Sapi Aceh Diversitas Genetik

commit to user 7 Sapi Bali merupakan ternak yang mempunyai dua peranan penting di masyarakat yaitu sebagai sapi potong dan sapi kerja. Sapi Bali memiliki daya toleransi adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan Djagra et al., 2002. Adaptabilitas sapi Bali terhadap lingkungan baik, baik secara langsung suhu, kelembaban, angin dan yang tidak langsung lahan, pakan, hama penyakit lebih baik dibanding breed sapi lain yang ada di indonesia Darmadja, 1980. Oleh karena itu, sapi bali harus dipertahankan keberadaannya dengan cara meningkatkan populasi serta mutu genetiknya.

2. Sapi Aceh

Sapi Aceh merupakan sapi lokal yang terdapat di Aceh Sumatera dan diminati sebagai ternak potong. Sapi tersebut masih terdapat beberapa variasi warna tubuh Namikawa et al., 1982. Berikut ini adalah gambar morfologi sapi Aceh. Gambar 2. Sapi Aceh Abdullah, 2008. Sapi Aceh merupakan turunan dari sapi ongole dengan sapi setempat. Pada umumnya, sapi Aceh mempunyai pola dasar warna rambut coklat merah, coklat hitam, hitam, putih, dan warna menjangan. Umumnya sapi Aceh berponok betina berpunuk kecil sedangkan yang jantan punuk terlihat jelas commit to user 8 dan bertanduk. Bobot badan sapi jantan berumur 3 - 4 tahun berkisar antara 300 - 400 kg, sedangkan sapi betina pada umur yang sama beratnya berkisar antara 200 - 300 kg Gunawan, 1998. Sapi Aceh secara fenotipik terdapat perbedaan dengan sapi PO meski sama-sama keturunan dari sapi Ongole. Sapi PO mempunyai warna rambut kelabu kehitaman, sedangkan sapi Aceh memiliki pola dasar warna rambut bervariasi. Bobot badan sapi-sapi Aceh pada semua tingkat umur lebih rendah daripada bobot badan sapi PO pada tingkat umur yang sama. Demikian juga dengan semua ukuran tubuh sapi Aceh lebih rendah dari ukuran-ukuran tubuh sapi PO Abdullah, 2008. Sapi Aceh mempunyai daya tahan terhadap lingkungan yang buruk seperti krisis pakan, air dan pakan berserat tinggi, penyakit parasit, temperatur panas dan sistem pemeliharaan ekstensif tradisional Gunawan, 1998. Sapi Aceh tersebar luas di daerah Aceh dan daerah Sumatera utara, terutama pada daerah-daerah yang berbatasan dengan Aceh Timur Siregar, 2003.

3. Diversitas Genetik

Diversitas genetik terjadi tidak hanya antar bangsa tetapi juga di dalam satu bangsa yang sama, antar populasi maupun di dalam populasi, atau di antara individu dalam populasi. Pada spesies suatu identifikasi tingkat keragaman, terutama pada lokus-lokus yang mempunyai sifat bernilai penting mempunyai keterkaitan dengan seleksi dalam program pemuliaan Handiwirawan dan Subandriyo, 2004. Diversitas genetik merupakan suatu keanekaragaman genetik yang terjadi pada tingkat gen. pada setiap populasi makhluk hidup selalu dijumpai commit to user 9 adanya keanekaragaman morfologis, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada individu-individu yang sama didunia ini. Keanekaragaman ini dikarenakan oleh adanya variasi gen-gen yang mengkodekan morfologi makhluk hidup tersebut, serta adanya pengaruh lingkungan. Keanekaragaman genetik dapat terjadi karena adanya perubahan nukleotida penyusun DNA. Perubahan ini mungkin dapat mempengaruhi fenotipe suatu organisme yang dapat dilihat dengan mata telanjang, atau mempengaruhi reaksi individu terhadap lingkungan tertentu. Secara umum keanekaragaman genetik dari suatu populasi dapat terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi, atau migrasi gen dari satu tempat ke tempat lain Suryanto, 2003. Diversitas genetik dalam populasi merupakan modal dasar aplikasi teknologi pemuliaan dalam pemanfaatan hewan. Diversitas genetik populasi yang digambarkan dalam keragaman penampilan hewan adalah refleksi informasi genetik yang dimilikinya. Sebagai ilustrasi sapi Bali yang hidup di pulau Bali memiliki kontruksi gen-gen yang berbeda dengan populasi sapi pesisir yang ada di Sumatera Barat. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dinyatakan dalam kemampuan adaptasi, besarnya tubuh, dan ketahanan penyakit. Komponen ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan menyesuaikan diri adaptasi terhadap perubahan lingkungan seperti degradasi kualitas lingkungan sebagai media tumbuh hewan. Perbedaan penampilan ini disebabkan selama domestifikasi, tipe-tipe atau bangsa-bangsa hewan terpisah secara genetik karena adanya penyesuaian adaptasi dengan masing-masing lingkungan lokal dan kebutuhan komunitas lokal sehingga dihasilkan bangsa commit to user 10 berbeda Muladno 2006. Noor 2008 mengatakan adanya kemampuan adaptasi hewan disebabkan hewan memiliki kemampuan menghasilkan lebih dari satu alternatif bentuk morfologi, status fisiologi, dan tingkah laku sebagai reaksi terhadap perubahan lingkungan pengaturan ekspresi gen. Perkembangan sejumlah penanda molekuler dewasa ini telah memungkinkan untuk melakukan identifikasi terhadap perubahan-perubahan genetik yang terjadi dalam suatu persilangan serta hubungannya dengan perubahan sifat kuantitatif dan sifat kualitatif ternak. Selain itu, penanda molekuler juga dapat digunakan untuk membedakan antara suatu ras ternak dengan lainya terutama dalam kaitannya dengan upaya pelestarian dan menjaga kemurnian dari ras tersebut Maskur et al., 2007.

4. Polymerase Chain Reaction PCR