Dalam sidang ke 38 dewan menteri luar negeri OKI yang berganti nama menjadi Organisasi Kerjasama Islam juga menyepakati dukungan pengakuan
Negara Palestina dengan wilayah perbatasan tahun 1967 dan Yerusalem sebagai ibu kota. Dukungan tersebut dibawa dalam sidang majelis umum PBB pada
September 2011. Menurut Ihsanogul sebagai sekretaris jendral OKI menyatakan bahwa
terdapat 3 pasal kesepakatan yang menegaskan posisi OKI dalam memberikan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina. Hal ini termasuk juga kecaman
terhadap Israel yang terus melakukan kekerasan dan menduduki wilayah Palestina. Selain itu, OKI juga sepakat untuk menekan Israel mengangkat
pengepungan yang melumpuhkan Gaza. Resolusi lain yang dibuat adalah untuk mengadakan sidang umum PBB dengan judul “united For Peace” dan juga untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan sanksi terhadap Israel .
40
3.4 Indonesia Dorong Penguatan Peran dan Kelembagaan OKI
Indonesia menegaskan kembali dukungan dan solidaritas terhadap Palestina dan mengupayakan membantu penguatan kapasitas kelembagaan negara
Palestina. Hal ini disampaikan oleh Presiden SBY pada Special Session on Settlements in the Occupied Palestinian Territories, dalam KTT ke-12 Organisasi
Kerja Sama Islam OKI, di Kairo, Mesir 62. Presiden SBY menjelaskan tentang program pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan Indonesia untuk
1.000 warga Palestina di berbagai bidang dan pelatihan 842 pejabat Palestina dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
40
Ibid, hal 334
Universitas Sumatera Utara
Terkait itu, Presiden SBY menyerukan negara-negara OKI untuk juga menguatkan dukungan dan diplomasi bagi Palestina dalam perjuangan
memperoleh haknya sebagai negara. Penerimaan bersejarah Palestina sebagai negara peninjau di PBB adalah kemenangan diplomasi dan moral sehingga OKI
harus membantu menguatkan kapasitas kelembagaan bagi negara Palestina. Sementara dalam Pembukaan KTT, Presiden SBY menyampaikan pandangan
tentang penguatan peran dan kelembagaan OKI dalam perdamaian dan kesejahteraan dunia serta mempromosikan demokrasi dan HAM. Pertama, OKI
harus menjadi kontributor utama terhadap perdamaian dan keamanan dunia dengan membantu mengatur dan menyelesaikan konflik yang terjadi di kalangan
umat, seperti konflik Suriah dan Palestina. OKI harus mempunyai satu pandangan dalam mendorong gencatan senjata untuk mengakhiri pertumpahan darah,
mengupayakan bantuan kemanusiaan, serta mengedepankan proses politik. Kedua, OKI harus menjadi kontributor utama terhadap pembangunan
ekonomi dan pemerataan kesejahteraan untuk berbuat lebih banyak dalam mengatasi kemiskinan global, kerja sama investasi dan perdagangan, ilmu
pengetahuan dan tekonologi di antara dunia Muslim. Hal ini terus dilakukan mengingat negara-negara OKI memiliki cadangan dua pertiga migas dunia dengan
kombinasi GDP mempresentasikan 8,3 persen ekonomi global. Ketiga, OKI harus menjadi kontributor utama dalam mendorong
demokrasi serta mempromosikan dan memproteksi HAM, antara lain melalui penguatan Independent Permanent Human Rights Commission IPHRC dalam
OKI. Pada tingkat global, Indonesia mendorong OKI untuk berkontribusi dalam
Universitas Sumatera Utara
mempromosikan toleransi dan dialog antar-keyakinan, serta mengambil peran dalam perancangan agenda pembangunan pasca-2015
41
. dukjak-humas setneg
3.5 Pengaruh Islam Di Dalam Kebijakan Luar Negeri SBY