53
3.8. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif, yaitu metode analisis melalui proses pengumpulan
data, mengklasifikasikannya, menganalisis dan menginterpretasikannya sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai faktanya.
2. Analisis deduktif, yaitu bertolak dari kesimpulan yang berdasarkan teori-
teori yang ada dan diterima sebagai kebenaran umum, membandingkannya dengan kesimpulan khusus berupa fakta.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Singkat dan Profil Perusahaan
Kegiatan usaha pertambangan minyak dan gas bumi di Negara kepulauan terluas dalam planet bumi ini adalah merupakan salah satu industry yang telah
dikembangkan sejak abad ke XIX oleh Aeliko Janszoon Zijlker penemu pertama minyak bumi yang cukup kontroversial di Indonesia, ketika administrator
perkebunan tembakau “Deli Mij” itu menemukan cadangan minyak terbesar di Hindia Belanda pada tanggal 15 Juni 1885, yaitu sumur telaga said, Kec. Sei
Lepan, Kab. Langkat-SUMUT. Keberhasilan Zijlker di Telaga Said telah mengungguli pendahulunya, Colonel Drake yang lebih dulu melakukan
pemburuan minyak bumi di Pulau Jawa, tapi tidak berhasil, sehingga menarik banyak peminat untuk mencari minyak bumi di berbagai daerah di Indonesia,
antara lain di Cepu, Jambi, Aceh Timur, Palembang dan Kalimantan Timur yang sampai akhir abad XIX telah beroperasi perusahaan perminyakan di wilayah
Hindia Belanda kini dikenal dengan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penggabungan beberapa
perusahaan minyak, sehingga pada awal abad ke XX hanya ada dua perusahaan besar yang beroperasi di Hindia Belanda, yaitu De Koninklijke dan Shell
Transport Trading Company Shell . Kemudian De Koninklije milik
pemerintah Belanda bergabung dengan Shell Inggris tahun 1907 dan penggabungan kedua perusahaan minyak raksasa itu lahirlah perusahaan minyak
Universitas Sumatera Utara
55
De Koninklijke Shell Group atau dalam bahasa Inggrisnya di kenal dengan sebutan Royal Dutch Shell yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak
caliber dunia yang melakukan pertambangan minyak di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya perusahaan ini memperoleh dukungan sepenuhnya dari
pemerintah Hindia Belanda yang berada di bumi Nusantara. Dalam menjalankan usaha industry perminyakan Royal Dutch Shell
membentuk tiga perusahaan pelaksana atau operating company, yaitu De Bataafsche Petroleum Company khusus menangani masalah pengangkutan
minyak.Sejak terbentuknya Royal Dutch Shell semua daerah konsensi De Koninklijke dan Shell dilaksanakan oleh BPM termasuk di Langkat dan Aceh
Timur yang kini dikenal dengan wilayah keja PT. PERTAMINA EP.Area Rantau – Aceh Tamiang.
Setelah Top Production minyak bumi di telaga Said menyusut, maka posisinya diganti oleh struktur Rantau yang kemudian tercatat sebagai kawasan
penghasil minyak terbesar di Indonesia termasuk dalam hal menyumbang devisa bagi Negara ketika Indonesia telah memperoleh kedaulatan penuh atas
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Hal ini telah dibuktikan pada saat dilakukannya ekspor perdana minyak
mentah Indonesia sebanyak 1700 ton atau senilai 30.000 DAS dollar Amerika Serikat yang diangkut oleh Tanker Shoizui Maru 3000 dwt melalui Pelabuhan
Minyak Pangkalan Susu yang pertama di Indonesia dengan tujuan negara Jepang.
Universitas Sumatera Utara
56
Atas dasar itu maka dibentuklah perusahaan Minyak Nasional PERMINA yang diprakarsai oleh Kolonel dr. Ibnu Soetowo pada tanggal 10
Desember 1957 yang kemudian diperkuat lagi dengan disahkannya UU. NO. 44 Prp tahun 1960 tentang pertambangan minyak dan gas bumi yang telah merombak
secara mendasar prinsip-prinsip pengusahaan Pertambangan Minyak dan gas bumi yang sebelumnya diatur dalam perundang-undangan Hindia belanda Indische
Mijn Wet 1989. Undang-undang tersebut selanjutnya diubah lagi dengan Undang-undang No. 8 Tahun 1971 sebagai landasan operasional Pertamina yang
mengacuh pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Kemudian untuk penyesuaian derap langkah dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, pemerintah merasa perlu
membuat undang-undang baru untuk memperbarui landasan operasional Pertamina agar lebih leluasa mengembangkan usaha dibidang perminyakan, Gas,
dan Panas Bumi. Untuk itu dibentuklah Undang-undang No. 22 tahun 2001 yang mengatur tentang pengelolaan minyak dan Gas bumi.
Dalam perkembangan sejarah pertambangan dan industry Perminyakan di Bumi Nusantara, PT. PERTAMINA EP. AREA Rantau-Aceh Tamiang
mempunyai nilai historis tersendiri baik sebagai Ibunda yang mengandung dan melahirkan Perusahaan Pertambangan Minyak dan gas bumi Negara
PERTAMINA maupun mengenai patriotism para insan perminyakan dalam usaha merebut dan mempertahankan Tambang Minyak Sumatera Utara dan Aceh
dari tangan fasis jepang dan agresor belanda pada agresi I dan II. PT. Pertamina EP Area Rantau- Aceh Tamiang bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan produksi minyak dan gas bumi melalui
Universitas Sumatera Utara
57
pelaksanaan pengeboran sumur baru, kerja ulang, reperasi, stimulasi dan perawatan sumur.Mencari cadangan baru dengan melakukan survey geologi
permukaan, survey geofisika dan survey grafity serta mengupayakan diversifikasi penganekaragaman energy dengan memanfaatkan tenaga panas bumi.
Dengan demikian tidak ada salahnya kalau dikatakan bahwa dari Rantau, Pangkalan Susu dan Pangkalan Brandan inilah lahirnya Pertamina pada tanggal 10
Desember 1957 sebagai BUMN kini jadi perusahaan perseroan penghasil devisa yang handal sampai saat ini.Sejalan dengan diberlakukannya UU NO. 2 Tahun
2001 sebagaimana diatur dalam pasal 60 huruf a disebutkan bahwa “dalam jangka waktu paling lama 2 dua tahun, PERTAMINA dialihkan bentuknya menjadi
perusahaan perseroan persero dengan peraturan pemerintah maka tanggal 18 Juni 2003 peraturan untuk itu pun dibuat oleh pemerintah melalui peraturan
pemerintah No. 31 Tahun 2003 tentang pengalihan bentuk perusahaan pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara PERTAMINA menjadi
perusahaan Perseroan Persero yang dibentuk berdasarkan UU No. 8 Tahun 1971 menjadi Perusahaan Persero, yaitu PT Pertamina Persero dengan akta
pendirian dilakukan oleh Menteri Keuangan dihadapkan Notaris Lenny Janis Iskak, SH pada tanggal 17 september 2003.
PT Pertamina EP adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi, meliputi eksplorasi dan
eksploitasi. Di samping itu, Pertamina EP juga melaksanakan kegiatan usaha penunjang lain yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung bidang
kegiatan usaha utama.
Universitas Sumatera Utara
58
Saat ini tingkat produksi Pertamina EP adalah sekitar 117.000 barrel oil per day BOPD untuk minyak dan sekitar 1.044 million standard cubic feet per
day MMSCFD untuk gas. Wilayah Kerja WK Pertamina EP seluas 113,613.90 kilometer persegi
merupakan limpahan dari sebagian besar Wilayah Kuasa Pertambangan Migas PT PERTAMINA PERSERO. Pola pengelolaan usaha WK seluas itu dilakukan
dengan cara dioperasikan sendiri own operation dan kerja sama dalam bentuk kemitraan, yakni 4 proyek pengembangan migas, 7 area unitisasi dan 39 area
kontrak kerjasama kemitraan terdiri dari 24 kontrak Technical Assistant Contract TAC, 15 kontrak Kerja Sama Operasi KSO. Jika dilihat dari rentang
geografinya, Pertamina EP beroperasi hampir di seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
WK Pertamina EP terbagi ke dalam lima asset. Operasi kelima asset terbagi ke dalam 19 Field, yakni Rantau, Pangkalan Susu, Lirik, Jambi, dan
Ramba di Asset 1, Prabumulih, Pendopo, Limau dan Adera di Asset2 , Subang, Jatibarang dan Tambun di Asset 3, Cepu dan Poleng di Asset 4 serta Sangatta,
Bunyu, Tanjung, Sangasanga, Tarakan dan Papua di Asset 5. Di samping pengelolaan WK tersebut di atas, pola pengusahaan usaha
yang lain adalah dengan model pengelolaan melalui proyek-proyek, antara lain Pondok Makmur Development Project di Jawa Barat, Paku Gajah Development
Project di Sumatera Selatan, Jawa Gas Development Project di Jawa Tengah, dan Matindok Gas Development Project di Sulawesi Tengah.
Universitas Sumatera Utara
59
PT Pertamina EP mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan pemegang saham untuk mengelola wilayah kerja seluas ± 138.611 km2
berdasarkan kontrak minyak dan gas bumi Pertamina dengan BPMIGAS pada tanggal 17 September 2005 untuk wilayah kerja Pertamina EP melalui suatu pola
pengoperasian sendiri own operation dan beberapa kerja sama kemitraan yakni Technical Assistant Contract TAC dan Kerja Sama Operasi KSO.
Wilayah kerja Perusahaan saat ini terbagi ke dalam 5 Aset – yang mencakup
Sumatera, Jawa dan Kawasan Timur Indonesia. Kegiatan operasi kelima Aset tersebut adalah:
1. Aset 1 yang mengelola wilayah kerja mulai dari Sumatera Bagian Utara
sampai dengan Sumatera Bagian Selatan dan terbagi dalam sejumlah area operasi meliputi Lapangan Rantau, Lapangan Pangkalan Susu, Lapangan
Lirik, Lapangan Jambi dan Lapangan Ramba. 2.
Aset 2 yang mengelola wilayah kerja di Sumatera Selatan dan terbagi dalam sejumlah area operasi meliputi Lapangan Prabumulih, Lapangan
Pendopo, Lapangan Limau dan Lapangan Adera. 3.
Aset 3 yang mengelola wilayah kerja di Jawa Barat dan terbagi dalam sejumlah area operasi meliputi Lapangan Subang, Lapangan Jatibarang,
Lapangan Tambun. 4.
Aset 4 yang mengelola wilayah kerja di Jawa Tengah dan Jawa Timur yaitu Lapangan Cepu.
Universitas Sumatera Utara
60
5. Aset 5 yang mengelola wilayah kerja di Kawasan Timur Indonesia dan
terbagi dalam sejumlah area operasi meliputi Lapangan Sangatta, Lapangan Sangasanga, Lapangan Tanjung, Lapangan Tarakan, Lapangan
Bunyu Lapangan Papua. Selain itu Perusahaan juga mengelola proyek-proyek seperti unitisasi
pengembangan gas di Suban Sumatera Selatan, Proyek Pengembangan Blok Gundih Jawa, Proyek Pengembangan Blok Matindok Sulawesi Tengah, dan
Proyek Pengembangan Gas Pondok Makmur. Sebagai anak perusahaan PT Pertamina PERSERO yang bergerak di
sektor hulu, Perusahaan menyadari peran penting yang dijalani serta tantangan besar yang dihadapinya.Tantangan utama bagi perusahaan adalah keberlanjutan
perusahaan itu sendiri. Di sektor hulu migas, tantangan itu terletak pada keberhasilan perusahaan menemukan cadangan minyak dan gas bumi. Penemuan
cadangan baru menjadi suatu hal yang penting karena perusahaan harus dapat mengimbangi porsi minyak dan gas bumi yang diproduksikan dalam fase
eksploitasi dan dijual untuk memasok kebutuhan energi Indonesia.Selain itu, keberlanjutan perusahaan juga sangat tergantung kepada faktor sosial dan
lingkungan hidup. Dalam melaksanakan kegiatan operasinya, Perusahaan senantiasa
memperhatikan aspek lingkungan, menerapkan pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja, dan lindungan lingkungan yang terintegrasi dengan melibatkan
seluruh pihak demi terwujudnya kegiatan operasi yang efisien, andal, dan aman bagi lingkungan.Perusahaan menyadari bahwa kegiatan operasi hulu migas yang
Universitas Sumatera Utara
61
dikelolanya sarat dengan risiko yang sangat tinggi.Oleh karena itu, perhatian kepada aspek lingkungan merupakan hal yang mutlak dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan internal dan eksternal.
Dasar Hukum :
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2001 tentang MIGAS khususnya pada pasal 61, pada saatterbentuknya PT Pertamina Persero sebagai pengganti Pertamina,
badan usaha milik Negaratersebut wajib mengadakan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana untuk melanjutkaneksplorasi dan eksploitasi pada bekas
Wilayah Kuasa Pertambangan Pertamina. Selanjutnyasesuai dengan PP No. 35 Tahun 2004 khususnya pada pasal 104 butir dinyatakan bahwadalam jangka
waktu paling lama 2 dua tahun, PT Pertamina Persero wajib membentuk anakperusahaan dan mengadakan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana
Minyak dan GasBumi dengan angka waktu selama 30 tiga puluh tahun dan dapat diperpanjang sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku. PT
Pertamina EP dibentuk berdasarkan AktaNotaris Marianne Vincentia Hamdani, SH nomor 4 pada tanggal 13 September 2005.Selanjutnya,tepat pada 17
September 2005 PT Pertamina EPmenandatangani Kontrak Kerja Sama denganBPMIGAS.
Bidang usaha :
Kegiatan usaha di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi, meliputi eksplorasi dan eksploitasi,serta kegiatan usaha penunjang lain yang secara langsung maupun
tidak langsung mendukungbidang kegiatan usaha utama.
Universitas Sumatera Utara
62
4.1.2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Struktur organisasi yang baik merupakan pengawasan terhadap organisasi terhadap organisasi dan merupakan salah satu syarat dapat tidaknya analisis
jabatan diterapkan dalam suatu perusahaan.Dalam menjalankan aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.PT. Pertamina EP Field Rantau Aceh
Tamiang memiliki struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa agar pendelegasian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dapat dilakukan dengan
baik. Dengan adanya struktur organisasi ini diharapkan para karyawan dapat bekerja sama dengan baik serta dapat memahami secara jelas apa yang menjadi
tanggung jawab dan sejauh mana wewenang yang ada padanya sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat lebih dalam.
PT. Pertamina EP Field Rantau Aceh Tamiang merupakan bagian dari PT. PERTAMINA Persero yang bidangnya khusus memproduksi minyak mentah
dan gas bumi.PT. Pertamina EP Field Rantau Aceh Tamiang dipimpin oleh seorang Field Manager kepala lapangan dimana secara lini bertanggung jawab
secara langsung kepada Vice president Region Sumatera yang berkedudukan di Prabumulih-Sumatera Selatan.
Universitas Sumatera Utara
63
Adapun struktur organisasi paga PT. Pertamina EP Field Rantau Aceh Tamiang adalah sebagai berikut:
Sumber PT. Pertamina EP Field Rantau Aceh Tamiang Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Field Rantau
Universitas Sumatera Utara
64
Pembagian Tugas
Selanjutnya sebagai uraian dari struktur organisasi PT. Pertamina EP Field Rantau Aceh Taminang diterangkan secara singkat pembagian tugas yaitu sebagai
berikut:
a. Field Manager
Field Manager mempunyai tugaskegiatan utama sebagai berikut: 1.
Menetapkan, mengkoordinir dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan operasional pengurasan primer dan sekunder sesuai dengan RUPP,
PODPOFD melalui analisa perbandingan ketersediaan dan kebutuhan sumber daya untuk memastikan keselarasan pencapaian rencana
produksi dan operasional dengan strategi “life of field”. 2.
Mengendalikan dan mengintegrasikan hasil seleksi dan alokasi program kerja operasional primary, secondary full scale tertiary ke
dalam setiap fungsi organisasi di Field untuk memastikan ketersediaan program kerja teknis secara tepat waktu dan akurat.
3. Mengkoordinir dan mengintegrasikan seluruh program kerja yang
ditetapkan terhadap asset terkait untuk memastikan kecukupan dan kebutuhan terhadap fasilitas produksi, menyeimbangkan dengan
program jangka panjang, menengah, dan pendek. 4.
Mengendalikan pelaksanaan program upaya peningkatan produksi di fase pengurasan primer dan sekunder yang tercakup dalam PODPOFD
untuk memastikan pencapaian target peningkatan produksi Aktifitas
Universitas Sumatera Utara
65
dan Lingkup yang dilakukan, meliputi : Optimasi Sumur, Desain artificial Lift, konversi sumur, KUPL, stimulasi.
5. Menetapkan, mengkoordinir dan memonitor proses lifting
minyakkondensat dan gas sesuai dengan nominasi untuk untuk memastikan terpenuhi kaidah oil gas accounting system serta
mengendalikan proses penanganan dan investigasi klaim dari konsumen migas untuk memastikan klaim yang diajukan telah diproses
sesuai prosedur dan tepat waktu. 6.
Memonitor dan mengendalikan seluruh statur proyek secara akurat dan tepat waktu untuk memastikan penghentian dilakukan secara akurat
dan tepat untuk memastikan penghentian dilakukan secara permanen dan tidak mengganggu operasi produksi.
7. Mengkoordinir dan mengendalikan penyusunan pelaporan atas
realisasi rencana dan program kerja atas pelaksanaan lifting minyakkondensaat dan gas sehingga diperoleh informasi yang akurat
dan tepat waktu bagi unit-unit yang membutuhkan.
b. Ast. Manager Keuangan Finance