29
4.2 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Perpustakaan, Kepala Bagian Pelestarian, Staf Bagian Pelestarian, dan Staf Bagian Deposit di Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat. Adapun karakteristik dari para informan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Informan
Kode Bagian
I
1
Kepala Perpustakaan I
2
Kepala Bagian Pelestarian I
3
Staf Bagian Pelestarian I
4
Staf Bagian Deposit
Informan pertama I
1
adalah responden yang berhasil diwawancarai dengan perkenalan pendekatan terlebih dahulu, begitu juga dengan responden I
2,
I
3,
I
4.
Kemudian diminta waktu dan kesediaannya untuk diwawancarai, dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan pada penelitian yang dilakukan
melalui wawancara. Namun pada saat akan melakukan wawancara, Kepala Perpustakaan sebagai informan pertama tidak berada di tempat, maka wawancara
dialihkan ke Sekretaris Perpustakaan. Wawancara berlangsung secara informal, dimana wawancara dilakukan
dengan pedoman wawancara dan wawancara secara mendalam. Suasana dan kondisi wawancara bersifat alamiah, tanpa dibuat-buat atau tidak diatur
sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Wawancara dilakukan berulang jika
Universitas Sumatera Utara
30
peneliti merasa ada yang perlu ditambah atau kurang jelas dari wawancara sebelumnya. Untuk informan selanjutnya peneliti terus berusaha untuk mencari
keterangan yang lebih jelas dan lengkap.
4.3 Kategori
Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman. Dengan pedoman ini, peneliti membaca
kembali naskah wawancara dan memilih data yang relevan sesuai dengan judul peneliti sehingga menghasilkan kategori yaitu: Pemulihan Koleksi Pasca Gempa.
4.3.1 Kondisi Koleksi Naskah Kuno
Koleksi bernilai sejarah yang dimiliki Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat berhubungan dengan Minangkabau terutama naskah
kuno. Koleksi tersebut dikelola khusus oleh Bidang Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka pada lantai tiga. Pengelolaannya dipisah dari koleksi
umum yang menjadi tanggung jawab Bidang Otomasi dan Pengolahan Bahan Pustaka. Pengolahan yang dipisah menunjukan adanya perhatian khusus terhadap
koleksi Minangkabau dan memudahkan dalam melakukan pengontrolan dan pengamanan. Pelestarian koleksi Minangkabau yang dilakukan Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat diutamakan dengan cara alih media dalam bentuk digital atau dikenal juga dengan istilah transformasi digital.
Jumlah nakah kuno yang masih asli di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat berjumlah 32 naskah, di antaranya mengenai naskah
tentang tuntunan upacara dan norma adat Minangkabau dan ada juga naskah
Universitas Sumatera Utara
31
lainnya yang sudah dialih mediakan. Naskah-naskah tersebut didapat melalui proses pencarian atau hunting ke berbagai daerah di Sumatera Barat.
Gambar 4.1 Kondisi Naskah Kuno
Universitas Sumatera Utara
32
Untuk mengetahui kondisi koleksi khususnya koleksi naskah kuno maka peneliti mulai mewawancarai informan. Berikut ini adalah petikan wawancara
mengenai kondisi koleksi: Pertanyaan: Bagaimana kondisi koleksi khususnya koleksi naskah kuno di Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat? I
2:
“kondisi koleksi naskah kuno terbilang cukup baik, kita selalu melakukan perawatan yang maksimal terhadap naskah-naskah ini karena usaha untuk
mendapatkannya tidaklah mudah serta membutuhkan proses yang panjang. Selain itu, banyaknya masyarakat yang mencari naskah-naskah ini untuk
berbagai keperluan” I
3
: “koleksi naskah kuno di perpustakaan ini ada yang masih naskah asli dan ada juga yang sudah dialih mediakan. Untuk koleksi yang masih asli, kita
meletakkannya di dalam lemari. Hanya dapat dilihat di perpustakaan ini saja atau dengan kata lain tidak boleh dibawa pulang
I
4:
“secara keseluruhan naskah kuno yang ada di perpustakaan ini dengan kondisi yang baik. Adapun jumlah koleksi naskah asli yaitu sebanyak 32 naskah, dan
