Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia

46 Sarana dan prasarana yang ada di YPN Putra Sejahtera memang terlihat lebih sederhana. Hal ini dikarnakan lokasi sekolah yang masih jauh dari daerah perkotaaan dan anak usia dini yang diberi pendidikan belum terlalu banyak sehingga dana yang diperoleh untuk melengkapi sarana dan prasarana masih minim. Lokasi sekolah yang begitu luas sehingga terdapat banyak tanaman ataupun pohon-pohon yang berada di YPN Putra Sejahtera sehingga suasana udara di sekolah tersebut masih sejuk. Ditambahkan oleh informan H.P. Pr, 48 tahun “Untuk sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah cuman segini dulu kita buat. Kalau ada yang perlu ditambahkan lagi ya akan menyusul sesuai kebutuhan di sekolah. Untuk bus sekolah contohnya baru ada setelah melakukan musyawarah dari orangtua murid yang kerepotan untuk mengantar anaknya tepat ke sekolah karna tugas di rumah banyak juga yang harus dikerjakan. Jadi untuk tahun ini mulai beroperasi bus sekolah yang akan mengantar dan menjemput anak usia dini, nanti juga bisa dipergunakan untuk kepentingan study tour murid sekolah.”

4.1.4 Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia

PAUD di Indonesia eksistensinya dimulai sebelum masa kemerdekaan. Pada masa ini setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu; pada masa pergerakan nasional pada penjajahan Belanda sekitar tahun 1908-1941 dan masa penjajahan Jepang Tahun 1942-1945. Seiring dengan kebangkitan nasional yang diawali berdirinya Budi Utomo, kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kaum budi putera semakin dirasakan. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara, sepulang diasingkan dari Belanda selama dua tahun 1913-1915, mendirikan Taman Lare atau Taman Anak atau Kindertuin yang akhirnya berkembang menjadi Taman Indria. Universitas Sumatera Utara 47 Pada masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis PAUD, terus berlanjut namun semakin berkurang. Pemerintah Jepang tidak mengawasi secara formal penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD, namun melengkapi kegiatan kelasnya dengan nyanyian-nyanyian Jepang. Periode berikutnya adalah periode setelah kemerdekaan. Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Lanjutan Wanita. Yayasan tersebut mendirikan Sekolah Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak TK Nasional di Jakarta dan merupakan gerakan nasional dalam melawan kembalinya Belanda. Di era ini pemerintah dan swasta mulai membangun banyak TK. Pada tahun 1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah keberadaan TK resmi diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Pada periode itu pula didirikan SPG-TK Nasional di Jakarta dengan pemberian subsidi, dan pengembangannya yang terus berlanjut hingga ke luar pulau Jawa. Periode 1998-2003 ditandai dengan otonomi pendidikan, yang berpengaruh terhadap tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun di daerah-daerah. Pada periode ini pemerintah mulai mendukung berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk Kelompok Bermain KB, Taman Penitipan Anak TPA dan satuan PAUD Sejenis. Periode 2003-2009, ditandai dengan keluarnya undang- undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Melalui UU ini untuk pertama kali PAUD diatur secara khusus dalam sebuah undang-undang, yaitu pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian PAUD; pasal 28 yang secara khusus mengatur tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait lainnya. Periode 2010-sekarang, ditandai dengan kebijakan penggabungan pembinaan PAUD formal dan PAUD Universitas Sumatera Utara 48 nonformal di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal PAUDNI melalui Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010. Pada perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia, akhirnya sebagai karakteristiknya yang meliputi TK termasuk Taman Kanak-kanak Bistanul AthfalTK-BA, RA, KB, TPA, Satuan PAUD Sejenis, serta PAUD berbasis keluarga danatau lingkungan. Perkembangan pendidikan anak di Indonesia juga mendapatkan beberapa permasalahan yang perlu diprioritaskan untuk segera diatasi. Hal itu diantaranya menyangkut jumlah anak yang belum mengikuti PAUD masih cukup besar, sarana dan dan prasarana belajar secara kuantitatif maupun kualitatif masih terbatas, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kreativitas guru PAUD untuk menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran dan sumber belajar dengan memanfaatkan potensi budaya dan alam sekitar. Kompetensi sebagian besar guru PAUD masih belum memadai karena sebagian besar dari mereka tidak berasal dari latar belakang pendidikan PAUD dan mereka belum memperoleh pelatihan yang berkaitan dengan konsep dan ilmu praktis tentang PAUD. Perbedaan anak usia dini yang mengikuti PAUD di perkotaan dan perdesaan masih sangat besar, hal itu bisa disebabkan kurangnya sarana pendidikan anak usia dini di pedesaan. Ini terjadi karena sumber informasi kepada masyarakat desa serta faktor kehidupan ekonomi masyarakat desa yang kebanyakan ialah masyarakat kelas bawah. Antara pendidikan dan SEJARAH SEKOLAH PAUD DI INDONESIA _ ANAK PAUD BERMAIN BELAJAR DAN BERKEMBANG.htm diakses pada 28 Maret 2014 pukul 12.31 Universitas Sumatera Utara 49 perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sumber daya manusia bangsa Indonesia ke depan tidak terlepas dari fungsi pendidikan nasional. Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Idi, 2011:60

4.1.5 Profil Informan