Identifikasi tumbuhan Penentuan tipe emulsi sediaan Uji iritasi terhadap sukarelawan

25 3.3 Sukarelawan Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut Ditjen POM, 1985: 1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan 3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pengumpulan sampel Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah strawberry. Strawberry diambil di Desa Tongkoh, Tanah Karo.

3.4.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Research Center for Biology, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indonesian Institue of Sciences, Bogor.

3.4.3 Pembuatan sari buah strawberry

Buah strawberry ditimbang 1500 g dan dicuci bersih, lalu dimasukkan ke juicer tanpa penambahan air. Cairan yang diperoleh dikumpulkan, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -55 o C dan tekanan 2 atm, sampai diperoleh sari strawberry yang kering. Universitas Sumatera Utara 26 3.4.4 Formulasi Sediaan Krim

3.4.4.1. Formula dasar krim Young, 1972

R Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3g Trietanolamin 1g Air suling ad 100ml Nipagin secukupnya

3.4.4.2. Formula yang telah di modifikasi

R Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sari buah strawberry x Trietanolamin 1 g Nipagin 0,1 Na.Metabisulfit 0,2 Air suling ad 100 ml Parfum 3 tetes Sebagai pembanding digunakan gliserin 2 Konsentrasi sari buah strawberry yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5 , 5 , 7,5 dan 10 Universitas Sumatera Utara 27 3.4.5 Pembuatan Sediaan Krim Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Formula Sediaan Krim Komposisi Formula Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E Formula F Asam stearat g 12 12 12 12 12 12 Setil alkohol g 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Trietanolamin g 1 1 1 1 1 1 Gliserin g - - - - - 2 Sari buah strawberry g - 2,5 5 7,5 10 - Nipagin g 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Natrium Metabisulfit g 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Air suling g ad 86,065 83,565 81,065 78,565 76,065 84,065 Parfum g 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 Keterangan : Formula A : Blanko dasar krim Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5 Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5 Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5 Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10 Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2 pembanding Cara Pembuatan: Lumpang porselin diisi dengan air panas ± 90°C dan didiamkan sampai dinding luar lumpang terasa panas, kemudian air panas dibuang dan lumpang Universitas Sumatera Utara 28 dikeringkan. Ditimbang bahan-bahan yang akan diperlukan untuk membuat dasar krim. Asam stearat dan setil alkohol dilebur di atas penangas air pada suhu ± 70°C massa I. Kemudian nipagin, natrium metabisulfit dan trietanolamin dilarutkan dalam akuades yang telah dipanaskan hingga suhu ± 70°C massa II. Kemudian massa I dimasukkan ke dalam lumpang porselin panas, ditambahkan massa II dan di aduk secara konstan hingga diperoleh massa krim cair. Sari buah strawberry digerus halus dan ditimbang. Lalu ditambahkan dasar krim yang telah ditimbang dan digerus hingga homogen. Ditambahkan parfum sebanyak 3 tetes, diaduk, kemudian dimasukkan ke dalam wadah pot plastik. 3.5.Pemeriksaan Terhadap Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979. 3.5.2Penentuan stabilitas sediaan Sebanyak 50 g dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna, dan perubahan bau pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu Ansel, 2005. Universitas Sumatera Utara 29 3.5.3 Pengukuran pH sediaan Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 1977.

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan metode konduktometri menggunakan Amperemeter, pengenceran dengan air, dan pengecatan atau pewarnaan. Metode konduktometri menggunakan Amperemeter dilakukan dengan meletakkan 1 g sediaan kedalam beker 50 ml, kemudian masukkan kedua ujung kabel dari alat yang telah diaktifkan ke dalam sediaan, amati gerakan jarum pada skala Anief, 1993. Pengenceran dengan air dilakukan dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim dengan 10 ml air, bila emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe ma Depkes RI, 1985. Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes pada 500 mg sediaan di atas objek gelas. Tutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar Universitas Sumatera Utara 30 merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi ma, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi am Syamsuni, 2006.

3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka Open Test pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang bersedia dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut Tranggono dan Latifah, 2007. Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema dan edema. Menurut Barel dkk 2001 indeks iritasi primer dengan skor Federal Hazardous Subtance Act: - Eritema - Edema Tidak eritema Tidak edema Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1 Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2 Eritema sedang 3 Edema sedang 3 Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4 Universitas Sumatera Utara 31 Kriteria panelis uji iritasi Ditjen POM, 1985: 1. Wanita 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi 5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit