Negara Anggota Latar Belakang Masalah

8. DIA. Dr. Abdelouahed BELKEZIZ Maroko 2001-2004 9. H.E.Prof. Dr. Ekmeleddin Ihsanoglu Turki 2005-2013 10. DIA. Mr. Iyad Ameen Madani Saudi Arabia 2014 33

2.9 Negara Anggota

Organisasi ini beranggotakan 57 negara termasuk Indonesia, yang mencakup tiga kawasan yaitu Asia,Arab dan Afrika, antara lain : No Nama Negara Anggota Sejak 1 Republic Of Azerbaijan 1992 2 Hashemite Kingdom Of Jordan 1969 3 Islamic Republic Of Afghanistan 1969 4 Republic Of Albania 1992 5 State Of The United Arab Emirates 1972 6 Republic Of Indonesia 1969 7 Republic Of Uzbekistan 1996 8 Republic Of Uganda 1874 9 Islamic Republic Of Iran 1969 10 Islamic Republic Of Pakistan 1969 11 Kingdom Of Bahrain 1972 12 Brunei-Darussalam 1984 13 People‟s Republic Of Bangladesh 1974 14 Republic Of Benin 1983 15 Burkina-Faso Then Upper Volta 1974 16 Republic Of Tajikistan 1992 17 Republic Of Turkey 1969 18 Turkmenistan 1992 19 Republic Of Chad 1969 20 Republic Of Togo 1997 21 Republic Of Tunisia 1969 22 People‟s Democratic Republic Of Alger 1969 23 Republic Of Djibouti 1978 24 Kingdom Of Saudi Arabia 1969 25 Republic Of Senegal 1969 26 Republic Of The Sudan 1969 27 Syrian Arab Republic 1972 33 Ibid., Universitas Sumatera Utara 28 Republic Of Suriname 1996 29 Republic Of Sierra Leone 1972 30 Republic Of Somalia 1969 31 Republic Of Iraq 1975 32 Sultanate Of Oman 1972 33 Republic Of Gabon 1974 34 The Islamic Republic Of The Gambia 1974 35 Republic Of Guyana 1998 36 Republic Of Guinea 1969 37 Republic Of Guinea-Bissau 1974 38 State Of Palestine 1969 39 Union Of The Comoros 1976 40 Kyrgyz Republic 1992 41 State Of Qatar 1972 42 Republic Of Kazakhstan 1995 43 Republic Of Cameroon 1974 44 Republic Of Cotedivoire 2001 45 State Of Kuwait 1969 46 Republic Of Lebanon 1969 47 Libya 1969 48 Republic Of Maldives 1976 49 Republic Of Mali 1969 50 Malaysia 1969 51 Arab Republic Of Egypt 1969 52 Kingdom Of Morocco 1969 53 Islamic Republic Of Mauritania 1969 54 Republic Of Mozambique 1994 55 Republic Of Niger 1969 56 Federal Republic Of Nigeria 1986 57 Republic Of Yemen 1969 34 Tabel 1. Negara Anggota OKI 34 Ibid Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

kebijakan luar negeri pada dasarnya merupakan perluasan dari politik dalam negeri. Bahkan meskipun pengaruh lingkungan eksternal tidak dapat diabaikan, kebijakan luar negeri Indonesia sebagian besar ditentukan oleh dua prioritas domestik, Meskipun doktrin dasar kebijakan luar negeri Indonesia tetap sama yaitu, bebas dan aktif, artikulasi dan implementasi telah berevolusi, tergantung pada arah politik, pandangan dunia para pemimpin dan prioritas Pemerintah pada waktu tertentu. dalam nya evolusi sejarah, doktrin kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif Indonesia telah diwujudkan, salah satu dari tiga komponen kunci pada waktu yang berbeda,yaitu anti-kolonialisme, kemerdekaan dan pragmatisme, tergantung pada konteks dan kebutuhan periode tertentu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpendapat bahwa politik luar negeri bebas aktif memerlukan independensi penilaian dan kebebasan bertindak. Yudhoyono menggunakan metafora mengarungi lautan yang bergolak untuk menggambarkan tantangan yang saat ini dihadapi oleh kebijakan luar negeri Indonesia, 1 membandingkannya dengan metafora yang digunakan oleh Wakil Presiden Hatta pada tahun 1948 untuk menggambarkan tantangan Perang Dingin dimana yang diperlukan Indonesia dalam kebijakan luar negerinya yaitu memiliki kemampuan untuk baris antara dua karang. Menurut Yudhoyono, kebijakan luar negeri Indonesia bebas dan aktif harus memiliki pendekatan yang konstruktif, 1 Ahmad Fuad Fanani, SBY And The Place Of Islam In Indonesian Foreign Policy, Thesis, Discipline Of International Relations School Of International Studies, Flinders University, Adelaide, Australia, 2012 Universitas Sumatera Utara mencegah Indonesia masuk dalam aliansi militer dan ditandai dengan konektivitas, menarik Indonesia memiliki keterlibatan yang sehat dengan dunia luar sama-sama penting, seperti yang dinyatakan oleh Presiden Yudhoyono, independen dan kebijakan luar negeri aktif harus memproyeksikan identitas nasional Indonesia: identitas internasional Indonesia harus berakar pada rasa yang kuat siapa kita. Kita tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang. Kita harus tahu siapa kita dan apa yang kita percaya, dan proyek mereka dalam kebijakan luar negeri kita. Presiden Yudhoyono melanjutkan untuk selanjutnya menentukan identitas Indonesia sebagai berikut: Kami adalah negara terpadat keempat di dunia. Kita rumah bagi penduduk Muslim terbesar di dunia. Kami adalah dunia demokrasi terbesar ketiga. Kami juga merupakan negara di mana demokrasi, Islam dan modernitas berada dalam satu tangan. Pernyataan kebijakan luar negeri oleh Presiden ini dapat dilihat sebagai bagian dari upaya yang dilakukan untuk mengubah citra internasional Indonesia sejalan dengan identitas nasional yang baru yang sekarang sedang ditempa. Dari masa Orde Baru Soeharto, meskipun Indonesia dikritik di beberapa tempat untuk menjadi tidak demokratis dan melanggar hak asasi manusia, namun pada kenyataannya Indonesia dianggap sebagai jangkar untuk stabilitas di Asia Tenggara dan yang pertama di antara negara-negara anggota ASEAN. Selama periode Perang Dingin, Bangsa Barat dan negara-negara non-komunis lain melihat Indonesia sebagai mitra penting. 2 Sepanjang sejarah Indonesia sejak kemerdekaan, dan sampai saat ini, Islam tidak memiliki banyak berpengaruh pada kebijakan luar negeri Indonesia, Di Indonesia kebijakan luar negeri bebas dan aktif, pertama kali diperkenalkan 2 Ibid, Universitas Sumatera Utara pada tahun 1948 adalah respon dari suatu negara yang baru merdeka. Indonesia menjadi pendiri dan anggota terkemuka dari Non-Blok Movement. Solidaritas di antara negara-negara berkembang lebih diutamakan daripada solidaritas antara negara-negara Muslim. Dukungan Indonesia kepada rakyat Palestina dan penolakan untuk membangun hubungan diplomatik dengan Israel sampai masalah Palestina teratasi telah dibenarkan oleh pemerintah tidak atas dasar agama tapi lebih karena di Indonesia sejarah oposisi terhadap kolonialisme dan dukungan untuk penentuan nasib sendiri. namun, dukungan untuk Palestina dan oposisi terhadap Israel sebagian besar karena sentimen agama. oposisi publik yang kuat untuk inisiatif apapun untuk membuka hubungan antara Jakarta dan Palestina telah menjadi manifestasi yang paling penting dari kendala Islam untuk kebijakan luar negeri Indonesia. Karena masalah Palestina terus mendominasi politik Timur Tengah selama beberapa dekade dan Amerika Serikat secara konsisten telah dilihat sebagai bias mendukung Israel, sejumlah kelompok Islam di Indonesia juga telah melihat Amerika Serikat tidak menguntungkan bagi pihak Palestina, terlepas Indonesia memiliki kepentingan strategis sendiri dalam mengembangkan kerjasama yang erat dengan Amerika Serikat. 3 Penting untuk dicatat bahwa Indonesia menolak untuk menandatangani piagam dan menjadi anggota penuh Organisasi Islam Conference OIC ketika didirikan pada tahun 1972, dengan alasan bahwa Indonesia bukanlah negara Islam. Meskipun dukungan yang kuat untuk perjuangan Palestina, Indonesia awalnya menolak untuk mengizinkan Organisasi Pembebasan Palestina PLO untuk mendirikan sebuah kantor di Jakarta pada tahun 1974. Kebijakan Indonesia 3 KSP, 2014. Oki dan Utang Sejarah. Http:Www.Ksp.Go.IdIdOki-Dan-Utang-Sejarah Diakses Pada Tanggal 6 April Pukul 20.00 WIB Universitas Sumatera Utara terhadap dunia Islam mulai berubah pada akhir 1980-an, ketika Presiden Soeharto mulai melirik kelompok Muslim di Indonesia untuk menopang basis politiknya dan PLO pun diizinkan untuk membuka perwakilan kantornya pada tahun 1989, dan Indonesia mulai lebih memperhatikan Negara Islam, termasuk menjadi anggota penuh dari OKI. Namun, inisiatif kebijakan luar negeri baru-baru ini lebih merupakan upaya untuk menemukan alternatif pasar ekspor Indonesia dari refleksi dari kepentingan Indonesia dalam mempromosikan solidaritas Islam seperti itu. 4 Pembentukan OKI semula didorong oleh keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam, khususnya setelah Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969. Pembentukan OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam di antara negara anggota, mengoordinasikan kerja sama antarnegara anggota, mendukung perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi tempat- tempat suci Islam dan membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. OKI saat ini beranggotakan 57 negara Islam yang berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan Afrika. Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih banyak menekankan pada masalah politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu organisasi internasional yang menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim di seluruh dunia. Banyaknya kritikan yang diberikan kepada OKI karena dianggap lamban mengatasi masalah 4 Ibid. Universitas Sumatera Utara Palestina maka OKI melakukan revitalisasi, untuk menjawab berbagai tantangan yang mengemuka, negara-negara anggota OKI memandang revitalisasi OKI sebagai permasalahan yang mendesak. Semangat dan dukungan terhadap perlunya revitalisasi OKI dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa struktur dan kinerja organisasi OKI dinilai belum efisien dan efektif. oleh karena itu maka diadakan beberapa kali pertemuan antara anggota OKI untuk lebih mengefektifkan kinerja dari Organisasi ini. Kawasan Timur Tengah khususnya Palestina memang selalu menarik perhatian bagi masyarakat Indonesia. Pergolakan yang tidak henti-hentinya makin menjadi perhatian sekaligus keprihatinan bangsa Indonesia. Salah satu penyebab tingginya perhatian pada kawasan itu adalah adanya kedekatan emosional keagamaan antara bangsa Indonesia dan Palestina. Indonesia merupakan negara yang sangat menentang peperangan dan penjajahan. Hal itu sesuai dengan Idiologi Indonesia yaitu pancasila dan landasan konstitusional Indonesia. Hal itu jelas tertulis pada pembukaan UUD 1945 alinea IV antara lain menyebutkan .”bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” lalu juga tertera pada potongan Alinea ke IV “ ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaia abadi dan keadilan sosial.” 5 Atas sebab dasar hukum di atas maka Indonesia memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam kegiatan penghapusan tindakan penjajahan dan peperangan di. Realisasi dari prinsip Indonesia ini adalah dengan masuknya Indonesia kedalam 5 Republik Indonesia, Undang ‐undang Dasar 1945, Pembukaan UUD Alinea IV Universitas Sumatera Utara berbagai organisasi Internasional yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara negara-negara yang bertikai. Salah satu Organisasi International tersebut adalah Organisasi Konfrensi Islam. berikut sertaan ini menjadi suatu aksi yang ingin di lakukan Indonesia dalam upaya membantu menyelesaikan permasalahan yang ada antara negara Palestina dan Israel. Beberapa peran aktif Indonesia di OKI yang menonjol adalah ketika pada tahun 1993 Indonesia menerima mandat sebagai ketua Committee of Six, yang bertugas memfasilitasi perundingan damai antara Moro National Liberation Front MNLF dengan pemerintah Filipina. Kemudian pada tahun 1996, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri KTM-OKI ke-24 di Jakarta.Selain itu, Indonesia juga memberikan kontribusi untuk mereformasi OKI sebagai wadah untuk menjawab tantangan umat Islam memasuki abad ke-21. Pada penyelenggaraan KTT OKI ke-14 di Dakar Senegal, Indonesia mendukung pelaksanaan OICs Ten-Year Plan of Action. Dengan diadopsinya piagam ini, Indonesia memiliki ruang untuk lebih berperan dalam memastikan implementasi reformasi OKI tersebut. Indonesia berkomitmen dalam menjamin kebebasan, toleransi dan harmonisasi serta memberikan bukti nyata akan keselarasan Islam, demokrasi dan modernitas. Bagi Indonesia, OKI merupakan wahana untuk menunjukkan citra Islam yang santun dan moderat. Beberapa alasan masuknya Indonesia di dalam OKI, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Secara obyektif, Indonesia ingin mendapatkan hasil yang positif bagi kepentingan nasional Indonesia. 2. Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam meskipun secara konstitusional tidak merupakan negara Islam. 3. Dari segi jumlah penduduk yang beragama Islam, maka jumlahnya merupakan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. 4. Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif sehingga dapat diterapkan dalam organisasi-organisasi internasional termasuk OKI sejauh tidak menyimpang dari kepentingan nasional Indonesia. Terdapat kesamaan pandangan antara OKI dan Indonesia, yaitu sama- sama memperjuangkan perdamaian dunia berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, disamping kepentingan dalam bidang perekonomian dan perdagangan. Sebagai peserta, Indonesia telah berperan secara aktif dalam OKI, baik dalam kegiatannya maupun dengan sumbangan yang diberikan kepada organisasi ini dalam rangka meningkatkan kesetiakawanan diantara anggota OKI, disamping untuk membina kerjasama di bidang ekonomi, sosial budaya dan bidang-bidang lainnya yang semuanya dilakukan dalam rangka menunjang pembangunan nasional Indonesia di segala bidang. Dalam berbagai forum internasional, termasuk OKI, Indonesia telah memberikan dukungan bagi berdirinya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Realisasi dari dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk dukungan diplomatik, yaitu pengakuan terhadap keputusan Dewan Nasional Palestina Palestinian Universitas Sumatera Utara National Council untuk memproklamasikan Negara Palestina pada tanggal 15 November 1988. Dukungan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan hubungan diplomatik antara Pemerintah RI dan Palestina pada tanggal 19 Oktober 1989.

1.2 Rumusan Masalah