Cermin Diri The Looking Glass Self

26

2.4 Cermin Diri The Looking Glass Self

Cermin Diri The Looking Glass Self ini dikemukakan oleh Charles H. Cooley. Menurut Charles H. Cooley dalam Damsar 2011:81 teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara bagaimana orang-orang lain memandang mereka. Misalnya ada orangtua dan keluarga yang mengatakan bahwa anak gadisnya cantik. Jika hal itu sering diulang secara konsisten oleh orang-orang yang berbeda-beda, akhirnya gadis tersebut akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik. Teori ini didasarkan pada analogi dengan cara bercermin dan mengumpamakan gambar yang tampak pada cermin tersebut sebagai gambaran diri kita yang terlihat orang lain. Gambaran diri seseorang tidak selalu berkaitan dengan fakta-fakta objektif. Misalnya, seorang gadis yang sebenarnya cantik, tetapi tidak pernah merasa yakin bahwa dia cantik, karena mulai dari awal hidupnya selalu diperlakukan orang tuanya sebagai anak yang tidak menarik. Jadi, melalui tanggapan orang lain, seseorang menentukan apakah dia cantik atau jelek, hebat atau bodoh, dermawan atau pelit, dan yang lainnya. Ada tiga langkah dalam proses pembentukan cermin diri; 1. Kita melihat gambaran bagaimana kita tampak bagi mereka di sekeliling kita. Orangtua akan merasa dirinya hebat, berpendidikan dan cerdas apabila mampu memberikan pendidikan sejak usia dini kepada anak . Universitas Sumatera Utara 27 2. Kita melihat gambaran bagaimana seharusnya penilaian orang lain menilai tampilan kita. Dengan pandangan bahwa orangtua yang memberikan PAUD adalah orangtua yang berpendidikan dan cerdas, maka si orangtua tersebut akan membayangkan pandangan orangtua lain terhadapnya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, tetangga, kerabat ataupun orang yang dikenal pasti akan bertanya tentang bagaimana perkembangan anak mereka di PAUD tersebut dan akan menjadi acuan bagi orangtua lain untuk memasukkan anak mereka yang masih usia dini ke PAUD tersebut. Tetapi, pandangan ini belum tentu benar.Sang orangtua mungkin merasa dirinya hebat, berpendidikan dan cerdas, padahal apabila dibandingkan dengan orangtua yang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun jika sang orangtua memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada orangtua yang lebih hebat dari dirinya seperti orangtua yang sudah memberikan PAUD tetapi juga memberikan latihan privat memainkan alat musik kepada anak mereka 3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut atau bagaimana kita mengembangkan suatu konsep diri self concept. Dengan adanya penilaian bahwa si orangtua adalah orangtua yang hebat, berpendidikan dan cerdas, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri. Universitas Sumatera Utara 9 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah