Perbandingan Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal

Strategi yang baik untuk sekuritas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah strategi beli buying, sesuai dengan strategi yang diutarakan oleh Tambunan, 2007 dengan membeli saham yang undervalued.

C. Perbandingan Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal

dengan PE Ratio Tujuan dari valuasi dengan Dividend Discount Model dan PE Ratio adalah untuk memberikan penilaian apakah suatu sekuritas tersebut wajar undervalued atau tidak wajar overvalued sehingga diharapkan calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menetapkan strategi jual selling dan strategi beli buying. Sedangkan tujuan dari perbandingan kedua model ini, hanya untuk mengetahui hasil kedua model, bukan untuk menentukan model mana yang terbaik. Berikut adalah perbandingan hasil valuasi dengan Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal dan PE Ratio, yaitu: Tabel 4.16 Perbandingan Harga Pasar dan Harga Wajar dengan Model Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal dan Model PE Ratio Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun Harga Pasar Harga Wajar DDM Pertumbuhan Supernormal Harga Wajar PE Ratio 2002 Rp 1.863,46 Rp 2.260,44 Rp 2.730,46 2003 Rp 3.138,16 Rp 4.039,57 Rp 4.178,72 2004 Rp 4.825 Rp 2.445,33 Rp 6.264,34 2005 Rp 5.006,25 Rp 1.612,34 Rp 6.572,39 2006 Rp 7.787,5 Rp 1.564,77 Rp 11.704,65 Sumber: www.jsx.co.id data diolah Universitas Sumatera Utara Terdapat perbedaan antara kedua model ini dikarenakan Dividend Discount Model adalah penilaian dengan model dividen yang memfokuskan pada harga sekarang melalui besarnya arus kas yang diterima dividen dan diekspektasikan sebagai pencerminan atas current performance kinerja perusahaan sekarang dan future prospect prospek dimasa depan sedangkan PE Ratio dengan model earning yang merupakan pencerminan prestasi perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, walaupun Devidend Discount Model pertumbuhan supernormal dan PE Ratio adalah perangkat analisis fundamental yang memfokuskan pada laporan keuangan perusahaan untuk menentukan harga saham sebagai penunjuk arahbaromenter jangka panjang long-term point of view. Keputusan investor untuk berinvestasi, tidak tergantung dari valuasi ini dan jika investor tetap ingin berinvestasi pada saham yang overvalued, sebaiknya harus memperhitungkan premium country risk, market risk, liquidity risk, financial risk, bussiness risk, dan inflasi yang akan dihadapinya selama memegang saham tersebut dan mempertimbangkan time horizon jangka waktu berinvestasi pada saham untuk menentukan nilai harga saham dengan wajar sesuai dengan tingkat imbal hasil yang diharapkan. dengan pola investasi jangka panjang long-term investment serta pelajari pergerakan harganya, sampai dimana harga pasar tersebut dapat ditoleransi.

D. Uji t Sampel Independen