Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
25 selalu berpikir berpendirian, bersikap, bekerja dengan sungguh-sungguh,
kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi untuk keberhasilan pekerjaannya.
Sementara, Komang Ardana, dkk 2013: 22 dalam buku Perilaku Keorganisasian menyebutkan terdapat tiga tipikal sikap pegawai dalam organisasi
atau lembaga yaitu: “1 komponen kepuasan kerja: pegawai yang memiliki kepuasan terhadap pekerjaannya, 2 keterlibatan kerja: pegawai yang
berpartisipasi aktif dalam bekerja serta menganggap kinerjanya penting untuk organisasi, 3 Komitmen pada organisasi: pegawai memihak terhadap organisasi
dan bertekad setia di dalamnya. ”Apabila ketiga komponen tersebut tercipta dalam suatu lembaga, maka dapat dikatakan akan memberikan keberhasilan pada
lembaga tersebut. Dengan berdasarkan pada pendapat Sagala 2011: 5 dan Komang Ardana,
dkk 2013: 22, dapat dinyatakan bahwa selain faktor komitmen seorang guru, keberhasilan lembaga sekolah juga didukung oleh terciptanya kepuasan kerja
dalam diri seorang guru. Terkait dengan sertifikasi guru dan dikembangkan dari pendapat Marselus R. Payong 2011: 77-78 secara mendalam mengenai manfaat
sertifikasi, sebagaimana telah dikutip pada halaman sebelumnya halaman 16, maka terdapat beberapa makna dari sertifikasi guru: pertama, melindungi profesi
guru, hal ini bermakna suatu jaminan rasa aman yang diberikan kepada guru karena adanya pengakuan sebagai seseorang yang benar diakui dibidangnya.
Kedua, melindungi masyarakat dari praktik menyimpang, yang berarti bahwa guru tersertifikasi mendapatkan kepercayaan baik dari masyarakat maupun
pemerintah untuk melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Ketiga,
26 meningkatkan kesejahteraan, artinya guru mendapatkan tambahan finansial
sebagai imbalan keprofesionalannya.
Dari makna-makna tersebut di atas tampak bahwa terdapat beberapa aspek yang muncul dari hakekat sertifikasi guru yaitu adanya keamanan, pengakuan,
kepercayaan, dan kesejahteraan. Semua aspek ini sekiranya dapat menumbuhkan kepuasan kerja guru dan membangkitkan semangat guru untuk berdedikasi dalam
pendidikan. Sehingga sertifikasi dalam hal ini diharapkan berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan komitmen guru.
Berdasarkan uraian di atas, khususnya kutipan dari Rozman dan Koren 2013: 1212, lama sertifikasi digunakan sebagai indikator sertifikasi karena
semakin lama waktu sertifikasi menyandang status keprofesionlannya, semakin besar pula kesempatan dan waktu guru untuk meningkatkan kinerja dengan
memanfaatkan program-program yang diwajibkan oleh proses sertifikasi untuk terus menggunakan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan skill yang
diperolehnya.