commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karir amatlah penting bagi karyawan maupun bagi organisasi. Karir seorang dengan yang lain tidaklah sama, ada perjalanan karir yang lambat tetapi
ada pula yang cepat. Sebuah pengujian oleh Gattiker dan Larwood dalam Poon 2004 menyangkut kesuksesan karir mengungkapkan beberapa faktor perbedaan
individu yang dapat mempengaruhi sukses karir, antara lain faktor demografi, sifat penempatan, motivasi, pengaruh perilaku politis, kemampuan teori,
pendidikan, dan masa jabatan pekerjaan. Seseorang yang sangat peduli terhadap perkembangan karirnya cenderung
akan berkomitmen pada karirnya. Komitmen karir merupakan keyakinan seseorang dan penerimaan nilai dari pekerjaan yang telah dipilihnya dan
keinginan untuk bertahan pada pekerjannya. Seseorang yang memiliki komitmen karir tinggi akan memberikan dampak positif bagi kinerjanya yang pada akhirnya
dapat menunjang kesuksesan karir bagi dirinya. Beberapa penelitian telah menunjukkan pentingnya komitmen karir terhadap kesuksesan karir Carson dan
Bedeian, 1994. Komitmen kepada karir mempengaruhi perilaku individu. Individu yang
sangat berkomitmen terhadap karir mereka, telah menunjukkan bahwa mereka memberikan waktu lebih banyak dalam pengembangan keahlian mereka, dan
menunjukkan niat yang rendah untuk menarik diri dari karir dan pekerjaan mereka
commit to user
2
Aryee dan Tan, 1992. Orang-orang yang memiliki komitmen pada karir mereka akan menetapkan tujuan karir yang tinggi untuk diri mereka dan berupaya seperti
halnya tetap pada tuntutannya mengejar tujuan ini meskipun di hadapannya ada rintangan dan halangan Colarelli dan Bishop, 1990.
Saat ini, para peneliti mulai mengusulkan persepsi emosi sebagai variabel yang dapat mempengaruhi komitmen karir dan kesuksesan karir pada pekerjaan
konseptual. Persepsi emosi merupakan salah satu bagian dari kecerdasan emosional. Menurut Mayer dan Salovey 1997,
emotional intelligence
atau yang biasa dikenal dengan kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk
mengenali, menggunakan dan mengekspresikan emosi; kemampuan individu untuk mengikutsertakan emosi sehingga memudahkan ia dalam melakukan proses
berpikir; kemampuan individu untuk memahami emosi dan pengetahuan mengenai emosi; serta kemampuan individu dalam meregulasi emosi untuk
mengembangkan emosi dan menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Persepsi yang dimiliki setiap orang terhadap kesuksesan karir sangat berbeda tergantung cara pandang mereka masing – masing. Robbins 2002
mengatakan, bahwa persepsi adalah suatu proses dimana tiap individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka. Kotler 1997 mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses seorang individu dalam memilih, mengorganisasi dan menafsirkan semua
masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambaran yang bermakna.
commit to user
3
Persepsi emosi merupakan komponen yang paling dasar dari kecerdasan emosional dalam model Mayer dan Salovey 1997, mengacu pada
kemampuannya untuk mengidentifikasi emosi dalam dirinya dan orang lain, menyatakan emosi dengan teliti, dan membeda-bedakan ungkapan emosi antara
akurat dan tidak akurat. Seseorang yang memiliki tingkat persepsi emosi tinggi mampu megendalikan dirinya dalam menghadapi berbagai keadaankondisi yang
tidak pernah terbayangkan sebelumnya dengan lebih obyektif. Hal ini sangat berguna sekali dalam usaha untuk mencapai kesuksesan karir bagi dirinya,
sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi emosi bisa memberi efek dorongan terhadap faktor penentu kesuksesan karir. Seperti yang dikemukakan oleh Sari
2002,
emotional aptitude
berhubungan secara positif terhadap kepuasan karir walaupun tidak secara langsung pada hubungannya dengan komitmen karir.
Seseorang dengan kecerdasan emosional yang tinggi lebih memiliki kepuasan karir dibanding mereka yang rendah pada kecerdasan emosinya.
Tidak semua orang bisa memperoleh kesuksesan karir. Kesuksesan karir mengandung dua makna, yaitu sukses karir secara obyektif dan subyektif
Jaskolka, 1995; Melamed, 1996. Kesuksesan karir secara obyektif dapat diukur secara mudah seperti posisi kerja dan gaji, sedangkan kesuksesan karir secara
subyektif tidak dapat diukur dengan mudah Nabi, 1999. Indikator kesuksesan karir secara subyektif adalah tingkat kepuasan seorang pegawai atas karir yang
diperolehnya. Kesuksesan karir secara subyektif juga dapat diukur melalui
persepsi pegawai tentang kesuksesan karir dan kepuasan karir Burke, 1999.
commit to user
4
Nabi 1999 menemukan bahwa pegawai yang sukses berkarir secara obyektif memperoleh gaji yang tinggi adalah mereka yang berpendidikan tinggi.
Hal ini didukung oleh Simanjuntak 2001 yang mengatakan bahwa menurut teori human kapital, seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui tingkat
pendidikan. Fenomena ini juga nampak pada mahasiswa MM UNS. Mahasiswa MM UNS yang sudah bekerja pada umumnya lebih memfokuskan diri pada karir
yang ingin diperolehnya. Melanjutkan studi pada program pasca sarjana merupakan salah satu upaya untuk lebih meningkatkan kesuksesan karir mereka
baik secara subyektif maupun obyektif, meskipun untuk mencapai sebuah kesuksesan karir yang mereka harapkan tidaklah cukup hanya dengan memiliki
gelar master tetapi mereka juga perlu memperhatikan tingkat komitmen karir, dan juga tingkat persepsi emosinya. Untuk itulah penelitian ini menarik untuk dikaji
lebih mendalam. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Poon 2004. Dalam penelitian ini dikaji bahwa komitmen karir yang tinggi dapat
mempengaruhi kesuksesan karir individu secara subyektif dan obyektif dengan menambahkan persepsi emosi sebagai pemoderasi yang diharapkan dapat
memberikan peranan pada pencapaian kesuksesan karir individu. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh komitmen
karir terhadap kesuksesan karir dengan persepsi emosi sebagai variabel pemoderasi pada mahasiswa MM UNS.
commit to user
5
B. Perumusan Masalah