal-isi  memakai  struktur  beton  bertulang.  Penelitian
tersebut  juga  menguji  portal  terbuka  tanpa  dinding  pengisi.  Konfigurasi  portal-isi ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Pelat  beton  pengikat  pada  sampel  uji  diatas  diikat  dengan  baut  baja  khusus pada lantai kaku laboratorium sehingga kolom dapat dianggap terjepit penuh. Untuk
mensimulasi  adanya  beban  gravitasi  dari  lantai  diatasnya  bangunan  sebenarnya maka pada kedua kolom sampel uji diberikan beban vertikal konstan Pv sebesar 294
kN. Sedangkan beban lateral Ph diberikan secara bertahap monotonik sampai terjadi runtuh Dewobroto, 2005.
Gambar 2.7 Portal-isi universitas colorado Mehrabi et al, 1996
Pv Pv
Ph
Dinding pengisi
Lantai Kaku
laboratorium
Universitas Sumatera Utara
Untuk dinding pengisi digunakan masonri dari blok beton padat ukuran 194 x 92  x  92  mm  yang  dilekatkan  dengan  mortar.  Masonri  diuji  secara  individu  maupun
dalam bentuk terpasang bentuk prisma masonri  tiga lapis. Parameter-parameternya sebagai berikut:
1. Parameter individu masonri dan mortar:
a. Kuat tekan unit bata 15,57 Mpa
b. Kuat tekan rata-rata mortar 15,98 Mpa
2. Parameter dinding pengisi:
a. Kuat tekan prisma dinding pengisi fm’ 15,09 Mpa
b. Modulus secant dinding pengisi 9515 Mpa
c. Kuat Lekat bond pasangan bata 0,39 MPa
d. Regangan pada tegangan maksimum,
c
= 0,0029 Dari  hasil  uji  eksperimen  portal-isi  dan  portal-terbuka  yang  dilakukan  oleh
Mehrabi et al 1996 kemudian akan dibandingkan hasilnya dengan analisis portal-isi diagonal tekan ekivalen yang diajukan Saneinejad-Hobbs 1995. Perbandingan hasil
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa metode diagonal tekan ekivalen memberikan prediksi numerik  yang berada diantara struktur
Universitas Sumatera Utara
portal  terbuka dan portal  isi dan hasilnya dalam  batas-batas  yang mencukupi  lower bound.
Tabel 2.1 Hasil eksperimen Mehrabi et al 1996 dan analisis portal-isi diagonal tekan ekivalen Saneinejad-Hobbs 1995
Sampel Secant
Stiffnes kNmm
Hasil pengujian maks Beban
kN Selisih
Lendutan mm
Selisih
Portal terbuka 4,21
106,31 -
65,28 -
hasil eksperimen Portal isi hasil
129,65 277,68
161 3,3
95 eksperimen
Analisis Diagonal 40,327
211,729 99
10,5 84
Tekan Ekivalen
2.7 Daktilitas Struktur Bangunan μ
Daktilitas  adalah  kemampuan  suatu  struktur  gedung  untuk  mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban
gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan  kekuatan  dan  kekakuan  yang  cukup,  sehingga  struktur  gedung
tersebut  tetap  berdiri,  walaupun  sudah  berada  dalam  kondisi  di  ambang  keruntuhan. Perilaku  ini  sangatlah  penting,  sebab  selama  proses  pelelehan,  elemen  struktur
tersebut mengalami proses dissipasi energi gempa.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan desain rancangan untuk suatu struktur bangunan, akan menjadi tidak  ekonomis  apabila  desain  struktur  bangunan  tersebut  direncanakan  memiliki
respon elastis terhadap  gempa kuat. Hal  ini dikarenakan  gempa kuat  tersebut  jarang sekali  terjadi.  Oleh  sebab  itu,  agar  ekonomis,  struktur  bangunan  yang  direncanakan
diharapkan  berespon  inelastis  dengan  tingkat  daktilitas  tertentu  Wibisono  dan  Lie, 2008.
Struktur  dengan  tingkat  daktilitas  tertentu  akan  memungkinkan  terjadinya sendi  plastis  secara  bertahap  pada  elemen-elemen  struktur  yang  telah  ditentukan.
Dengan terbentuknya sendi plastis pada elemen struktur, maka struktur akan mampu menahan beban gempa maksimum tanpa memberikan kekuatan yang berlebihan pada
elemen  struktur  sebab  energi  kinetik  akibat  gerakan  tanah  dasar  yang  diterima  akan dipencarkan pada sendi plastis tersebut. Semakin banyak terbentuk sendi plastis pada
elemen struktur, semakin besar pula energi  gempa  yang dipencarkan.  Setelah terjadi sendi  plastis  pada  suatu  elemen,  defleksi  struktur  serta  rotasi  plastis  masih  terus
bertambah Yuliari dan Suhelda, 2008. Pada struktur rencana, daktilitas struktur tersebut digambarkan dengan faktor
modifikasi  respon  yang  turut  mewakili  faktor  kuat  lebih  overstrenght  factor  serta kapasitas  komponen  struktur  secara  keseluruhan  dalam  kondisi  daktail.  Faktor
modifikasi respon ini dilambangkan dengan simbol μ. Batasan-batasan terkait dengan
kriteria  perencanaan  desain  daktilitas  bangunan  dengan  menggunakan  faktor modifikasi respon dipaparkan sebagaimana berikut Wibisono dan Lie, 2008:
Universitas Sumatera Utara
1. Kekakuan  dan  kekuatan  struktur  ketika  direncanakan  untuk  memenuhi
kondisi di atas pun perlu direncanakan agar dapat memberikan kemampuan yang  cukup  kepada  struktur  bangunan  untuk  melakukan  deformasi  yang
bersifat  elastoplastik  tanpa  runtuh,  bila  mengalami  gempa  rencana maksimum.
2. Untuk memperoleh daktilitas yang tinggi pada struktur gedung tinggi yang
direncanakan,  harus  diupayakan  agar  sendi-sendi  plastis  yang  terbentuk akibat  beban  gempa  maksimum  hanya  terjadi  di  dalam  balok-balok  dan
tidak  terjadi  dalam  kolom-kolom,  kecuali  pada  kaki  kolom  yang  paling bawah dan pada bagian atas kolom penyangga atap. Hal ini dapat terpenuhi
apabila  kapasitas  momen  leleh  kolom  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan kapasitas momen leleh balok yang bertemu pada kolom tersebut.
3. Perlu  dilakukan  pembatasan  terkait  besarnya  perpindahan  displacement
yang  terjadi.  Hal  ini  tidak  lain  untuk  menjaga  integritas  bangunan  serta untuk  menghindari  jatuhnya  korban  jiwa  pada  saat  gempa  rencana
maksimum terjadi. Pada  Tabel  2.2  di  bawah  ini  disajikan  nilai  R  untuk  berbagai  nilai
μ  yang bersangkutan.  Nilai  faktor  daktilitas  struktur  gedung
μ  dalam  perencanaan  struktur dapat  dipilih  sesuai  dengan  kebutuhan  tetapi  tidak  boleh  melampaui  nilai  faktor
daktilitas  maksimum μ
m
yang  dapat  dikerahkan  oleh  masing-masing  subsistem struktur gedung tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Parameter daktilitas struktur gedung berdasarkan SNI 03-1726-2002
Taraf kinerja struktur gedung
μ R
Elastis penuh 1,0
1,6 Daktail parsial
1,5 2,0
2,5 3,0
3,5 4,0
4,5 5,0
2,4 3,2
4,0 4,8
5,6 6,4
7,2 8,0
Daktail penuh 5,3
8,5
2.8 Gempa Nominal Statik Ekivalen
Apabila kategori gedung memiliki Faktor Keutamaan I dan strukturnya untuk suatu  arah  sumbu  utama  denah  struktur  dan  sekaligus  arah  pembebanan  gempa
rencana  memiliki  faktor  reduksi  gempa  R  menurut  Tabel  2.2  dan  waktu  getar  alami fundamental T
1
, dihitung menurut Pers. 2.43 berikut:
=
1
2.43
dimana: C
1
=   nilai faktor respons gempa yang didapat dari spektrum respons gempa rencana menurut Gambar 2.8 untuk waktu getar alami fundamental T
1.
Wt  =   berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
Beban geser dasar nominal  V menurut pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang tinggi  struktur  gedung menjadi  beban-beban  gempa nominal  statik ekivalen  Fi  yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut Pers. 2.44 berikut:
=
=1
2.44
Persamaan diatas berlaku jika,
3 2.45
dimana: Wi = berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai.
zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, dimana struktur atas  dapat  dianggap  terjepit  lateral  pada  taraf  lantai  dasar,  selanjutnya  struktur
bawah dapat dianggap struktur tersendiri yang berada di dalam tanah. n = nomor lantai tingkat paling atas.
H = tinggi bangunan. B = lebar bangunan.
Dan jika,
3 2.46
Universitas Sumatera Utara
Untuk lantai paling atas,
= 0,1  +
=1
0,9 2.47
Selain lantai paling atas ditentukan
=
−1 =1
0,9 2.48
2.9 Analisis Ragam Spektrum Respons
Perhitungan  respons  dinamik  struktur  gedung  tidak  beraturan  terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan
metoda  analisis  ragam  spektrum  respons  dengan  memakai  spektrum  respons  gempa rencana  menurut  Gambar  2.8  yang  nilai  ordinatnya  dikalikan  faktor  koreksi  IR,  di
mana  I  adalah  faktor  keutamaan,  sedangkan  R  adalah  faktor  reduksi  gempa representatif  dari  struktur  gedung  yang  bersangkutan.  Dalam  hal  ini,  jumlah  ragam
vibrasi  yang  ditinjau  dalam  penjumlahan  respons  ragam  menurut  metoda  ini  harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus
mencapai sekurang-kurangnya 90.
2.10 Simpangan Antarlantai
Berdasarkan  SNI  03-1726-2002  Pasal  8,  simpangan  antarlantai  ditentukan berdasarkan 2 kinerja, yaitu kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Respons spektrum gempa rencana SNI 03-1726-2002
Universitas Sumatera Utara
a. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antartingkat
akibat  pengaruh  gempa  rencana,  yaitu  untuk  membatasi  terjadinya pelelehan  baja  dan  peretakan  beton  yang  berlebihan,  disamping  untuk
mencegah  kerusakan  nonstruktur  dan  ketidaknyamanan  penghuni. Simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
tersebut  akibat  pengaruh  gempa  nominal  yang  telah  dibagi  faktor  skala. Untuk  memenuhi  persyaratan  kinerja  batas  layan  berdasarkan  SNI  03-
1726-2002, struktur gedung dalam segala hal simpangan antartingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui dari Pers.
2.49 dan 2.50 di bawah ini. ∆
1
0,03 2.49
∆
1
30 2.50
dimana : Δi = simpangan antartingkat yang telah dibagi faktor skala
R = faktor reduksi gempa struktur gedung berdasarkan Tabel 2.1 hi = tinggi tingkat yang bersangkutan
b. Kinerja  batas  ultimit  struktur  gedung  ditentukan  oleh  simpangan  dan
simpangan antartingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana  dalam  kondisi  gedung  di  ambang  keruntuhan,  yaitu  untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan  korban  jiwa  manusia  dan  untuk  mencegah  benturan
Universitas Sumatera Utara
berbahaya  antargedung  antarbagian  struktur  gedung  yang  dipisah  dengan sela  pemisah  sela  dilatasi.  Simpangan  dan  simpangan  antartingkat  ini
harus dihitung dari simpangan struktur  gedung akibat pembebanan  gempa nominal yang dikalikan dengan suatu faktor pengali
ζ sebagai berikut: 1.
Untuk struktur gedung beraturan ditentukan dengan Pers. 2.51 berikut: ζ = 0,7 R                                            2.51
2. Untuk gedung tidak beraturan ditentukan dengan Pers. 2.52 berikut:
ζ = 0,7
2.52 dimana:
Faktor skala = seperti yang ditetapkan pada pasal 7.2.3 SNI 03-1726-2002. Untuk memenuhi  persyaratan kinerja batas ultimit struktur  gedung, dalam
segala  hal  simpangan  antartingkat  yang  dihitung  dari  simpangan  struktur gedung tidak boleh melebihi Pers. 2.53 di bawah ini.
