29
2.6. Penelitian Terdahulu
Manurung 2008 melakukan penelitian dengan judul ”Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk”. Penelitian ini bertujuan
mengetahui kewajaran harga saham PT. Telkom yang dinilai dari dividen dan laba per saham yang dibayar emiten pada periode 2002-2006 kepada pemegang saham
dengan menggunakan analisis fundamental yaitu Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal dengan time horizon jangka waktu berinvestasi
selama 5 tahun untuk tiap perhitungan nilai wajar saham dan Price Earning Ratio serta pengujian signifikan perbedaan dengan uji beda sampel independen uji t
sampel independen. Penelitiannya menggunakan metode analisis deskriptif dan uji beda dengan mengolah data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pasar saham perusahaan yang berlaku di lantai bursa dinilai wajar undervalued pada tahun 2002-2003 dan
pada tahun 2004-2006 dinilai tidak wajar overvalued bila dibandingkan dengan dengan harga wajarnya yang dihitung dengan Dividend Discount Model
pertumbuhan supernormal sedangkan harga pasar saham perusahaan yang berlaku di lantai bursa pada tahun 2002-2006 dinilai wajar undervalued bila
dibandingkan dengan metode Price Earning Ratio PE Ratio. Hasil pengujian signifikansi perbedaan adalah perbedaan harga pasar saham yang berlaku di lantai
bursa dengan harga wajar saham yang dievaluasi dengan metode Dividend Discount Model
Pertumbuhan Supernormal dan Price Earning Ratio tidak memiliki beda yang signifikan atau perbandingan rata-rata harga pasar saham dan
rata-rata harga wajar tidak terlalu beda jauh.
Universitas Sumatera Utara
30 Erawan 2002 melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Harga
Saham Pada Sektor Industri Rokok Yang Go Public Selama Tahun 1995-1999 Dengan Menggunakan Analisa Fundamental Price Eaning Ratio PER”
menemukan bahwa: 3.
Berdasarkan harga wajar saham PT.BAT Indonesia,Tbk maka dapat disimpulkan bahwa nilai pasar untuk saham BAT Indonesia selama bulan
Januari hingga April 2000 lebih tinggi overvalued dibandingkan dengan nilai intrinsik dari saham tersebut. Sedangkan untuk periode Mei hingga Juli 2000,
saham BAT Indonesia jika dilihat memiliki harga pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya undervalued. Pada bulan Agustus 2000 harga pasar saham
BAT Indonesia mengalami kesamaan nilai correctly valued dengan nilai intrinsik saham tersebut.
4. Penilaian Harga Saham PT Gudang Garam dan PT HM Sampoerna dapat
disimpulkan bahwa saham-saham perusahaan tersebut selama periode Januari hingga Agustus 2000 memiliki nilai pasar yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan nilai intrinsik saham PT.Gudang Garam dan PT.HM Sampoerna.
5. Saham untuk PT Gudang Garam dan PT.HM sampoerna layak untuk dijadikan
investasi karena bila nilai intrinsik saham tersebut lebih besar dari harga pasarnya maka investasi akan menghasilkan keuntungan bagi investor.
Sedangkan saham PT.BAT Indonesia tidak layak untuk dijadikan investasi karena harga saham yang tidak stabil dan harga saham yang selalu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
31
BANK
Bank Mandiri
Harga Saham
Price Earning Ratio
Price Book Value Ratio
Bank Rakyat Indonesia
Harga Saham
Price Earning Ratio
Price Book Value Ratio
2.7. Kerangka Konseptual