Perumusan Masalah Kerangka Konseptual

Investor tentunya tidak ingin membeli saham pada harga yang bukan sebenarnya sehingga penilaian kewajaran harga saham dapat menggunakan analisis fundamental. Analisis fundamental adalah suatu metode peramalan harga saham dengan mempelajari kinerja perusahaan yang menggunakan ratio-ratio keuangan, prestasi earnings, dan dividen seperti Price to Book Value Ratio PBV, Debt to Total Equity DER, Return on Equity ROE, Dividend Discount Model DDM, dan Price Earning Ratio PE Ratio Jogiyanto, 2003. Penelitian ini menggunakan analisis fundamental dengan pendekatan dividen yaitu, Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dengan time horizon jangka waktu berinvestasi selama 5 tahun untuk tiap perhitungan nilai wajar saham dan Price Earning Ratio PE Ratio dikarenakan dividen PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. tidak tetap selama tahun 1998 – 2006, bersifat supernormal atau nonkonstan Grafik 1.1. Mengetahui harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. maka penulis tertarik untuk mengambil judul: “Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: a. Apakah harga saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode tahun 2002- 2006 di Bursa Efek Jakarta yang dinilai dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dan PE Ratio adalah wajar? Universitas Sumatera Utara b. Apakah harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode tahun 2002-2006 dihitung dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham? c. Apakah harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode tahun 2002-2006 dihitung dengan PE Ratio memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham?

C. Kerangka Konseptual

Manurung 2006:107 menyatakan dividen merupakan pendapatan investor atas investasi pada sebuah saham atau merupakan arus kas yang diperoleh investor sepanjang saham tersebut dipegang investor. Oleh karena itu, dividen sebagai arus kas kepada investor dapat dipergunakan untuk menghitung harga saham yang akan dibeli. Salah satu pendekatan penilaian saham yaitu dengan analisis fundamental yang menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik nilai yang seharusnya tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum berdasarkan dividen yang terdiri dari Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dan PE Ratio. Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal merupakan model untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan mendiskontokan arus dividen masa depan ke nilai sekarang. Penggunaan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal didasarkan pada pemikiran bahwa pertumbuhan laba perusahaan tidaklah akan tinggi terus sehingga dividen yang dibagikan juga tidak konstan atau berubah-ubah. Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal Universitas Sumatera Utara digunakan untuk melakukan valuasi terhadap saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. karena PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. memberikan dividen yang tidak konstan dan pertumbuhan labanya yang berubah-ubah dari tahun ke tahun Tabel 1.1. PE Ratio merupakan model untuk menghitung arus dividen dengan menggunakan nilai laba perusahaan earning dalam menentukan nilai intrinsik saham Jogiyanto, 2003. Tambunan 2007, Brigham Houston 2006, Suad Husnan 2001, Fabozzi 1999, Reilly Keith 2003 menggunakan dividen untuk menilai harga wajar saham biasa dengan metode Dividend Discount Model pertumbuhan dividen supernormal dan PE Ratio. Dalam memperoleh harga wajar suatu saham dapat digunakan pada beberapa peneliti terdahulu, yaitu dengan judul penelitian adalah “Penilaian Kewajaran Harga Saham PT Unilever Indonesia, Tbk.” Harianja, 2007. Metode penelitian yang dilakukannya dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2002 harga saham dinilai tidak wajar dan pada tahun 2001, 2003, 2004, dan 2005 wajar layak dibeli dengan menggunakan Dividend Discount Model dan hasil penelitian dengan model Walter menunjukkan periode 2001 sampai 2005 harga saham dinilai wajar. Uraian tersebut di atas menunjukkan valuasi harga wajar saham dapat dilakukan dengan menggunakan analisis fundamental yaitu Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dan PE Ratio. Kerangka pemikiran yang telah diuraikan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Manurung 2006 : 108, Tambunan 2007 : 89.

D. Hipotesis