2.3.4.3 Kekakuan Diagonal Tekan Ekivalen
Modulus elastisitas sekan dari diagonal tekan ekivalen pada kondisi beban puncak dihitung sebagai berikut:
= � = ∆ 2.37
dimana ∆
d
= ∆
h
cos θ dan d = panjang diagonal panel. Dengan mengganti ∆y dan d maka rumus diatas dapat ditulis dalam bentuk
lendutan horizontal puncak sebagai berikut:
= ∆
2
� 2.38
Modulus elastisitas initial yang digunakan pada analisis dapat diambil dua kali nilai modulus secant sebagai berikut:
= 2
∆
2
� 2.39
2.4 Diagonal Tekan Ekivalen Equivalent Diagonal Strut berdasarkan FEMA
273
Lebar efektif diagonal compression strut yang digunakan untuk menganalisis kekuatan dan kekakuan dinding pengisi bata berdasarkan model FEMA 273 dihitung
dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
= 0,175
1 −0,4
2.40
1
= sin 2
� 4
1 4
2.41
dimana: h
col
= tinggi kolom di antara as-balok h
inf
= tinggi dinding pengisi E
fe
= modulus elastisitas material portal E
me
= modulus elastisitas material dinding pengisi I
col
= inersia penampang kolom L
inf
= panjang dinding pengisi r
inf
= panjang diagonal dinding pengisi t
inf
= tebal dinding pengisi θ
= sudut yang dibentuk antara tinggi dan panjang dinding pengisi
1
= koefisien yang digunakan untuk menentukan lebar efektif strut a
= lebar efektif strut
Universitas Sumatera Utara
2.5 Diagonal Tekan Ekivalen Equivalent Diagonal Strut Berdasarkan Asteris
2003
Asteris 2003 mengajukan sebuah formula dalam penentuan lebar efektif diagonal compression strut
dengan menambahkan sebuah faktor koreksi ke model FEMA 273 yang merupakan faktor reduksi kekakuan akibat adanya bukaan pada
dinding pengisi pintu, jendela, dan lain-lain sesuai persamaan: =
2.42
dimana = faktor reduksi kekakuan dengan menggunakan Gambar 2.6 dan Gambar
2.7 a
= lebar efektif strut sesuai dengan FEMA 273, sesuai Pers. 2.40 dan 2.41 Gambar 2.4 menunjukkan
faktor reduksi kekakuan dinding pengisi untuk case
B, Gambar 2.5 menunjukkan faktor reduksi kekakuan dinding pengisi dengan posisi bukaan yang berbeda, sedangkan untuk posisi bukaan dengan persentase yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Faktor reduksi kekakuan dinding pengisi yang berhubungan dengan
persentase bukaan case B lihat Gambar 2.7 Asteris, 2003
Gambar 2.5 Faktor reduksi kekakuan dinding pengisi yang berhubungan dengan persentase bukaan dengan posisi bukaan yang berbeda lihat Gambar
2.7 Asteris, 2003
Fakt or
reduks i ke
kaku an
Fakt or
reduks i ke
kaku an
Persentase bukaan
Persentase bukaan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Posisi bukaan case A, B, dan C dan persentase bukaan Asteris, 2003
2.6 Portal-Isi Hasil Riset Eksperimen Mehrabi et al 1996
Portal-isi yang akan dianalisis adalah konfigurasi yang digunakan pada penelitian eksperimen Universitas Colorado Mehrabi et al., 1996 yang akan
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan analisis portal-isi diagonal tekan ekivalen yang diajukan Saneinejad-Hobbs 1995. Portal-isi memakai struktur beton bertulang. Penelitian
tersebut juga menguji portal terbuka tanpa dinding pengisi. Konfigurasi portal-isi ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Pelat beton pengikat pada sampel uji diatas diikat dengan baut baja khusus pada lantai kaku laboratorium sehingga kolom dapat dianggap terjepit penuh. Untuk
mensimulasi adanya beban gravitasi dari lantai diatasnya bangunan sebenarnya maka pada kedua kolom sampel uji diberikan beban vertikal konstan Pv sebesar 294
kN. Sedangkan beban lateral Ph diberikan secara bertahap monotonik sampai terjadi runtuh Dewobroto, 2005.
Gambar 2.7 Portal-isi universitas colorado Mehrabi et al, 1996
Pv Pv
Ph
Dinding pengisi
Lantai Kaku
laboratorium
Universitas Sumatera Utara
Untuk dinding pengisi digunakan masonri dari blok beton padat ukuran 194 x 92 x 92 mm yang dilekatkan dengan mortar. Masonri diuji secara individu maupun
dalam bentuk terpasang bentuk prisma masonri tiga lapis. Parameter-parameternya sebagai berikut:
1. Parameter individu masonri dan mortar:
a. Kuat tekan unit bata 15,57 Mpa
b. Kuat tekan rata-rata mortar 15,98 Mpa
2. Parameter dinding pengisi:
a. Kuat tekan prisma dinding pengisi fm’ 15,09 Mpa
b. Modulus secant dinding pengisi 9515 Mpa
c. Kuat Lekat bond pasangan bata 0,39 MPa
d. Regangan pada tegangan maksimum,
c
= 0,0029 Dari hasil uji eksperimen portal-isi dan portal-terbuka yang dilakukan oleh
Mehrabi et al 1996 kemudian akan dibandingkan hasilnya dengan analisis portal-isi diagonal tekan ekivalen yang diajukan Saneinejad-Hobbs 1995. Perbandingan hasil
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa metode diagonal tekan ekivalen memberikan prediksi numerik yang berada diantara struktur
Universitas Sumatera Utara
portal terbuka dan portal isi dan hasilnya dalam batas-batas yang mencukupi lower bound.
Tabel 2.1 Hasil eksperimen Mehrabi et al 1996 dan analisis portal-isi diagonal tekan ekivalen Saneinejad-Hobbs 1995
Sampel Secant
Stiffnes kNmm
Hasil pengujian maks Beban
kN Selisih
Lendutan mm
Selisih
Portal terbuka 4,21
106,31 -
65,28 -
hasil eksperimen Portal isi hasil
129,65 277,68
161 3,3
95 eksperimen
Analisis Diagonal 40,327
211,729 99
10,5 84
Tekan Ekivalen
2.7 Daktilitas Struktur Bangunan μ
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban
gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung
tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. Perilaku ini sangatlah penting, sebab selama proses pelelehan, elemen struktur
tersebut mengalami proses dissipasi energi gempa.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan desain rancangan untuk suatu struktur bangunan, akan menjadi tidak ekonomis apabila desain struktur bangunan tersebut direncanakan memiliki
respon elastis terhadap gempa kuat. Hal ini dikarenakan gempa kuat tersebut jarang sekali terjadi. Oleh sebab itu, agar ekonomis, struktur bangunan yang direncanakan
diharapkan berespon inelastis dengan tingkat daktilitas tertentu Wibisono dan Lie, 2008.
Struktur dengan tingkat daktilitas tertentu akan memungkinkan terjadinya sendi plastis secara bertahap pada elemen-elemen struktur yang telah ditentukan.
Dengan terbentuknya sendi plastis pada elemen struktur, maka struktur akan mampu menahan beban gempa maksimum tanpa memberikan kekuatan yang berlebihan pada
elemen struktur sebab energi kinetik akibat gerakan tanah dasar yang diterima akan dipencarkan pada sendi plastis tersebut. Semakin banyak terbentuk sendi plastis pada
elemen struktur, semakin besar pula energi gempa yang dipencarkan. Setelah terjadi sendi plastis pada suatu elemen, defleksi struktur serta rotasi plastis masih terus
bertambah Yuliari dan Suhelda, 2008. Pada struktur rencana, daktilitas struktur tersebut digambarkan dengan faktor
modifikasi respon yang turut mewakili faktor kuat lebih overstrenght factor serta kapasitas komponen struktur secara keseluruhan dalam kondisi daktail. Faktor
modifikasi respon ini dilambangkan dengan simbol μ. Batasan-batasan terkait dengan
kriteria perencanaan desain daktilitas bangunan dengan menggunakan faktor modifikasi respon dipaparkan sebagaimana berikut Wibisono dan Lie, 2008:
Universitas Sumatera Utara
1. Kekakuan dan kekuatan struktur ketika direncanakan untuk memenuhi
kondisi di atas pun perlu direncanakan agar dapat memberikan kemampuan yang cukup kepada struktur bangunan untuk melakukan deformasi yang
bersifat elastoplastik tanpa runtuh, bila mengalami gempa rencana maksimum.
2. Untuk memperoleh daktilitas yang tinggi pada struktur gedung tinggi yang
direncanakan, harus diupayakan agar sendi-sendi plastis yang terbentuk akibat beban gempa maksimum hanya terjadi di dalam balok-balok dan
tidak terjadi dalam kolom-kolom, kecuali pada kaki kolom yang paling bawah dan pada bagian atas kolom penyangga atap. Hal ini dapat terpenuhi
apabila kapasitas momen leleh kolom lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas momen leleh balok yang bertemu pada kolom tersebut.
3. Perlu dilakukan pembatasan terkait besarnya perpindahan displacement
yang terjadi. Hal ini tidak lain untuk menjaga integritas bangunan serta untuk menghindari jatuhnya korban jiwa pada saat gempa rencana
maksimum terjadi. Pada Tabel 2.2 di bawah ini disajikan nilai R untuk berbagai nilai
μ yang bersangkutan. Nilai faktor daktilitas struktur gedung
μ dalam perencanaan struktur dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan tetapi tidak boleh melampaui nilai faktor
daktilitas maksimum μ
m
yang dapat dikerahkan oleh masing-masing subsistem struktur gedung tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Parameter daktilitas struktur gedung berdasarkan SNI 03-1726-2002
Taraf kinerja struktur gedung
μ R
Elastis penuh 1,0
1,6 Daktail parsial
1,5 2,0
2,5 3,0
3,5 4,0
4,5 5,0
2,4 3,2
4,0 4,8
5,6 6,4
7,2 8,0
Daktail penuh 5,3
8,5
2.8 Gempa Nominal Statik Ekivalen
Apabila kategori gedung memiliki Faktor Keutamaan I dan strukturnya untuk suatu arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanan gempa
rencana memiliki faktor reduksi gempa R menurut Tabel 2.2 dan waktu getar alami fundamental T
1
, dihitung menurut Pers. 2.43 berikut:
=
1
2.43
dimana: C
1
= nilai faktor respons gempa yang didapat dari spektrum respons gempa rencana menurut Gambar 2.8 untuk waktu getar alami fundamental T
1.
Wt = berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
Beban geser dasar nominal V menurut pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut Pers. 2.44 berikut:
=
=1
2.44
Persamaan diatas berlaku jika,
3 2.45
dimana: Wi = berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai.
zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, dimana struktur atas dapat dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar, selanjutnya struktur
bawah dapat dianggap struktur tersendiri yang berada di dalam tanah. n = nomor lantai tingkat paling atas.
H = tinggi bangunan. B = lebar bangunan.
Dan jika,
3 2.46
Universitas Sumatera Utara
Untuk lantai paling atas,
= 0,1 +
=1
0,9 2.47
Selain lantai paling atas ditentukan
=
−1 =1
0,9 2.48
2.9 Analisis Ragam Spektrum Respons
Perhitungan respons dinamik struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan
metoda analisis ragam spektrum respons dengan memakai spektrum respons gempa rencana menurut Gambar 2.8 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi IR, di
mana I adalah faktor keutamaan, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam
vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus
mencapai sekurang-kurangnya 90.
2.10 Simpangan Antarlantai
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Pasal 8, simpangan antarlantai ditentukan berdasarkan 2 kinerja, yaitu kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Respons spektrum gempa rencana SNI 03-1726-2002
Universitas Sumatera Utara
a. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antartingkat
akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, disamping untuk
mencegah kerusakan nonstruktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
tersebut akibat pengaruh gempa nominal yang telah dibagi faktor skala. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan berdasarkan SNI 03-
1726-2002, struktur gedung dalam segala hal simpangan antartingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui dari Pers.
2.49 dan 2.50 di bawah ini. ∆
1
0,03 2.49
∆
1
30 2.50
dimana : Δi = simpangan antartingkat yang telah dibagi faktor skala
R = faktor reduksi gempa struktur gedung berdasarkan Tabel 2.1 hi = tinggi tingkat yang bersangkutan
b. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antartingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan
Universitas Sumatera Utara
berbahaya antargedung antarbagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah sela dilatasi. Simpangan dan simpangan antartingkat ini
harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal yang dikalikan dengan suatu faktor pengali
ζ sebagai berikut: 1.
Untuk struktur gedung beraturan ditentukan dengan Pers. 2.51 berikut: ζ = 0,7 R 2.51
2. Untuk gedung tidak beraturan ditentukan dengan Pers. 2.52 berikut:
ζ = 0,7
2.52 dimana:
Faktor skala = seperti yang ditetapkan pada pasal 7.2.3 SNI 03-1726-2002. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam
segala hal simpangan antartingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melebihi Pers. 2.53 di bawah ini.
∆ . ζ ≤ 0,02 . h
i
2.53 dimana:
Δ = simpangan antartingkat ζ = faktor pengali berdasarkan Pers. 2.51 atau 2.52
hi = tinggi tingkat yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
2.11 Analisa Beban Dorong Statik Static Pushover Analysis
Analisa beban dorong statik adalah suatu cara analisis statik 2 dimensi atau 3 dimensi linier dan non-linier, di mana pengaruh gempa rencana terhadap struktur
gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai
melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan sendi plastis pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut
mengalami perubahan bentuk elasto-plastis yang besar sampai mencapai kondisi di ambang keruntuhan SNI 03-1726-2002.
Analisa pushover menghasilkan kurva kapasitas Capasity Curve yang menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar base shear dengan perpindahan
displacement titik acuan pada atap. Untuk mengetahui perilaku struktur yang akan ditinjau terhadap intensitas gempa yang diberikan, kurva kapasitas ini dibandingkan
dengan kurva kebutuhan demand berupa response spectrum berbagai gempa. Bila kapasitas struktur lebih besar dari kebutuhan, maka kinerja yang
disyaratkan dapat dicapai. Dalam proses membandingkan kapasitas dan kebutuhan, ada beberapa cara yang dapat digunakan. Dalam penelitian ini cara yang digunakan
adalah Capacity Spectrum Method CSM. Seluruh proses evaluasi ini dapat dilakukan secara dengan menggunakan bantuan program.
Adapun tahapan utama dalam analisa pushover adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Tentukan kurva kapasitas pushover, yang menggambarkan hubungan
antara gaya geser dasar base shear dengan perpindahan displacement titik acuan pada atap.
2. Buat spektrum respon percepatan-simpangan ADRS berdasarkan
spektrum desain elastis tanpa pengurangan akibat R-factor seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Konversi spektrum desain elastis menjadi format ADRS ATC-40
3. Ubah kurva kapasitas pushover menjadi spektrum kapasitas Gambar 2.10.
4. Kemudian cari titik performance point sehingga diperoleh titik perpindahan
atap maksimum. Dari perpindahan atap maksimum tersebut kemudian cari Spektrum desain elastis
Sa Vs T Spektrum ADRS
Sa Vs Sd
Universitas Sumatera Utara
nilai gaya geser dasar maksimum base shear maximum, perpindahan tiap lantai floor displacement dan lain-lain.
Gambar 2.10 Konversi kurva kapasitas menjadi spektrum kapasitas ATC-40 Dengan melakukan analisis pushover kita dapat mengetahui perilakukinerja
struktur terutama perilaku nonlinier dengan lebih baik seperti dapat mengidentifikasi elemen yang tidak kuat, dapat memperkirakan apa yang diperlukan
elemen sehingga menjadi lebih sesuai dengan kenyataan dan dapat memahami dengan baik akibat dari kriteria hasil yang dipilih.
2.12 Capasity Spectrum Method
Capasity Spectrum Method menyajikan secara grafis dua buah grafik spektrum, yaitu spektrum kapasitas capasity spectrum dan spektrum kebutuhan
demandlihat Gambar 2.11. Spektrum kapasitas menggambarkan hubungan gaya geser dasar base shear dan perpindahan lateral struktur biasanya di atap bangunan
Kurva kapasitas pushover Spektrum ADRS
Sa Vs Sd
Universitas Sumatera Utara
sedangkan spektrum demand menggambarkan besarnya kebutuhan demand akibat gempa dengan periode ulang tertentu.
Gambar 2.11 Performance point pada capasity spectrum method
Spektrum kapasitas didapatkan dari kurva kapasitas capasity curve yang diperoleh dari analisis pushover. Karena kurva kapasitas merupakan hubungan antara
gaya dorong total yang diberikan ke suatu struktur berderajat kebebasan banyak multi degree of freedom system, MDOF terhadap perpindahan yang dipilih sebagai
referensi umumnya puncak bangunan sedangkan spektrum demand dibuat untuk struktur dengan kebebasan satu single degree of freedom system, SDOF, maka
kurva kapasitas dengan cara tertentu harus diubah menjadi spektrum kapasitas dengan satuan yang sama dengan spektrum demand.
Demand spectrum
Performance point
Capacity spectrum Sa
Sd
Universitas Sumatera Utara
Spektrum demand didapatkan dengan mengubah spektrum respon yang biasanya dinyatakan dalam spektral kecepatan S
a
dan periode T menjadi format spektral percepatan S
a
dan spektral perpindahan S
d
. Format yang baru ini disebut Acceleration Displacement Responce Spectra ADRS. Kurva kapasitas yang
merupakan produk dari analisis pushover dinyatakan dalam satuan gaya kN dan perpindahan m, sedangkan demand spectrum memiliki satuan percepatan mdetik
2
dan perpindahan m. Satuan dari kedua kurva tersebut perlu diubah dalam format yang sama, yaitu spektral percepatan S
a
dan spektral perpindahan S
d
agar dapat ditampilkan dalam satu tampilan Wibisono dan Lie, 2008.
Capasity Spectrum Method ini telah built-in dalam program seperti SAP2000, proses konversi kurva pushover ke format ADRS dan kurva respon spektrum yang
direduksi dikerjakan otomatis dalam program. Data yang perlu dimasukkan cukup memberikan kurva respons spektrum rencana.
Penyajian secara grafis dapat memberikan gambaran yang jelas bagaimana sebuah bangunan merespon beban gempa. Perencana dapat membuat berbagai
skenario kekuatan struktur dengan cara mengganti kekakuan dari beberapa komponen struktur dan melihat kinerjanya akibat beberapa level demand yang
dikehendaki secara cepat dalam satu grafik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12. Titik kinerja merupakan perpotongan antara spektrum kapasitas dan spektrum
demand. Dengan demikian titik kinerja merupakan representasi dari dua kondisi, yaitu Wibisono dan Lie, 2008:
Universitas Sumatera Utara
1. Karena terletak pada spektrum kapasitas, merupakan representasi kekuatan
struktur pada suatu nilai perpindahan tertentu, dan 2.
Karena terletak pada kurva demand, menunjukkan bahwa kekuatan struktur dapat memenuhi demand beban yang diberikan.
Gambar 2.12 Beberapa titik kinerja dalam satu grafik dalam capasity spectrum method
2.13 Kurva Kapasitas
Kurva kapasitas yang didapatkan dari analisis pushover menggambarkan kekuatan struktur yang besarnya sangat tergantung dari kemampuan momen-
deformasi dari masing-masing komponen struktur. Cara termudah untuk membuat kurva ini adalah dengan mendorong struktur secara bertahap dan mencatat hubungan
Beberapa titik kinerja Beberapa
Spektrum kapasitas
Demand spectrum
Sa
Sd
Universitas Sumatera Utara
antara gaya geser dasar base shear dan perpindahan atap akibat beban lateral yang dikerjakan pada struktur dengan pola pembebanan tertentu lihat Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Kurva kapasitas Pola pembebanan umumnya berupa respon ragam-1 struktur atau bisa juga
berupa beban statik ekivalen berdasarkan asumsi bahwa ragam struktur yang dominan adalah ragam-1. Hal ini berlaku untuk bangunan yang memiliki periode
fundamental struktur yang relatif kecil. Kurva kapasitas capasity curve dapat diubah menjadi spektrum kapasitas
capasity spectrum dalam format ADRS melalui persamaan sebagai berikut:
=
1
2.54
= ∆
�
1
∅
,1
2.55 Ga
ya ge
se r da
sa r
Perpindahan atap V
Universitas Sumatera Utara
�
1
= ∅
1 =1
∅
1 2
=1
2.56
1
= ∅
1 =1
2
1 =1
∅
1 2
=1
2.57
dimana: MPF
1
= faktor partisipasi ragam modal participation factor untuk ragam ke-1
α
1
= koefisien massa ragam untuk ragam ke-1 w
i
g = massa lantai i
∅
il
= perpindahan pada lantai i ragam ke-1 ∆
atap
= perpindahan atap yang digunakan pada kurva kapasitas S
a
= spektrum percepatan S
d
= spektrum perpindahan N
= jumlah lantai V
= gaya geser dasar
Universitas Sumatera Utara
W = berat struktur akibat beban mati dan beban hidup tereduksi
2.14 Spektrum Kebutuhan Demand Spectrum
Demand spektrum ini diperoleh dari spektrum respon elastis yang dinyatakan dalam satuan percepatan, S
a
mdetik
2
dan periode struktur, T detik. Sama seperti kurva kapasitas, spektrum respon ini juga perlu diubah ke dalam format ADRS
menjadi spektrum demand. Pada format ADRS, periode struktur yang sama adalah garis lurus radial dari titik nol. Hubungan antara S
a
, S
d
, dan T didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
= 2 � 2.58
= 2
�
2
2.59
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pemodelan Struktur
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa statik linier dan analisa statik non-linier pada struktur bangunan yang dimodelkan sebagai portal 2 dimensi dan
terdiri dari 5 model yaitu portal terbuka open frame, portal dengan dinding pengisi di keseluruhan struktur fully-infilled wall frame, portal dengan dinding pengisi di
keseluruhan struktur dengan bukaan 16, portal dengan dinding pengisi di keseluruhan struktur dengan bukaan 40, dan portal dengan dinding pengisi di
seluruh struktur kecuali lantai satu open first-story frame. Analisa statik yang digunakan adalah Analisa Statik Ekivalen dan Analisa Ragam Spektrum Respons,
sedangkan untuk analisa perilaku non liniernya menggunakan Analisa Beban Dorong Statik Static Pushover Analysis.
Semua model struktur terdiri dari 6 lantai dan 3 bentang Gambar 3.1. Tinggi untuk lantai pertama untuk semua model adalah 4 m, sedangkan untuk lantai-lantai
lainnya 3,5 m. Masing-masing mempunyai panjang bentang 5 m kecuali di bagian tengahnya 3 m. Perletakan diasumsikan jepit. Struktur diasumsikan terletak di atas
tanah sedang dan berada di zona gempa sedang dan tinggi. Peruntukan bangunan diasumsikan sebagai perhotelan. Untuk preliminary design ditetapkan dimensi balok
40 x 60 cm, kolom 60 x 60 cm, dan tebal plat lantaiatap 12 cm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1 Pemodelan struktur a open frame model 1; b fully-infilled wall framemodel 2; c fully-infilled wall frame dengan bukaan 16
model 3; d fully-infilled wall frame dengan bukaan 40 model 4; e open first-story frame model 5
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pembebanan
Pada ketiga model struktur dikerjakan kombinasi pembebanan yang sama. Beban yang bekerja pada struktur terdiri dari beban gravitasi beban mati dan beban
hidup dan beban gempa. Beban gravitasi didapatkan berdasarkan PPIUG 1987, sedangkan beban gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002.
3.2.1 Beban Gravitasi