24 BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan,
pemeriksaan terhadap sediaan uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji iritasi, penentuan kemampuan sediaan untuk
mengurangi penguapan air dari kulit, uji angka lempeng total ALT
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH meter Hanna Instrument, juicer Cosmos, neraca listrik Boeco Germany, pengering beku
Virtis, “benchtop K”, ampermeter, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, alat-alat gelas, kain kasa, penangas air, spatel, sudip, pot plastik, selotip
transparan.
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: asam stearat, setil alkohol, trietanolamin, nipagin, natrium metabisulfit, aquadest, sari buah
strawberry, parfum wangi buah strawberry, silika gel untuk desikator, metil biru, larutan dapar pH asam 4,01, larutan dapar pH netral 7,01.
Universitas Sumatera Utara
25 3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut Ditjen POM, 1985:
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah
strawberry. Strawberry diambil di Desa Tongkoh, Tanah Karo.
3.4.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Research Center for Biology, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indonesian
Institue of Sciences, Bogor.
3.4.3 Pembuatan sari buah strawberry
Buah strawberry ditimbang 1500 g dan dicuci bersih, lalu dimasukkan ke juicer tanpa penambahan air. Cairan yang diperoleh dikumpulkan,
kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -55
o
C dan tekanan 2 atm, sampai diperoleh sari strawberry yang kering.
Universitas Sumatera Utara
26 3.4.4 Formulasi Sediaan Krim
3.4.4.1. Formula dasar krim Young, 1972
R Asam stearat
12 g Setil alkohol
0,5 g Sorbitol sirup
5 g Propilen glikol
3g Trietanolamin
1g Air suling
ad 100ml Nipagin
secukupnya
3.4.4.2. Formula yang telah di modifikasi
R Asam stearat
12 g Setil alkohol
0,5 g Sari buah strawberry
x Trietanolamin
1 g Nipagin
0,1 Na.Metabisulfit
0,2 Air suling
ad 100 ml Parfum
3 tetes Sebagai pembanding digunakan gliserin 2
Konsentrasi sari buah strawberry yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5 , 5 , 7,5 dan 10
Universitas Sumatera Utara
27 3.4.5 Pembuatan Sediaan Krim
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Formula Sediaan Krim
Komposisi Formula
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Formula F
Asam stearat g
12 12
12 12
12 12
Setil alkohol g
0,5 0,5
0,5 0,5
0,5 0,5
Trietanolamin g
1 1
1 1
1 1
Gliserin g
- -
- -
- 2
Sari buah strawberry g
- 2,5
5 7,5
10 -
Nipagin g
0,1 0,1
0,1 0,1
0,1 0,1
Natrium Metabisulfit
g
0,2 0,2
0,2 0,2
0,2 0,2
Air suling g ad
86,065 83,565
81,065 78,565
76,065 84,065
Parfum g
0,135 0,135
0,135 0,135
0,135 0,135
Keterangan :
Formula A : Blanko dasar krim Formula B
: Konsentrasi sari buah strawberry 2,5 Formula C
: Konsentrasi sari buah strawberry 5 Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5
Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10
Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2 pembanding
Cara Pembuatan:
Lumpang porselin diisi dengan air panas ± 90°C dan didiamkan sampai dinding luar lumpang terasa panas, kemudian air panas dibuang dan lumpang
Universitas Sumatera Utara
28
dikeringkan. Ditimbang bahan-bahan yang akan diperlukan untuk membuat dasar krim. Asam stearat dan setil alkohol dilebur di atas penangas air pada
suhu ± 70°C massa I. Kemudian nipagin, natrium metabisulfit dan trietanolamin dilarutkan dalam akuades yang telah dipanaskan hingga suhu ±
70°C massa II. Kemudian massa I dimasukkan ke dalam lumpang porselin panas, ditambahkan massa II dan di aduk secara konstan hingga diperoleh
massa krim cair. Sari buah strawberry digerus halus dan ditimbang. Lalu ditambahkan
dasar krim yang telah ditimbang dan digerus hingga homogen. Ditambahkan parfum sebanyak 3 tetes, diaduk, kemudian dimasukkan ke dalam wadah pot
plastik.