ada juga yang sudah dialih mediakan” Dari keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi koleksi khususnya
koleksi naskah kuno berada dalam kondisi yang baik karena pihak perpustakaan selalu berusaha untuk tetap menjaga serta merawat keaslian dari naskah-naskah
tersebut. Selain itu juga untuk tetap menjaga keutuhan dari naskah asli, pihak perpustakaan bekerja sama dengan Universitas Andalas dalam melakukan
perawatan maupun pencarian naskah-naskah lainnya dari berbagai daerah di
Universitas Sumatera Utara
33
Sumatera Barat. Berikut ini merupakan daftar naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat:
Tabel 4.2 Daftar Koleksi Naskah Kuno Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat
NO JUDUL NASKAH
AHLI WARIS
ASAL NASKAH
TAHUN PENGUMPULAN
1 Buku Langka Sejarah
Batang Kapas 2007
2 Buku Langka Urusan
Mayat 2007
3 Kitab Qashatul Nabi
Muhammad 2007
4 Fiqi
Surau Suluk Katinggian
50 Kota 2008
5 Tafsir
Surau Tuo Taram
Taram 50 Kota
2008 6
Hidayat Raja Dhalim Surau Tuo
Taram Taram 50
Kota 2008
7 Izajah Qira’at
Surau Syeh Abu
Durahman Akabiluru 50
Kota 2008
8 Fiqih, Adat Istiadat
dan Obat-obat Tradisional
Surau Syeh Abu
Durahman Akabiluru 50
Kota 2008
9 Min Makkah
Surau Syeh Abu
Durahman Akabiluru 50
Kota 2008
10 Risalah Tanbiah Al-
Masyi H. Imam
Maulana Abdul Manaf
Amin Al- Khatib
Surau Batang Kabung Koto
Tangah 2008
Universitas Sumatera Utara
34
4.3.2 Usaha Pelestarian Bahan Pustaka
Usaha pelestarian yang baik, diharapkan dapat memperpanjang usia bahan pustaka. Dengan adanya kegiatan pelestarian bahan pustaka yang baik, ini juga
menandakan bahwa adanya peningkatan kinerja ke arah yang lebih baik. Adapun usaha-usaha pelestarian yang dilakukan oleh pihak Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat diketahui dari hasil pernyataan informan sepeti berikut ini:
Pertanyaan: Bagaimana usaha-usaha pelestarian bahan pustaka yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat?
I
1:
“usaha pelestarian yang kami lakukan adalah fumigasi dalam kurun waktu 6 bulan sekali dan shelving buku setiap minggunya
” I
2:
“kegiatan pelestarian yang dilakukan yaitu dengan melakukan perbaikan buku seperti penjilidan ulang dan fotocopy, adapun peralatan yang digunakan
seperti alat fotocopy, mesin potong manual, gunting, lem, rol, pensil, cutter, mesin press manual, hekter, dan karton. Adapun penjilidan yang biasa
dilakukan dengan cara berikut: 1 mengambil buku yang rusak jilidannya; 2 merapikan susunan halaman sesuai dengan urutannya; 3 lem punggung
buku; 4 lem cover buku tersebut. I
3:
“usaha pelestarian yang sudah dilakukan yaitu menjaga dan merawat kondisi fisiknya seperti melakukan pembersihan rutin serta melakukan perbaikan
terhadap koleksi yang mengalami kerusakan”
I
4:
“kegiatan pelestarian yang dilakukan terkhusus untuk koleksi naskah kuno yaitu dengan proses alih media
”
Universitas Sumatera Utara
35
Dari pernyataan informan tersebut dapat dinyatakan bahwa usaha pelestarian bahan pustaka yang dilakukan adalah dengan melakukan fumigasi
dalam kurun waktu enam bulan sekali, penjilidan dan fotocopy, serta proses alih media untuk koleksi naskah kuno. Berikut ini merupakan salah satu usaha
pelestarian bahan pustaka dengan melakukan kegiatan penjilidan ulang koleksi akibat bencana gempa yang menimpa Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Sumatera Barat. Gambar pertama menunjukkan proses menyatukan bagian-bagian dari setiap halaman yang robek dan disusun kembali, akan tetapi jika koleksi
mengalami tingkat kerusakan yang berat tidak bisa diperbaiki, maka koleksi tersebut akan dibiarkan atau dibeli kembali koleksi yang baru. Gambar kedua
menunjukkan proses penjilidan setelah setiap halamannya disusun kembali dengan benar. Kegiatan ini hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, seperti
rol, lem, gunting, pesil, serta kain kasa.
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 4.2 Proses Penjilidan Ulang Koleksi Pasca Bencana Gempa
Universitas Sumatera Utara
37
4.3.3 Faktor Kerusakan Bahan Pustaka
Banyak faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pustaka, kerusakan tersebut dapat berasal dari beberapa faktor seperti manusia, binatang pengerat,
cahaya matahari, serta kandungan asam. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan informan seperti berikut ini:
Pertanyaan: Faktor apa saja yang mempengaruhi kerusakan koleksi? I
1:
“Faktor yang pertama yaitu faktor internal atau yang berasal dari koleksi itu sendiri dan faktor eksternal yang umumnya berasal dari pengunjung yang
melakukan tindakan merusak koleksi seperti merobek bagian-bagian penting dari sebuah buku
” I
2:
“yang mempengaruhi kerusakan koleksi yaitu kondisi fisik buku itu sendiri seperti usia koleksi, dan juga dipengaruhi oleh pengunjung yang datang ke
sini. Banyaknya pengunjung yang tidak bertanggung jawab akan kondisi koleksi hanya untuk kepentingan sendiri
” I
3:
“faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan koleksi ada banyak, seperti kandungan asam dalam kertas, tinta, perekatnya, ada yang dimakan
serangga, cahaya, debu, dan karena faktor bencana alam seperti gempa 30 September 2009 yang lalu
” I
4:
“faktor-faktornya seperti kandungan asam dalam kertas, tinta, perekatnya. Kalau yang dari luar koleksi dipengaruhi oleh perubahan suhu, aktivitas
mikroorganisme seperti serangga, dan juga disebabkan oleh manusia ”
Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kerusakan bahan pustaka terdiri dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor
Universitas Sumatera Utara
38
internal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor buku itu sendiri, yaitu bahan kertas, tinta cetak, perekat dan lain-lain. Faktor eksternal
dapat diakibatkan oleh manusia, bencana alam, serta binatang pengerat.
4.3.4 Metode Pemulihan
Kegiatan pemulihan koleksi pasca gempa merupakan hal yang wajib dilakukan, karena dengan melakukan proses pemulihan maka koleksi yang rusak
akan dapat menjadi baik kembali meskipun tidak sepenuhnya utuh. Hal ini sesuai
dengan pernyataan informan seperti berikut:
Pertanyaan: Metode-metode apa saja yang dilakukan untuk pemulihan koleksi pasca terjadi bencana gempa bumi?
I
1:
“pemulihan yang kami lakukan terhadap koleksi hanya sekitar 30, pihak perpustakaan lebih memfokuskan pada pembangunan kembali gedung yang
telah hancur. Saat ini gedung Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat terdiri dari empat lantai. Ruangan pada lantai pertama,
kedua, dan ketiga difungsikan untuk berbagai macam kegiatan layanan dan administrasi perpustakaan, sedangkan ruangan pada lantai empat
difungsikan sebagai aula. Selain itu, gedung perpustakaan sudah memiliki fasilitas pendukung bagi sumber daya manusia untuk menyelamatkan diri
pada saat gempa. Fasilitas tersebut berupa tempat berlindung atau shelter yang terdapat pada bagian atas gedung, pintu keluar di sisi kiri dan kanan
gedung, serta tangga yang dapat difungsikan sebagai akses keluar pada saat kondisi darurat”
Universitas Sumatera Utara
39
I
2:
“metode pemulihan yang kami lakukan yaitu, pertama mengidentifikasi kondisi koleksi, setelah itu mengelompokkan kondisi dalam 3 bagian rusak ringan,
rusak sedang, dan rusak berat, dan selanjutnya melakukan perbaikan sesuai tingkat kerusakan”
I
3:
“kita melakukan kegiatan pemulihan sesuai dengan tingkat kerusakan koleksi, setelah itu kita melakukan perbaikan secara sendiri dan ada juga yang
melibatkan pihak lain yaitu Universitas Andalas Padang karena faktor minimnya fasilitas”
I
4:
“adapun kegiatan pemulihan yang saya ketahui yaitu kerja sama dengan pihak Universitas Andalas terkhusus untuk koleksi naskah kuno
” Dari hasil wawancara mengenai metode pemulihan, maka dapat disimpulkan
bahwa metode yang dilakukan yaitu pertama mengidentifikasi kondisi koleksi, kemudian mengelompokkan koleksi berdasarkan tingkat kerusakan ringan, sedang
dan berat. Adapun kegiatan pemulihan ini melibatkan pihak lain karena faktor minimnya fasilitas yang dimiliki. Selain pemulihan terhadap koleksi, pihak
perpustakaan juga melakukan pemulihan terhadap pembangunan gedung perpustakaan agar kegiatan bisa tetap berjalan.
4.3.5 Kendala dalam Pemulihan Koleksi
Kegiatan pemulihan koleksi di setiap perpustakaan memiliki beberapa kendala, hal tersebut juga dimiliki oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat dalam pelaksanaan kegiatan pemulihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:
Pertanyaan: Apa kendala yang ditemui pada kegiatan pemulihan koleksi?
Universitas Sumatera Utara
40
I
1:
“kendala dalam kegiatan pemulihan koleksi adalah dana karena memang dana untuk kegiatan ini sangat minim, selain itu kendala lainnya adalah fasilitas
yang sangat tidak memadai sehingga kita membutuhkan pihak lain untuk membantu dalam kegiatan pemulihan koleksi”
I
2
: “anggaran dan fasilitas menjadi masalah yang hingga kini masih belum dapat diatasi. Kita belum memiliki anggaran yang khusus untuk mengatasi masalah
ini ”
I
3
: “jika ditanya masalah kendala, dana dan fasilitas yang minim sepertinya
masih menjadi permasalahan di perpustakaan ini. Kita mempunyai beberapa alat perbaikan tetapi tidak dapat dipergunakan karena mengalami
kerusakan ”
I
4:
“permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan pemulihan koleksi yaitu fasilitas yang kurang, kita memiliki beberapa fasilitas akan tetapi tidak dapat
dipergunakan karena dalam kondisi rusak yang hingga kini belum mendapat proses perbaikan”
Dari pernyataan informan tersebut dapat diketahui bahwa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan pemulihan tersebut adalah anggaran serta fasilitas
yang tidak memadai. Hal ini dikarenakan belum adanya alokasi dana yang ditujukan khusus untuk mengatasi kegiatan pemulihan. Di samping itu,
permasalahan fasilitas masih menjadi kendala rutin di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat. Maka, badan ini melakukan kerja sama
Universitas Sumatera Utara
41
dengan pihak Universitas Andalas untuk membantu terutama dalam pelestarian naskah kuno.
4.4 Rangkuman Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, melalui proses analisis data yang menjaga keabsahan data serta melakukan triangulasi, maka
diperoleh sebuah kategori. Kategori dari Kegiatan Pemulihan Koleksi di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
No Kategori
Keterangan
1 Kondisi
Koleksi Naskah
Kuno Cukup baik karena dilakukan perawatan
dan penjagaan yang maksimal, adapaun jumlah naskah asli yaitu sebanyak 32
naskah. 2
Usaha Pelestarian
Bahan Pustaka
Dengan melakukan fumigasi, perbaikan buku
seperti penjilidan
ulang dan
fotocopy, serta melakukan pembersihan rutin terhadap koleksi.
3 Faktor
kerusakan bahan
pustaka Faktor internal yaitu kerusakan bahan
pustaka yang disebabkan oleh faktor buku itu sendiri, yaitu bahan kertas, tinta cetak,
perekat dan lain-lain. Faktor eksternal dapat diakibatkan oleh manusia, bencana
alam, serta binatang pengerat.
Universitas Sumatera Utara
42
4 Metode Pemulihan
Pertama dengan mengidentifikasi kondisi koleksi,
selanjutnya mengelompokkan
koleksi sesuai dengan tingkat kerusakan rusak ringan, rusak sedang, dan rusak
berat, dan
kemudian melakukan
perbaikan yang melibatkan pihak lain. 5
Kendala dalam Pemulihan Koleksi
Anggaran serta fasilitas.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan