73
D. Deskripsi Sistem Jaringan
1. Obyek Penelitian
Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat- sifatnya, dinamakan populasi. Sedangkan sebagian yang diambil dari populasi
disebut sampel. Untuk mengambil sampel memerlukan beberapa tahapan yaitu populasi
yang berjumlah 13 unit P3A diambil dengan metode acak sederhana dengan mengundi tiap-tiap lokasi hulu, tengah dan hilir.
Dari pengundian itu didapatkan nama P3A yang mewakili hulu yaitu Sido Makmur dengan jumlah anggota ∑ L 93 orang petani, tengah diwakili oleh
Ngudi Makmur dengan jumlah anggota ∑ L 76 orang petani, dan hilir diwakili oleh Tirto Raharjo yang berjumlah ∑ L 120 orang anggota petani jadi jumlah
total populasi N 289 orang petani. Dengan taraf kepercayaan sebesar 95 dan tingkat presisi 5, diperoleh d = 0,05 serta Z = 1,96. Dari populasi sebesar 289
maka sampel yang didapatkan adalah :
289 1,96
2
0,25 n =
[0,05
2
289 - 1] – [ 1,96
2
0,25] n = 165, 2 dibulatkan menjadi 166 sampel
Untuk mendapatkan sampel pada masing-masing lokasi digunakan cara yaitu membagi jumlah anggota dalam satu lokasi ∑ L dengan jumlah total
74
populasi N dikalikan jumlah total sampel n, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Hulu mendapat 53,41 dibulatkan menjadi sampel 54
b. Tengah mendapat 43,65 dibulatkan menjadi sampel 44
c. Hilir mendapat 68,92 dibulatkan menjadi sampel 69
2. Kondisi Geologis Daerah Pertanian
a. Letak
Daerah Irigasi Simo terletak di Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya pada dua Kecamatan yaitu Kecamatan
Ponjong dan Kecamatan Karangmojo. Untuk mencapai daerah tersebut dapat ditempuh melalui jalan darat dengan kondisi jalan beraspal, ke arah Timur ± 18
Km dari pusat kota Wonosari ke Ponjong. Daerah Irigasi Simo terletak pada posisi 07
66′ 39″ LS dan 110 41′ 4″
BT dengan kondisi daerah jaringan irigasi ini berdasarkan Updating DI Simo pada ketinggian rata-rata ± 180 – 240 m di atas permukaan air laut.
b. Luas Oncoran
Berdasarkan pengamatan dilapangan dan skema jaringan luas areal oncoran Daerah Irigasi Simo sebesar 1276.21 Ha, dengan sumber air dari sungai
Beton dengan Intake Kiri. Luas areal oncoran untuk saluran induk sebesar 52.26 Ha dan saluran sekunder Karangmojo sebesar 293.56 Ha. Areal oncoran DI Simo
terletak di Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo. Areal oncoran Saluran Induk tepatnya terletak di Desa Sumbergiri dan Desa Genjahan. Areal
75
oncoran Saluran Sekunder Karangmojo terletak di Desa Karangmojo. Secara rinci nama petak dan luas areal dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 5. Petak-petak Tersier Pada Saluran Induk Simo
No Nama Bangunan
Petak Tersier Luas Areal Ha
Nomen Clatur Nomen Clatur
1 SALURAN INDUK SIMO
Cr.Sm.1 Cr.Sm.2
Cr.Sm.3 Cr.Sm.4
Cr.Sm.5 Cr.Sm.6
Cr.Sm.7 Cr.Sm.8
B.Sm.1 B.Sm.2
Cr.Sm.1 Ka Cr.Sm.2 Ka
Cr.Sm.3 Ka Cr.Sm.4 Ka
Cr.Sm.5 Ka Cr.Sm.5 Ki
Cr.Sm.6 Ki Cr.Sm.7 Ka
Cr.Sm.8 Ka Sm.1 Ka -
0,10 0,23
6,0 4,95
5,00 0,25
7,23 3,00
2,40
22,30 Sub Total
52,26 Tabel 6. Petak-petak Tersier Pada Saluran Sekunder Karangmojo
No Nama Bangunan
Petak Tersier Luas Areal Ha
Nomen Clatur Nomen Clatur
2 SALURAN SEKUNDER KARANGMOJO
Cr.Kj.1 Cr.Kj.2
Cr.Kj.3
B.Kj.1 Cr.Kj.4
B.Kj.2 Cr.Kj.5
B.Kj.3 Cr.Kj.6
Cr.Kj.7 Cr.Kj.8
B.Kj.4 B.Kj.5
Cr.Kj.9 Cr.Kj.10
Cr.Kj.11 B.Kj.6
Cr.Kj.12 B.Kj.7
Cr.Kj.13 Cr.Kj.1 Ka
Cr.Kj.2 Ka Cr.Kj.3 Ka
Cr.Kj.3 Ki Kj.1 Ki
Cr.Kj.4 Ki Kj.2 Ki
Cr.Kj.5 Ka Kj.3 Ka
Kj.3 Ki Cr.Kj.6 Ki
Cr.Kj.7 Ki Cr.Kj.8 Ki
Kj.4 Ka Kj.5 Ka
Cr.Kj.9 Ki Cr.Kj.10 Ka
Cr.Kj.11 Ki Kj.6 Ka
Cr.Kj.12 Ki Kj.7 Ka
Kj.7 Ki Cr.Kj.13 Ka
5,70 1,40
7,80 1,30
18,34 2,95
13,50 6,04
34,90 16,04
1,28 5,80
8,01
31,85 23,16
3,60 5,80
3,26
28,08 6,03
11,10 14,30
5,94
76
Cr.Kj.14 Cr.Kj.15
B.Kj.8 B.Kj.9
Cr.Kj.14 Ki Cr.Kj.15 Ka
Kj.8 Ki 9,54
9,54 18,30
Sub Total 293,56
Total 345,82
Sumber : Dinas Pengairan Gunung Kidul.
c. Kondisi Hidrologis
Secara umum kebutuhan air yang di konsumsi masyarakat Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo memiliki dua sumber air yang berasal dari
air tanah dan air hujan. Untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman pangan di DI Simo, petani menggunakan sumber air dari sungai, dan air hujan. Kebutuhan
air untuk pertanian di DI Simo khususnya di daerah penelitian dipenuhi dari sungai Beton melalui Bendung Simo yang terletak di Desa Genjahan, Kecamatan
Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Pemanfaatan air tanah digunakan untuk keperluan sehari-hari, yaitu untuk kebutuhan air minum, mandi, cuci dan lain
sebagainya. Berikut ini gambar letak saluran irigasi, petak tersier beserta luas lahan persawahan yang diairi air irigasi.
3. Deskripsi Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Penelitian ini dilakukan terhadap 166 petani yang mewakili petani di daerah hulu, tengah dan hilir yang memanfaatkan saluran induk simo dan saluran
sekunder Karangmojo. Penelitian terhadap jaringan irigasi yang dilakukan oleh petani meliputi :
d. Pemeliharaan saluran rutin dan berkala
e. Pemeliharaan Bangunan batu, kayu, besi dan beton
77
f. Pemeliharaan mendadaktiba-tiba
Untuk pendiskripsian data hasil penelitian dengan ubahan pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan dengan menggunakan statistik diskriptif tendency
sentral. Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi perhitungan rerata mean, nilai tengah median, nilai yang sering muncul modus, simpangan baku
SD, skor minimum dan skor maksimum serta identifikasi kategori tiap-tiap variabel. Ubahan atau variabel pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari 3
indikator variabel yaitu, pemeliharaan saluran, pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan tiba-tibamendadak. Untuk mendiskripsikan per indikator kemudian
di deskripsikan dalam satu variabel pemeliharaan jaringan irigasi dengan indikator variabel.
1 Pemeliharaan saluran Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 31,90, median =
32,70, modus = 37,50, simpangan baku SD = 7,33, nilai minimum = 16 dan nilai maksimum = 43,00. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Saluran No
Kelas Interval Frekuensi
Persentase 1
2 3
4 5
6 7
16,00 – 19,86 19,87 – 23,73
23,74 – 27,60 27,61 – 31,47
31,48 – 35,34 35,35 – 39,21
39,22 – 43,08 5
23 25
24 20
46 23
3,01 13,83
15,06 14,46
12,05 27,71
13,86
Total 166
100
78
Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan saluran disajikan pada histogram berikut ini :
5 23
25 24
20 46
23 10
20 30
40 50
F re
k u
e n
s i
16 19.9 23.7 27.6 31.5 35.4 39.2 43.1
Interval
Histogram Pemeliharaan Saluran
Gambar VIII. Histogram Pemeliharaan Saluran Pada variabel pemeliharaan saluran diperoleh skor tertinggi ideal sebesar
44 dan skor terendah ideal sebesar 11. Mean ideal Mi yang diperoleh adalah 27,5 dan standar deviasi ideal Sdi adalah 5,5. Dengan demikian skor
pemeliharaan saluran dapat digolongkan seperti pada Tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Saluran
Norma Kelas Interval
Kategori N
Persentase Mi + 1,5 Sdi
Mi sampai Mi + 1,5 Sdi Mi – 1,5 Sdi sampai Mi
Mi – 1,5 Sdi 35,75
27,5 – 35,75 19,25 – 27,5
19,25 Baik
Cukup baik Kurang baik
Tidak baik 69
44 48
5 41,6
26,5 28,9
3,0 Jumlah
166 100
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa dari 166 petani, 69 petani 41,6 tergolong memiliki tingkat pemeliharaan saluran yang baik, 44 26,5 petani
tergolong cukup baik, 48 28,9 petani tergolong kurang baik dan 5 3 petani tergolong tidak baik.
79
2. Pemeliharaan Bangunan Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 24,64, median =
25,09, modus = 30,50, simpangan baku SD = 6,99, nilai minimum = 9 dan nilai maksimum = 36. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Bangunan No
Kelas Interval Frekuensi
Persentase 1
2 3
4 5
6 7
9,00 – 12,86 12,87 – 16,73
16,74– 20,60 20,61– 24,47
24,48– 28,34 28,35– 32,21
32,22– 36,08 13
14 16
36 27
42 18
7,83 8,43
9,64
21,69 16,27
25,30 10,84
Total 166
100
Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan bangunan disajikan pada histogram berikut ini :
13 14
16 36
27 42
18 10
20 30
40 50
F re
k u
e n
s i
9 12.9 16.7 20.6 24.5 28.4 32.2 36.1
Interval Histogram Pemeliharaan Bangunan
Gambar IX. Histogram Pemeliharaan bangunan Pada variabel pemeliharaan saluran diperoleh skor tertinggi ideal sebesar
36 dan skor terendah ideal sebesar 9. Mean ideal yang diperoleh adalah 22,5 dan standar deviasi ideal adalah 4,5. Dengan demikian skor pemeliharaan bangunan
dapat digolongkan seperti pada Tabel 10 sebagai berikut :
80
Tabel 10. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Bangunan Norma
Kelas Interval Kategori
N Persentase
Mi + 1,5 Sdi Mi sampai Mi + 1,5 Sdi
Mi – 1,5 Sdi sampai Mi Mi – 1,5 Sdi
29,25 22,5 – 29,25
15,75 – 22,5 15,75
Baik Cukup baik
Kurang baik Tidak baik
51 64
27 24
30,7 38,6
16,3 14,5
Jumlah 166
100 Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dari 166 petani, 51 petani 30,7
tergolong memiliki tingkat pemeliharaan bangunan yang baik, 64 38,6 petani tergolong cukup baik, 27 16,3 petani tergolong kurang baik dan 24 14,5
petani tergolong tidak baik. 3. Pemeliharaan mendadaktiba-tiba
Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 12,11, median = 12,92, modus = 14,00, simpangan baku SD = 2,97, nilai minimum = 4 dan nilai
maksimum = 16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan MendadakTiba-Tiba
No Kelas Interval
Frekuensi Persentase
1 2
3 4
5 4,00 – 6,40
6,40 – 8,90 9,00 – 12,30
11,40 – 15,80 13, 90 – 16,30
3 33
37 72
21 1,81
19,88 22,29
43,37 12,65
Total 166
100
Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan saluran disajikan pada histogram berikut ini :
81
3 33
37 72
21 10
20 30
40 50
60 70
80
F re
ku e
n s
i
4 6.5
9 11.4
13.9 Interval
Histogram Pemeliharaan Mendadak
Gambar X. Histogram Pemeliharaan Mendadak Pada variabel pemeliharaan saluran diperoleh skor tertinggi ideal sebesar
16 dan skor terendah ideal sebesar 4. Mean ideal yang diperoleh adalah 10 dan standar deviasi ideal adalah 2. Dengan demikian skor pemeliharaan mendadak
dapat digolongkan seperti pada Tabel 12 sebagai berikut : Tabel 12. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Mendadak
Norma Kelas Interval
Kategori N
Persentase Mi + 1,5 Sdi
Mi sampai Mi + 1,5 Sdi Mi – 1,5 Sdi asmpai Mi
Mi – 1,5 Sdi 13
10 – 13 7 – 10
7 Baik
Cukup baik Kurang baik
Tidak baik 73
57 33
3 44
34,3 19,9
1,8 Jumlah
166 100
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa dari 166 petani, 73 petani 44 tergolong memiliki tingkat pemeliharaan mendadak yang baik, 5734,3 petani
tergolong cukup baik, 33 19,9 petani tergolong kurang baik dan 3 1,8 petani tergolong tidak baik.
82
4. Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 68,65, median =
66,50, modus = 20; simpangan baku SD = 14,18, nilai minimum = 31 dan nilai maksimum = 92. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Jaringan Irigasi No
Kelas Interval Frekuensi
Persentase 1
2 3
4 5
6 7
8 31,00 – 38,63
38,64– 46,27 46,28– 54,91
54,92– 62,55 63,56– 70,19
70,20– 78,63 78,64– 86,27
86,28 – 94,91 2
11 9
41 40
4 41
18 1,20
6,63 5,82
24,70 24,10
2,41 24,70
10,84 Total
166 100
Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan jaringan irigasi disajikan pada grafik histogram berikut ini :
Gambar XI. Histogram Pemeliharaan Jaringan Irigasi
2 11
9 41
40
4 41
18 10
20 30
40 50
F re
k u
e n
s i
31 38.6 46.3 53.9 61.6
70 78.6 86.3
Interval
Histogram Pemeliharaan Jaringan Irigasi
83
Pada variabel pemeliharaan jaringan irigasi diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 96 dan skor terendah ideal sebesar 24. Mean ideal yang diperoleh adalah
60 dan standar deviasi ideal adalah 12. Dengan demikian skor pemeliharaan jaringan irigasi dapat digolongkan seperti pada Tabel 14 sebagai berikut :
Tabel 14. Kategori tingkat pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi Norma
Kelas Interval Kategori
N Persentase
Mi + 1,5 Sdi Mi sampai Mi + 1,5 Sdi
Mi – 1,5 Sdi sampai Mi Mi – 1,5 Sdi
78 60 – 78
42 – 60 42
Baik Cukup baik
Kurang baik Tidak baik
60 69
31
6 36,1
41,6 18,7
3,6 Jumlah
166 100
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa dari 166 petani, 60 petani 36,1 tergolong memiliki tingkat pemeliharaan jaringan irigasi yang baik, 69 41,6
petani tergolong cukup baik, 31 18,7 petani tergolong kurang baik dan
sebanyak 6 petani atau 3,6 tergolong tidak baik.
3. Kegiatan Pengamatan
Dalam melakukan pengamatan terhadap jaringan irigasi, observasi hanya dilakukan terhadap bangunan utama dan bangunan pelengkap.
a. Bangunan Utama Untuk observasi pada bangunan utama di bagi menjadi :
1. Bangunan Bendung 2. Bangunan Pengambilan
3. Bangunan Penguras 4. Bangunan Ukur jenis Cippolleti
5. Bangunan Bagi dan Pintu Air