∆ . ζ ≤  0,02 . h
i
2.53 dimana:
Δ = simpangan antartingkat ζ = faktor pengali berdasarkan Pers. 2.51 atau 2.52
hi = tinggi tingkat yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
2.11 Analisa Beban Dorong Statik Static Pushover Analysis
Analisa beban dorong statik adalah suatu cara analisis statik 2 dimensi atau 3 dimensi  linier  dan  non-linier,  di  mana  pengaruh  gempa  rencana  terhadap  struktur
gedung  dianggap  sebagai  beban-beban  statik  yang  menangkap  pada  pusat  massa masing-masing  lantai,  yang  nilainya  ditingkatkan  secara  berangsur-angsur  sampai
melampaui  pembebanan  yang  menyebabkan  terjadinya  pelelehan  sendi  plastis pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut
mengalami  perubahan  bentuk  elasto-plastis  yang  besar  sampai  mencapai  kondisi  di ambang keruntuhan SNI 03-1726-2002.
Analisa  pushover  menghasilkan  kurva  kapasitas  Capasity  Curve  yang menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar base shear dengan perpindahan
displacement titik acuan pada atap.  Untuk mengetahui  perilaku struktur  yang  akan ditinjau  terhadap  intensitas  gempa  yang  diberikan,  kurva  kapasitas  ini  dibandingkan
dengan  kurva kebutuhan demand berupa response spectrum berbagai gempa. Bila  kapasitas  struktur  lebih  besar  dari  kebutuhan,  maka  kinerja  yang
disyaratkan  dapat  dicapai.  Dalam  proses  membandingkan  kapasitas  dan  kebutuhan, ada  beberapa  cara  yang  dapat  digunakan.  Dalam  penelitian  ini  cara  yang  digunakan
adalah  Capacity  Spectrum  Method  CSM.  Seluruh  proses  evaluasi  ini  dapat dilakukan secara dengan menggunakan bantuan program.
Adapun tahapan utama dalam analisa pushover adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Tentukan  kurva  kapasitas  pushover,  yang  menggambarkan  hubungan
antara  gaya  geser  dasar  base  shear  dengan  perpindahan  displacement titik acuan pada atap.
2. Buat  spektrum  respon  percepatan-simpangan  ADRS  berdasarkan
spektrum  desain  elastis  tanpa  pengurangan  akibat  R-factor  seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Konversi spektrum desain elastis menjadi format ADRS ATC-40
3. Ubah kurva kapasitas pushover menjadi spektrum kapasitas Gambar 2.10.
4. Kemudian cari titik performance point sehingga diperoleh titik perpindahan
atap maksimum. Dari perpindahan atap maksimum tersebut kemudian cari Spektrum desain elastis
Sa Vs T Spektrum ADRS
Sa Vs Sd
Universitas Sumatera Utara
nilai gaya geser dasar maksimum base shear maximum, perpindahan tiap lantai floor displacement dan lain-lain.
Gambar 2.10 Konversi kurva kapasitas menjadi spektrum kapasitas ATC-40 Dengan  melakukan  analisis  pushover  kita  dapat  mengetahui  perilakukinerja
struktur  terutama  perilaku  nonlinier  dengan  lebih  baik  seperti  dapat mengidentifikasi elemen yang tidak kuat, dapat memperkirakan apa yang diperlukan
elemen  sehingga  menjadi  lebih  sesuai  dengan  kenyataan  dan  dapat  memahami dengan baik akibat dari kriteria hasil yang dipilih.
2.12 Capasity Spectrum Method
Capasity  Spectrum  Method  menyajikan  secara  grafis  dua  buah  grafik spektrum,  yaitu  spektrum  kapasitas  capasity  spectrum  dan  spektrum  kebutuhan
demandlihat  Gambar  2.11.  Spektrum  kapasitas  menggambarkan  hubungan  gaya geser dasar base shear dan perpindahan lateral struktur biasanya di atap bangunan
Kurva kapasitas pushover Spektrum ADRS
Sa Vs Sd
Universitas Sumatera Utara
sedangkan  spektrum  demand  menggambarkan  besarnya  kebutuhan  demand  akibat gempa dengan periode ulang tertentu.
Gambar 2.11 Performance point pada capasity spectrum method
Spektrum  kapasitas  didapatkan  dari  kurva  kapasitas  capasity  curve  yang diperoleh dari analisis pushover. Karena kurva kapasitas merupakan hubungan antara
gaya  dorong  total  yang  diberikan  ke  suatu  struktur  berderajat  kebebasan  banyak multi degree of freedom system, MDOF terhadap perpindahan yang dipilih sebagai
referensi  umumnya  puncak  bangunan  sedangkan  spektrum  demand  dibuat  untuk struktur  dengan  kebebasan  satu  single  degree  of  freedom  system,  SDOF,  maka
kurva kapasitas dengan cara tertentu harus diubah menjadi spektrum kapasitas dengan satuan yang sama dengan spektrum demand.
Demand spectrum
Performance point
Capacity spectrum Sa
Sd
Universitas Sumatera Utara
Spektrum  demand  didapatkan  dengan  mengubah  spektrum  respon  yang biasanya  dinyatakan  dalam  spektral  kecepatan  S
a
dan  periode  T  menjadi  format spektral percepatan S
a
dan spektral perpindahan S
d
. Format yang baru ini disebut Acceleration  Displacement  Responce  Spectra  ADRS.  Kurva  kapasitas  yang
merupakan  produk  dari  analisis  pushover  dinyatakan  dalam  satuan  gaya  kN  dan perpindahan m, sedangkan demand spectrum memiliki satuan percepatan mdetik
2
dan  perpindahan  m.  Satuan  dari  kedua  kurva  tersebut  perlu  diubah  dalam  format yang  sama,  yaitu  spektral  percepatan  S
a
dan  spektral  perpindahan  S
d
agar  dapat ditampilkan dalam satu tampilan Wibisono dan Lie, 2008.
Capasity Spectrum Method ini telah built-in dalam program seperti SAP2000, proses  konversi  kurva  pushover  ke  format  ADRS  dan  kurva  respon  spektrum  yang
direduksi  dikerjakan  otomatis  dalam  program.  Data  yang  perlu  dimasukkan  cukup memberikan kurva respons spektrum rencana.
Penyajian  secara  grafis  dapat  memberikan  gambaran  yang  jelas  bagaimana sebuah  bangunan  merespon  beban  gempa.  Perencana  dapat  membuat  berbagai
skenario  kekuatan  struktur  dengan  cara  mengganti  kekakuan  dari  beberapa komponen  struktur  dan  melihat  kinerjanya  akibat  beberapa  level  demand  yang
dikehendaki  secara  cepat  dalam  satu  grafik  seperti  ditunjukkan  pada  Gambar  2.12. Titik  kinerja  merupakan  perpotongan  antara  spektrum  kapasitas  dan  spektrum
demand.  Dengan  demikian  titik  kinerja  merupakan  representasi  dari  dua  kondisi, yaitu Wibisono dan Lie, 2008:
Universitas Sumatera Utara
1. Karena terletak pada spektrum kapasitas, merupakan representasi kekuatan
struktur pada suatu nilai perpindahan tertentu, dan 2.
Karena terletak pada kurva demand, menunjukkan bahwa kekuatan struktur dapat memenuhi demand beban yang diberikan.
Gambar 2.12 Beberapa titik kinerja dalam satu grafik dalam capasity spectrum method
2.13 Kurva Kapasitas
Kurva  kapasitas  yang  didapatkan  dari  analisis  pushover  menggambarkan kekuatan  struktur  yang  besarnya  sangat  tergantung  dari  kemampuan  momen-
deformasi  dari  masing-masing  komponen  struktur.  Cara  termudah  untuk  membuat kurva ini adalah dengan mendorong struktur secara bertahap dan mencatat hubungan
Beberapa titik kinerja Beberapa
Spektrum kapasitas
Demand spectrum
Sa
Sd
Universitas Sumatera Utara
antara gaya geser dasar base shear dan perpindahan atap akibat beban lateral  yang dikerjakan pada struktur dengan pola pembebanan tertentu lihat Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Kurva kapasitas Pola  pembebanan  umumnya  berupa  respon  ragam-1  struktur  atau  bisa  juga
berupa  beban  statik  ekivalen  berdasarkan  asumsi  bahwa  ragam  struktur  yang dominan  adalah  ragam-1.  Hal  ini  berlaku  untuk  bangunan  yang  memiliki  periode
fundamental struktur yang relatif kecil. Kurva  kapasitas  capasity  curve  dapat  diubah  menjadi  spektrum  kapasitas
capasity spectrum dalam format ADRS melalui persamaan sebagai berikut:
=
1
2.54
= ∆
�
1
∅
,1
2.55 Ga
ya ge
se r da
sa r
Perpindahan atap V
Universitas Sumatera Utara
�
1
= ∅
1 =1
∅
1 2
=1
2.56
1
= ∅
1 =1
2
1 =1
∅
1 2
=1
2.57
dimana: MPF
1
= faktor partisipasi ragam modal participation factor untuk ragam ke-1
α
1
= koefisien massa ragam untuk ragam ke-1 w
i
g = massa lantai i
∅
il
= perpindahan pada lantai i ragam ke-1 ∆
atap
= perpindahan atap yang digunakan pada kurva kapasitas S
a
= spektrum percepatan S
d
= spektrum perpindahan N
= jumlah lantai V
= gaya geser dasar
Universitas Sumatera Utara
W = berat struktur akibat beban mati dan beban hidup tereduksi
2.14 Spektrum Kebutuhan Demand Spectrum
Demand spektrum ini diperoleh dari spektrum respon elastis yang dinyatakan dalam satuan percepatan, S
a
mdetik
2
dan periode struktur, T  detik. Sama seperti kurva  kapasitas,  spektrum  respon  ini  juga  perlu  diubah  ke  dalam  format  ADRS
menjadi  spektrum  demand.  Pada  format  ADRS,  periode  struktur  yang  sama  adalah garis  lurus  radial  dari  titik  nol.  Hubungan  antara  S
a
,  S
d
,  dan  T  didapatkan  dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
= 2 �                                                                       2.58
= 2
�
2
2.59
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pemodelan Struktur
Dalam  penelitian  ini  akan  dilakukan  analisa  statik  linier  dan  analisa  statik non-linier  pada  struktur  bangunan  yang  dimodelkan  sebagai  portal  2  dimensi  dan
terdiri dari 5 model yaitu portal terbuka open frame, portal dengan dinding pengisi di  keseluruhan  struktur  fully-infilled  wall  frame,  portal  dengan  dinding  pengisi  di
keseluruhan  struktur  dengan  bukaan  16,  portal  dengan  dinding  pengisi  di keseluruhan  struktur  dengan  bukaan  40,  dan  portal  dengan  dinding  pengisi  di
seluruh  struktur  kecuali  lantai  satu  open  first-story  frame.  Analisa  statik  yang digunakan  adalah  Analisa  Statik  Ekivalen  dan  Analisa  Ragam  Spektrum  Respons,
sedangkan untuk analisa perilaku non liniernya menggunakan Analisa Beban Dorong Statik Static Pushover Analysis.
Semua model struktur terdiri dari 6 lantai dan 3 bentang Gambar 3.1. Tinggi untuk  lantai  pertama  untuk  semua  model  adalah  4  m,  sedangkan  untuk  lantai-lantai
lainnya  3,5  m.  Masing-masing  mempunyai  panjang  bentang  5  m  kecuali  di  bagian tengahnya  3  m.  Perletakan  diasumsikan  jepit.  Struktur  diasumsikan  terletak  di  atas
tanah  sedang  dan  berada  di  zona  gempa  sedang  dan  tinggi.  Peruntukan  bangunan diasumsikan sebagai perhotelan. Untuk preliminary design ditetapkan dimensi balok
40 x 60 cm, kolom 60 x 60 cm, dan tebal plat lantaiatap 12 cm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar  3.1    Pemodelan  struktur  a  open  frame  model  1;  b  fully-infilled  wall framemodel  2;  c  fully-infilled  wall  frame  dengan  bukaan  16
model 3; d fully-infilled wall frame dengan bukaan 40 model 4; e open first-story frame model 5
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pembebanan
Pada  ketiga  model  struktur  dikerjakan  kombinasi  pembebanan  yang  sama. Beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beban gravitasi beban mati dan beban
hidup  dan  beban  gempa.  Beban  gravitasi  didapatkan  berdasarkan  PPIUG  1987, sedangkan beban gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002.
3.2.1 Beban Gravitasi