Bahasa Tulisan Bahasa dan Tulisan

25

2.1.2 Wilayah

Wilayah Tamiang terbagi atas tujuh Kecamatan yaitu sebagai berikut: 1. Kecamatan Tamiang Hulu dengan pusat pemerintahan di Pulau Tiga. 2. Kecamatan Kejuruan Muda dengan pusat pemerintahan di Sungai Liput. 3. Kecamatan Kota Kualasimpang dengan pusat pemerintahan di Kota Kualasimpang. 4. Kecamatan Seruway dengan pusat pemerintahan di Seruway. 5. Kecamatan Bendahara dengan pusat pemerintahan di Sungai Iyu. 6. Kecamatam Karang Baru dengan pusat pemerintahan di Karang Baru. 7. Kecamatan Rantau dengan pusat pemerintahan di Rantau Kecamatan ini merupakan Kecamatan Termuda hasil Pemekaran dari Kecamatan Kejuruan Muda, diresmikan pada tanggal 9 September 2000. Setelah Tamiang disahkan menjadi Kabupaten pada tahun 2002. Kecamatan Manyak Payed yang pusat pemerintahan di Tualang Cut bergabung kedalam wilayah Tamiang, dan berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur dengan demikian Kabupaten Aceh Tamiang menjadi 8 Kecamatan.

2.2 Bahasa dan Tulisan

2.2.1 Bahasa

Bahasa Tamiang seperti bahasa-bahasa lainnya di Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia namun yang menjadi keunikan bagi suku perkauman Tamiang 6 adalah selain bahasanya bahasa Tamiang suku dan 6 Masyarakat Tamiang menyebut kelompoknya dengan istilah suku perkauman Tamiang. Secara umum mereka juga dimasukkan ke dalam kelompok etnik Melayu, yaitu Melayu Tamiang. Istilah ini di dalam ilmu antropologi dapat dipadankan dengan kelompok etnik ethnic group, atau istilah lainnya adalah suku bangsa. Yang dimaksud suku adalah sekelompok manusia yang Universitas Sumatera Utara 26 daerahnya juga bernama Tamiang. Masih sulit untuk diselusuri dan ditentukan mana diantara ketiga komponen tersebut suku, wilayah, atau bahasa yang lebih dahulu yang menyandang nama Tamiang. Dalam menggunakan bahasa didaerah Tamiang ini dikenal dengan nama bahasa Kampong bahasa Tamiang yang mempunyai tiga dialek tetapi bagi suku perkauman Tamiang dapat dipahami walaupun dalam beberapa isitilah terdapat perbedaan pengertian. Meskipun dialek bahasa Tamiang terdiri dari tiga dialek yaitu: dialek ilek dialek hilir, dialek tengah, dan dialek hulu. Nampun warganya saling memahami dan berpadu kuat sesuai dengan pesan raja Muda Sedia ‘’ller boleh pecah. Ulu boleh pecah Tamiang tetap bersatu’’. Seperti yang diterangkan diatas bahwa dialek bahasapun dipengaruhi oleh perbauran antara suku Gayo, Aceh, dan Melayu Deli.

2.2.2 Tulisan

Tulisan sistem huruf yang khas kepunyaan suku perkauman Tamiang asli zaman dahulu tidak ada. Tulisan-tulisan Tamiang menggunakan huruf Arab Melayu. Huruf ini dikenal setalah datangnya agama Islam di Aceh merupakan huruf-huruf yang banyak dijumpai pada batu nisan raja-raja. Sampai saat ini tulisan inilah yang digunakan dikalangan sebagai orang-orang tua. Bagi kalangan muda yang sebagian besar mengikuti pendidikan modern maka huruf ini hampir dipandang memiliki hubungan genelaogis secara umum sama pada awalnya. Kemudian mereka memiliki bahasa dan kebudayan yang sama, yang dipandang sebagai sebuah kelompok etnik sendiri yang mandiri, baik oleh etnik di luar mereka atau mereka sendiri. Untuk dapat memahami siapakah orang Tamiang, maka sebelumnya dijelaskan pengertian kelompok etnik ethnic group. Naroll memberikan pengertian kelompok etnik sebagai suatu populasi yang: 1 secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan; 2 mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya; 3 membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan 4 menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat di bedakan dari kelompok populasi lain Naroll, 1965:32. Universitas Sumatera Utara 27 tidak dikenal lagi mereka mengenal huruf-huruf yang digunakan di sekolah yaitu Latin.

2.3 Mata Pencaharian Hidup