3.5.Pemeriksaan Terhadap Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979. 3.5.2Penentuan stabilitas sediaan
Sebanyak 50 g dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau
tidaknya emulsi, perubahan warna, dan perubahan bau pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu Ansel, 2005.
Universitas Sumatera Utara
29 3.5.3 Pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral
pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda
dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
Rawlins, 1977.
3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan metode konduktometri menggunakan Amperemeter, pengenceran dengan air,
dan pengecatan atau pewarnaan. Metode konduktometri menggunakan Amperemeter dilakukan dengan meletakkan 1 g sediaan kedalam beker 50 ml,
kemudian masukkan kedua ujung kabel dari alat yang telah diaktifkan ke dalam sediaan, amati gerakan jarum pada skala Anief, 1993.
Pengenceran dengan air dilakukan dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim dengan 10 ml air, bila emulsi mudah diencerkan dengan air, maka
emulsi tersebut adalah tipe ma Depkes RI, 1985. Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan
metilen biru sebanyak 1 tetes pada 500 mg sediaan di atas objek gelas. Tutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar
Universitas Sumatera Utara
30
merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi ma, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi am Syamsuni, 2006.
3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat
menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
Open Test pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang bersedia dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan
sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut Tranggono dan Latifah, 2007. Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema dan edema.
Menurut Barel dkk 2001 indeks iritasi primer dengan skor Federal Hazardous Subtance Act:
- Eritema
- Edema Tidak eritema
Tidak edema Sangat sedikit eritema
1 Sangat sedikit edema
1 Sedikit eritema
2 Sedikit edema
2 Eritema sedang
3 Edema sedang
3 Eritema sangat parah
4 Edema sangat parah
4
Universitas Sumatera Utara
31
Kriteria panelis uji iritasi Ditjen POM, 1985: 1.
Wanita 2.
Usia antara 20-30 tahun 3.
Berbadan sehat jasmani dan rohani 4.
Tidak memiliki riwayat penyakit alergi 5.
Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi
3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai. Sediaan ditimbang 0,5 g. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut.
Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum
dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah
silika dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan menggunakan selotip transparan, wadah yang berlubang
berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi
sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk
Universitas Sumatera Utara
32
mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan selotip transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut
Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang
digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan, pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin, dan kontrol pengujian
tanpa diolesi sediaan deNavarre, 1975.
3.5.7 Uji angka lempeng total ALT
Sebanyak 1 gram sediaan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml akuades steril. Hasil pengenceran tersebut dipipet 1 ml dengan
menggunakan pipet serologi ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades steril pengenceran 10
-2
, lalu dilakukan pengenceran kembali hingga 10
-5
. Dari pengenceran 10
-5
dipipet 1 ml, lalu dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah dituangkan 5 ml media Plate Count Agar yang telah dicairkan bersuhu
kurang lebih 40 C. Cawan petri digoyangkan hingga sampel tercampur rata
dengan perbenihan. Kemudian dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku. Cawan petri dengan posisi terbalik dimasukkan kedalam inkubator
suhu 37 C selama 24 jam. Dihitung jumlah koloni bakteri menggunakan
Colony Counter Saifuddin, 2011.
Universitas Sumatera Utara
33 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sari Buah Strawberry
Sari strawberry yang diperoleh dari 1,5 kg bagian buah strawberry adalah sebanyak 500 ml, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan
diperoleh sari buah strawberry berupa ekstrak kering yang berbentuk karamel berwarna kemerahan, sebanyak 44,204 g. Hasil freeze dryer sari buah
strawberry dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 48.
4.2 Pemeriksaan Terhadap Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan
Dari percobaan yang dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran pada formula blanko dan pembanding dengan
gliserin. Hasil yang sama juga diperoleh pada sediaan krim dengan sari buah strawberry, yaitu tidak ada butiran-butiran pada objek gelas. Hasil dapat dilihat
pada Lampiran 6, halaman 51.
4.2.2 Stabilitas sediaan
Hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3.
Menurut Ansel 2005, suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik, apabila pada penyimpanan terjadi “up ward creaming” yaitu pembentukan massa krim
ke atas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat
Universitas Sumatera Utara
34
jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukan massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar
dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya
perubahan warna dan perubahan bau. Hasil pengamatan stabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan
selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu.
No. Formula
Pengamatan setelah Selesai
dibuat 1
minggu 4
minggu 8
minggu 12
minggu x
y z
x y
z x
y z x y
z x
y z 1
Formula A -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
2 Formula B
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- 3
Formula C -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
4 Formula D
- -
- -
- -
- -
- √ - √ √ √ √
5 Formula E
- -
- -
- -
- -
- √ √ √ √ √ √
6 Formula F
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- Keterangan : Formula A : Blanko dasar krim
Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5
Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5
Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5 Formula E
: Konsentrasi sari buah strawberry 10 Formula F
: Sediaan mengandung gliserin 2 pembanding x
: Perubahan warna y
: Perubahan bau z
: Pecahnya emulsi -
: Tidak terjadi perubahan √
: Terjadi perubahan
Universitas Sumatera Utara
35
Menurut Rawlins 1977, sumber tidak stabilnya suatu emulsi adalah mikroorganisme. Emulsi ma memiliki kandungan air yang tinggi yang dapat
menyebabkan mikroba cepat berkembang, sehingga kebutuhan konsentrasi pengawet pada fase air harus cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroba,
dan sebagian pengawet juga dimasukkan dalam fase minyak. Dari data diperoleh hasil pada sediaan krim blanko, pembanding, dan
krim sari strawberry konsentrasi 2,5 dan 5 stabil selama 12 minggu, dimana tidak terjadi perubahan warna, bau, sedangkan pada sediaan krim sari buah
strawberry konsentrasi 7,5 dan 10 mengalami perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi coklat tua pada penyimpanan 12 minggu, krim sari buah
strawberry konsentrasi 7,5 mengalami perubahan bau menjadi bau busuk pada penyimpanan 12 minggu, dan krim sari buah strawberry konsentrasi 10
mengalami perubahan bau pada penyimpanan 8 minggu. Hal ini dikarenakan tinggi konsentrasi kandungan vitamin C dan E dalam sediaan krim 7,5 dan
10 sehingga kandungan senyawa yang mudah teroksidasi juga tinggi sedangkan pengawet yang ditambahkan pada masing-masing sediaan adalah
sama. Oleh karena itu, sediaan krim dengan konsentrasi sari buah strawberry yang tinggi tidak stabil.
Jadi, sari buah strawberry dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi 2,5 dan 5. Sedangkan sediaan dengan konsentrasi
7,5 dan 10 tidak memenuhi syarat kestabilan.
Universitas Sumatera Utara
36 4.2.3 pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai
No Formula
pH I
II III
Rata – Rata 1
A 6,20
6,20 6,20
6,20 2
B 6,40
6,50 6,30
6,40 3
C 6,20
6,40 6,10
6,23 4
D 6,20
6,00 6,30
6,10 5
E 6,40
6,30 6,30
6,30 6
F 6,30
6,40 6,40
6,36
Tabel 5. Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu
No Formula
pH I
II III
Rata – Rata 1
A 6,10
6,10 6,20
6,13 2
B 6,30
6,20 6,30
6,26 3
C 6,20
6,10 6,10
6,13 4
D 6,20
6,00 6,00
6,06 5
E 6,00
6,00 6,30
6,10 6
F 6,00
6,00 6,10
6,03 Keterangan: Formula A
: Blanko dasar krim Formula B
: Konsentrasi sari buah strawberry 2,5 Formula C
: Konsentrasi sari buah strawberry 5 Formula D
: Konsentrasi sari buah strawberry 7,5 Formula E
: Konsentrasi sari buah strawberry 10 Formula F
: Sediaan mengandung gliserin 2 pembanding Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat,
didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,20 ; formula B: 6,40 ; formula C: 6,23 ; formula D: 6,100 ; formula E: 6,30 ; formula F: 6,36. Hasil penentuan pH
Universitas Sumatera Utara
37
sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, , didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,13 ; formula B: 6,26 ; formula C: 6,13 ; formula D: 6,06 ; formula E: 6,10;
formula F: 6,03. Hasil pengujian terhadap pH sediaan krim yang diperoleh menunjukkan
bahwa sediaan krim yang dihasilkan sesuai dengan pH kulit dan dapat digunakan dengan aman dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit karena
menurut Balsam dan Sagarin 1972, pH sediaan krim yang sesuai untuk pH kulit adalah antara 5 dan 8.
4.2.4 Tipe emulsi sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan mengamati kelarutan dalam air, dalam metilen biru, dan daya hantar arus listrik
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data penentuan tipe emulsi sediaan
No Formula
Kelarutan Biru Metil pada Sediaan
Pengenceran dengan Air
Daya Hantar Arus Listrik
1 A
√ √
√ 2
B √
√ √
3 C
√ √
√ 4
D √
√ √
5 E
√ √
√ 6
F √
√ √
Keterangan: Formula A : Blanko dasar krim
Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5
Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5
Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5
Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10
Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2 pembanding
√ : Memenuhi syarat
Universitas Sumatera Utara
38
Menurut Anief 1993, penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan metode konduktometri menggunakan amperemeter, jika
jarum pada amperemeter bergerak pada sediaan krim yang telah dialiri arus listrik, maka emulsi tersebut adalah tipe ma.
Menurut Depkes RI 1985, metode lain untuk menentukan tipe emulsi yaitu dengan cara krim diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1, bila
emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe ma. Menurut Syamsuni 2006, untuk membedakan tipe emulsi dapat
dilakukan dengan pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe ma memberikan warna biru jika ditambah metilen biru, karena metilen biru larut dalam air.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 6 diatas, formula krim dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10, blanko, dan
pembanding dengan gliserin menunjukkan bahwa sediaan krim tersebut dapat menghantarkan arus listrik, melarutkan biru metil, dan dapat diencerkan
dengan air. Dengan demikian, larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa tipe emulsi sediaan krim yang dibuat adalah ma.
4.2.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Menurut Wasitaatmadja 1997, uji iritasi kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping yang ditimbulkan oleh sediaan pada kulit,
dengan cara memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau di belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Hasil uji daya iritasi yang dilakukan
terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
39 Tabel 7. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Reaksi Panelis
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Eritema Edema
Keterangan : -
Eritema -Edema
Tidak eritema Tidak edema
Sangat sedikit eritema 1
Sangat sedikit edema 1
Sedikit eritema 2
Sedikit edema 2
Eritema sedang 3
Edema sedang 3
Eritema sangat parah 4
Edema sangat parah 4
Dari Tabel 7, dapat dilihat tidak adanya efek samping berupa eritema dan edema pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.
4.2.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan wanita yang berusia 20-30 tahun, diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 8.
Dari data dapat dilihat bahwa krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 2,5 dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 15,50
sampai 20,88, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 5 dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 22,28 sampai 31,29, krim sari
buah strawberry dengan konsentrasi 7,5 dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 28,88 sampai 35,78, krim sari buah strawberry dengan
konsentrasi 10 dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 36,00 sampai 43,03. Hasil pengujian dibandingkan dengan blanko dasar krim dan
sediaan yang mengandung gliserin 2, dimana blanko dasar krim dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 10,00 sampai 12,97 dan sediaan
Universitas Sumatera Utara
40
yang mengandung gliserin 2 pembanding dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 40,00 sampai 46,83.
Tabel 8. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Dari Kulit
Pada Masing-masing Formula A
B C
D E
F 1
I 11,65
16,56 27,56
33,74 37,42
42,94 2
II 12,97
16,03 31,29
35,11 38,93
40,45 3
III 12,28
19,88 28,07
33,91 40,93
42,69 4
IV 11,02
20,86 27,55
35,43 42,12
44,09 5
V 12,23
19,14 27,12
35,10 41,48
46,80 6
VI 12,66
20,88 27,84
34,17 43,03
46,83 7
VII 10,52
16,84 24,21
35,78 39,47
42,10 8
VIII 11,11
17,22 25,00
28,88 38,88
44,44 9
IX 10,00
15,50 25,00
33,00 38,50
42,50 10
X 10,11
16,85 23,03
32,58 37,07
41,01 11
XI 12,56
19,12 24,59
31,14 38,25
40,98 12
XII 10,28
17,14 22,28
30,28 36,00
40,00 Rata-rata
11,44 18,00
26,12 33,26
39,34 42,90
Keterangan: Formula A : Blanko dasar krim
Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5
Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5
Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5
Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10
Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2 pembanding
Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah strawberry yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit. Besarnya pengurangan penguapan air dari kulit masing-masing sukarelawan berbeda-
beda. Perbedaan nilai persentase dari tiap sukarelawan ini disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
41
perbedaan cuaca dan kondisi lingkungan pada saat pengujian dan tiap individu menghasilkan keringat yang tidak sama banyak.
4.2.7 Uji angka lempeng total ALT
Dari data hasil pengujian angka lempeng total ALT menyatakan bahwa krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 2,5 memiliki nilai ALT
sebesar 184 x 10
5
kolonig, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 5 memiliki nilai ALT sebesar 140 x 10
5
kolonig, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 7,5 memiliki nilai ALT sebesar 43 x 10
5
kolonig, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 10 memiliki nilai ALT sebesar 24 x
10
5
kolonig. Adanya mikroba pada sediaan kosmetik ini disebabkan oleh ruangan
yang tidak higienis. Menurut Depkes 1994, nilai ALT untuk sedian perawatan kulit khusus untuk sediaan perawat kulit badan dan tangan adalah
10
5
kolonig. Maka sediaan yang mengandung sari buah strawberry dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 dan 10 tidak memenuhi syarat pengujian Angka
Lempeng Total ALT yang ditetapkan oleh Depkes.
Universitas Sumatera Utara
42 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Sari buah strawberry Fragaria x ananassa Duchesne dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi ma. Sediaan krim
yang dihasilkan semuanya homogen dan memiliki tipe emulsi ma. Sediaan krim memiliki pH 6,03 - 6,26 yang stabil selama penyimpanan
12 minggu. Sediaan krim strawberry yang baik adalah sediaan krim dengan konsentrasi 2,5 dan 5
2. Penambahan sari buah strawberry Fragaria x ananassa Duchesne,
dalam sediaan krim tipe emulsi ma mampu mengurangi penguapan air dari kulit sampai 26,12 yang terlihat dari sediiaan krim dengan
konsentrasi 5. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah strawberry yang ditambahkan pada sediaan,
maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.
3. Krim pelembab sari buah strawberry tidak menyebabkan iritasi pada kulit
pada saat pemakaian.
Universitas Sumatera Utara
43 5.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar terlebih dahulu melakukan sterilisasi alat dan bahan, serta kepada peneliti selanjutnya agar menguji
aktivitas anti aging dari krim sari buah strawberry.
Universitas Sumatera Utara
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Buah Strawberry
Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini
disebut strawberry modern komersial dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var duchesne. Strawberry ini adalah hasil persilangan antara
Fragaria virginiana L. var duschene dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschene dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis
strawberry tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis strawberry dengan buah berukuran besar, harum, dan
manis Budiman, 2008. Dari segi ciri khusus lahiriahnya, strawberry adalah tumbuhan keluarga
rumput yang memiliki dahan dua jenis, jenis rebah dan tegak. Ketinggian jenis tegak mencapai 8 sampai 15 sentimeter dan ujungnya berakhir dengan bunga.
Daunnya terdiri dari tiga daun kecil bergigi dengan ekor panjang dan berwarna hijau cerah. Bunga-bunganya teratur, berwarna putih, dan berkumpul dalam
jumlah dua sampai lima atau bahkan lebih Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Tanaman strawberry dapat tumbuh subur pada wilayah dengan lama
penyinaran matahari yang berkisar antara 8-10 jam per hari. Untuk faktor suhu udara optimum antara 17
O
C-20
o
C dan suhu udara minimum 4
o
C-5
o
C, dengan kelembapan udara 80-90. Didukung pula dengan ketinggian tempat yang
Universitas Sumatera Utara
7
ideal antara 1.000-2.000 m di atas permukaan laut Tim Karya Tani Mandiri, 2010.
2.1.1 Sistematika tanaman strawberry
Menurut Rukmana 1998, sistematika tumbuhan buah strawberry diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta tumbuhan berbiji
Subdivisi : Angiospermae berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledonae biji berkeping satu
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria x ananassa Duchesne, disebut strawberry
modern atau strawberry komersial. Nama lokal,daerah dan asing :
Indonesia : Stroberi, strawberry Inggris : Garden strawberry
Melayu : Strawberry Vietnam : Dau tay
Thailand : Satroboery Pilipina : Freasa
Universitas Sumatera Utara
8 2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry
Buah strawberry memiliki kandungan aktivitas antioksidan tinggi karena mengandung quarcetin, ellagic acid, antosianin, dan kaempferol.
Kandungan tersebut menjadikan strawberry untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi resiko terjadinya kanker. Buah strawberry juga
membantu proses diet bagi penderita diabetes. Buah strawberry juga dimanfaatkan untuk kecantikan, di antaranya obat jerawat, mempercantik kulit,
memutihkan gigi, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan
Tim Karya Tani Mandiri, 2010.
Daun strawbeery berpreran sebagai diuretik dan antireumatik. Daun strawberry juga mengandung zat astringent yang berguna untuk mencegah
pengeriputan kulit wajah.. Kandungan vitamin C dan E berfungsi untuk merawat dan mengencangkan kulit serta sebagai anti-aging. Akar strawberry
mengandung zat anti radang untuk memulihkan pembengkakan akibat nyeri sendi dan asam urat. Akar strawberry juga bermanfaat sebagai obat diabetes
Tim Karya Tani Mandiri, 2010.
Antosianin merupakan pigmen warna merah pada buah strawberry. Senyawa ini berkhasiat menurunkan tekanan darah, cocok dikonsumsi bagi
penderita hipertensi. Antosianin juga mampu menurunkan kolesterol jahat LDL, mencegah penyempitan pembuluh darah, penyebab stroke dan
melumpuhkan sel kanker
Tim Karya Tani Mandiri, 2010
. Vitamin E, zat besi, dan magnesium yang berfungsi untuk membuat
kulit lebih bersinar. Makan stawberry juga bisa mendorong regenerasi sel kulit
Universitas Sumatera Utara
9
dan melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat yang membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga
bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat Tim Karya Tani Mandiri, 2010.
Tabel 1. Kandungan nutrisi gizi dalam setiap 100 gram buah strawberry
segar No
Kandungan gizi Proporsi Jumlah
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
14 15
16 Kalori kal
Protein g Lemak g
Karbohidrat g Kalsium mg
Fosfor mg Zat besi mg
Vitamin A SI Vitamin B
1
mg Vitamin B
2
mg Niasin mg
Vitamin C mg Vitamin E mg
Air g Bagian dapat dimakan Bdd,
37,00 0,80
0,50 8,30
28,00 27,00
0,80 60,00
0,03 -
- 60,00
40,00 89,90
96,00 37,00
0,80 0,50
8,30 28,00
27,00 0,80
60,00 0,03
0,07 0,03
60,00 40,00
- -
Keterangan : Direktorat Gizi Depkes RI, 1981
Encyclopedia of Fruits, Vegetables, Nuts, and Seed dalam Fendy RP
Universitas Sumatera Utara
10 2.2 Kulit
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari
kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit hanya 10 tetapi
sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam
kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun,
dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi
sumber infeksi Tranggono dan Latifah, 2007.
2.2.1 Struktur kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis subkutan.
1. Lapisan Epidermis Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
- Stratum corneum lapisan tanduk
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan
sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan
Universitas Sumatera Utara
11
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
- Stratum lucidum lapisan jernih
Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas
pada telapak tangan dan telapak kaki. -
Stratum granulosum lapisan berbutir-butir Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
berbutir kasar,berinti mengkerut. -
Stratum spinosum lapisan malphigi Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval.
Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
- Stratum germinativum lapisan basal
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin
Tranggono, 2007. 2. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian: -
Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Universitas Sumatera Utara
12
- Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang
misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin. 3. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan ini yaitu membantu
melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika
tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya Wirakusumah, 1994.
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:
a. Pelindung Tubuh Proteksi Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan
yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan
angin Wirakusumah, 2004. Fungsi proteksi
Dwikarya, 2003,
terjadi karena beberapa hal: 1.
Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.
