Tari Ula-ula Lembing Sejarah Tari Ula-ula Lembing

39 BAB III STRUKTUR TARI ULA-ULA LEMBING

3.1 Tari Ula-ula Lembing

Tari Ula-ula Lembing adalah tari yang mengekspresikan kegembiraan yang biasanya digunakan dalam acara perkawinan. Namun demikian, menurut penjelasan para informan tarian ini bukanlah termasuk ritual adat perkawinan Aceh Tamiang. Tarian ini menggambarkan seorang tekat pemuda dalam mengatasi semua halangan untuk mencapai cita-citanya menemui dan mendapatkan kekasih idaman hati. Di samping itu digambarkan pula bahwa bila seseorang akan membangun kehidupan baru harus mampu menempuh halangan dan rintangan serta mendapatkan restu dari orang tua dan masyarakat. Tari Ula-ula Lembing ditarikan bebas dalam acara apa saja, tarian ini adalah tari hiburan rakyat yang mendidik dalam segi agama, syair lagunya dalam bahasa Tamiang Hilir dan terdiri dari pantun pantun rakyat. Kesemuanya ini tergambar juga di dalam gerak tari Ula-ula Lembing, satu tarian tradisional suku perkauman Tamiang yang telah memperkaya khasanah kebudayaan Nasional.

3.2 Sejarah Tari Ula-ula Lembing

Tarian ini adalah tarian pesisir pantai laut Tamiang, di mana dahulu diceritakan menurut Hikayat Tamiang pada zaman kerajaan Tamiang ada dua kerajaan yang berseteru bertengkar. Pertengkaran ini terjadi karena raja dari kedua kerajaan tersebut tidak setuju menjalin perkawinan antara kedua anak mereka. Raja Tamiang Hulu mempunyai seorang putri dan Raja Tamiang Hilir Universitas Sumatera Utara 40 mempunyai seorang putra. Kedua putra dan putri raja tersebut sudah saling suka untuk menempuh hidup berumah tangga. Tetapi kedua orang tua mereka tidak setuju. Karena itu mereka mencari jalan bagaimana mereka bisa bertemu walaupun dengan cara apa saja sekalipun dengan cara yang dapat membahayakan mereka. Mereka tetep berusaha keras agar bisa terjalin hubungan berumah tangga. Kedua putra putri raja ini masing masing mencari dayang dan hulubalang yang rela membela mereka sehingga setiap mereka bertemu harus secara diam- diam tanpa diketahui oleh kedua orang tua mereka dan hulubalangnya. Apabila ingin bertemu, sang putri dan sang pangeran, keluar istana secara diam-diam dan jalan yang dilalui dan dilewati adalah jalan yang tidak diketahui oleh orang-orang secara umum. Mereka harus naik sampan, malewati hutan dan menentang orang- orang yang menghalangi mereka. Pangeran sendiri berani menyamar dan berubah menjadi seekor ular, pangeran pun langsung menelusuri pantai yang diterjang ombak untuk mencari gadis pujaannya tersebut di tepi sungai, Tekad mereka satu ingin terwujud apa yang diinginkan. Untuk menggambarkan kegigihan tekad putra putri Tamiang diciptakan suatu tarian yang diberi nama Ula-ula Lembing yang mempunyai arti ular itu panjang tetapi harus tegar keras seperti lembing sehingga sanggup berjalan menyusup sampai tempat tujuan. Konon di sebut ular disini karena sang pangeran berani menyamar menjadi seekor ular untuk memasuki kerajaan dan menjemput sang putri idaman hatinya. Universitas Sumatera Utara 41

3.3 Sanggar Meuligee Lindung Bulan