siswa yang belum memenuhi stándar yang telah ditentukan. Sistem penilaian ini tepat digunakan baik untuk penilaian
formatif maupun penilaian sumatif.
7. Cara Penskoran
Terkait dengan sistem penilaian perlu juga diketahui tentang cara memberikan skornilai menurut Ditjen PMPTK
2008: 11 yakni cara pemberian angka dalam menilai hasil belajar siswa. Dalam sistem penskoran atau cara memberikan nilai dapat
digunakan beberapa cara. Cara pertama menggunakan sistem huruf, yakni A, B, C, D, dan E gagal. Biasanya ukuran yang
digunakan adalah A paling tinggi, paling baik, atau sempurna; B baik; C sedang atau cukup; dan D kurang; dan E gagal. Cara
kedua ialah dengan sistem angka yang menggunakan beberapa skala. Pada skala empat, angka 4 setara dengan A, angka 3 setara
dengan B, angka 2 setara dengan C, dan angka 1 setara dengan D. Ada juga skala sepuluh, yakni menggunakan rentangan angka dari
1-10. Selain itu ada juga yang menggunakan rentangan 1-100.
8. Ranah Penilaian Hasil Belajar
Menurut Ditjen PMPTK 2008: 11-12 hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajar. H. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c
sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan
Gagne membagi lima kategori belajar, yakni: a informasi verbal, b keterampilan intelektual, c strategi kognitif, d sikap, dan e
keterampilan motorik. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar
banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga
termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni: a gerakan refleks, b keterampilan gerakan dasar, c kemampuan
perseptual, d keharmonisan atau ketetapan, e gerakan keterampilan kompleks, dan f gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Menurut Ditjen PMPTK 2008: 12-17 objek penilaian dibagi
dalam tiga ranah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
1 Tipe hasil belajar pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun
demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual
disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-
undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota dll. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut
memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasai sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-
konsep lainnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo,
jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan
termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe
hasil belajar berikutnya. Hafalan menjadi prasyarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang ilmu.
2 Tipe hasil belajar pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan adalah pemahaman. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada
pengetahuan. Untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dapat
dibedakan kedalam tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti
yang sebenarnya. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan
yang pokok dengan yang bukan pokok. Pemahaman
tingkat ketiga
adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat
ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus,
ataupun masalahnya.