2. Keasaman pH kulit akibat keringat dan lemak kulit sebum menahan
dan menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di sekitar kulit.
Universitas Sumatera Utara
13
3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ
tubuh dari benturan . b. Pengatur Suhu Tubuh Termoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan
penguapan uap air Mitsui, 1997. Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila
mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar tetap tertahan
Wirakusumah, 2004. c. Sistem Pancaindera
Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut Wirakusumah, 2004.
d. Menjaga Kelembaban Tubuh Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam
jaringan tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit
mengalami luka atau retak maka daya ikat terhadap air akan berkurang Wirakusumah, 2004.
Universitas Sumatera Utara
14
e. Fungsi Lain Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan
pucat dan bulu kuduk berdiri tegak, dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar
UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit Mitsui, 1997.
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut perawatan Wasitaatmadja, 1997, kulit terdiri atas 3 jenis:
1. Kulit Normal Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar
dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup. 2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket. 3.
Kulit Kering Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau
sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan
kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.
2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan
lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan
Universitas Sumatera Utara
15
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit hanya 10, sangat penting. Air
yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum Tranggono dan Latifah, 2007.
Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-
pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk
dalam celah V ini, maka kulit menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit.
Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat
buruknya Tranggono dan Latifah, 2007.
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit
Menurut Wirakusumah 2004, masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari
luar adalah sebagai berikut: a.
Ras bawaan Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya dengan kulit halus, kasar atau berminyak. b. Hormon
Kadar hormon estrogen pada wanita dan progesteron pada pria dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat
Universitas Sumatera Utara
16
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi
terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya
warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang terluka.
d. Iklim Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya
dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya. e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung..
2.3 Emulsi
Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur, di mana salah satu cairan terdispersi dalam
bentuk globul dalam cairan lainnya Anief, 1993. Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Universitas Sumatera Utara
17
Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam
cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi emulgator
merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil Anief, 1993.
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air ma, jika fase dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan
fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak am. Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air
dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada
umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula
yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket Ditjen POM, 1985.
Keuntungan dari tipe emulsi ma menurut Voigt 1994 , adalah: 1.
Mampu menyebar dengan baik pada kulit 2.
Memberi efek dingin terhadap kulit 3.
Tidak menyumbat pori-pori kulit 4.
Bersifat lembut 5.
Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.
Universitas Sumatera Utara
18 2.4. Kosmetik Untuk Kulit
Kosmetika berasal dari kata kosmein Yunani yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu
dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan
kecantikan Wasitaatmadja, 1997. Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan
pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar
UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup Mitsui,
1997.
2.4.1. Kosmetika Pelembab
Kosmetik pelembab moisturizers termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai
pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air
sehingga kulit menjadi lebih kering Wasitaatmadja, 1997. Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari
kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar
yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
19
perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit Wasitaatmadja, 1997.
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah: 1.
Menutup permukaan kulit dengan minyak oklusif, seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin,
asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air. 4.
Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit Wasitaatmadja, 1997.
2.4.2 Syarat kosmetik pelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu: a.
Enak dan mudah dipakai b.
Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan c.
Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur d.
Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit Tranggono dan Latifah, 2007.
Universitas Sumatera Utara
20 2.4.3 Jenis kosmetik pelembab
Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau
humektan sejenis Tranggono dan Latifah, 2007.
Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak
Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit
banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut Tranggono dan Latifah, 2007.
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit
lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum,
mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti
perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi Tranggono dan Latifah, 2007.
Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit Tranggono
dan Latifah, 2007.
Universitas Sumatera Utara
21 2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika Ditjen POM, 1995. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60 dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar Ditjen POM, 1979.
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi WO seperti cold cream. b. Emulsi minyak dalam air atau OW seperti vanishing cream .
2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna Ditjen POM,
1985.
Universitas Sumatera Utara
22
a. Emolien Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol. b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan
kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air
dari udara dan menahan air agar tidak menguap. d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata homogen, misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin Wasitaatmadja, 1997. e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet
dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi Wasitaatmadja, 1997.
Universitas Sumatera Utara
23
f. Parfum Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya
didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang
ditawarkan produsen Lachman,dkk., 1994.
Universitas Sumatera Utara
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang