Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Eksploitasi Seksual

2. Keadilan : Menurut Aristoteles bahwa keadilan bukan berarti bahwa setiap orang memperoleh bagian yang sama. Ia mengenal dua macam keadilan yakni keadilan distributif dan keadilan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya. Sedangkan keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan pada setiap orang sama banyaknya tanpa mengingat jasa-jasa perorangan. 3. Kemanfaatan: Disebut pula teori utilitis, menurut teori ini, hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya the greatest of good of greatest number

A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Eksploitasi Seksual

Komersial Anak Perlindungan adalah tindakan yang sejalan yang harus dilakukan, secara umum perlindungan dapat dilakukan yaitu, sebagai berikut: 64 1. Mengembangkan serta memperkuat dan melaksanakan undang-undang, kebijakan dan program-program untuk melindungi anak-anak dan melarang eksploitasi seksual komersial anak-anak, dengan mengingat bahwa tipe-tipe pelaku yang berbeda-beda, dan usia serta keadaan korban mensyaratkan tanggapan hukum dan program yang berbeda 2. Mengembangkan atau memperkuat dan melaksanakan hukum nasional yang merumuskan tanggung jawab kriminal penyedia jasa, pelanggan dan perantara dalam pelacuran anak, perdagangan anak, pornografi anak dan kegiatan seksual lainnya yang bertentangan dengan hukum 3. Mengembangkan atau memperkuat dan melaksanakan perundang-undangan, kebijakan dan program-program nasional yang melindungi anak-anak korban 64 Ibid., hal. 9-10 Universitas Sumatera Utara eksploitasi seksual komersial terhadap hukuman, dan menjamin akses mereka kepada petugas dan pelayanan yang ramah terhadap anak-anak, di semua sektor, dan terutama dalam bidang hukum, sosial dan kesehatan 4. Pariwisata seks, mengembangkan atau memperkuat dan melaksanakan perundang-undangan untuk mengkriminalkan tindakan-tindakan yang merugikan anak-anak yang dilakukan di negara tujuan, meningkatkan ekstradisi dan pengaturan-pengaturan lain untuk menjamin agar orang yang mengeksploitasi anak untuk tujuan seksual di negara lain dapat dituntut di negara asalnya atau di negara tujuan, memperkuat perundang-undangan dan pelaksanaannya, termasuk penyitaan dan perampasan aset dan keuntungan, dan sanksi-sanksi lain, terhadap pelaku kejahatan seksual pada anak di negara tujuan dan membagi data yang relevan 5. Mengidentifikasi dan memperkuat atau mengembangkan jaringan diantara penegak hukum nasional dan internasional termasuk Interpol untuk memonitor eksploitasi seksual komersial anak-anak, membuat unit-unit khusus diantara para penegak hukum, dengan sumber daya yang memadai dan fasilitas yang ramah terhadap anak, untuk menghadapi eksploitasi seksual komersial anak, menunjuk petugas penghubung yang bertugas untuk menjamin hak-hak anak dalam penyelidikan polisi dan prosedur hokum untuk pertukaran informasi kunci, dan melatih penegak hukum tentang perkembangan anak dan hak-hak anak 6. Menciptakan tempat aman bagi anak-anak yang melarikan diri dari eksploitasi seksual komersial, dan melindungi mereka yang memberikan bantuan kepada anak-anak korban eksploitasi seksual komersial terhadap intimidasi dan tindakan kekerasan. Universitas Sumatera Utara Semua Negara di dunia menginginkan yang terbaik untuk masa depan anak sebagai generasi bangsa, banyak yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan perlindungan anak khususnya dalam bidang hukum, yaitu

1. Perlindungan hukum berdasarkan hukum nasional

Perhatian bangsa dan Negara Republik Indonesia terhadap eksistensi anak harus menjadi perhatian yang serius, apalagi dengan adanya kriteria bagi suatu bangsa atau negara dapat dikatakan menghormati hak seorang manusia yang namanya “anak”. Banyak peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal perlindungan anak dalam bidang hukum. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, dan untuk melaksanakan dan meningkatkan pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak perlu peningkatan kesadaran hukum. Usaha-usaha perlindungan terhadap dan oleh anak kerap kali merupakan suatu tindakan hukum oleh para obyek hukum dan subyek hukum, berdasarkan hukum dan yang mempunyai akibat hukum. Harus dicegah agar anak tidak menderita menjadi korban mental, fisik dan sosial, akibat adanya atau tidak adanya hukum yang menjadi dasar dan pedoman orang mengatur hak dan kewajiban anak. Dengan demikian, maka mereka yang dapat memanfaatkan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan, harus berpartisipasi dalam usaha-usaha perlindungan anak demi kepentingan anak. Mengingat rumitnya dan sulitnya permasalahan ini, maka merupakan suatu kemutlakan untuk memperhatikan, memahami dan menghayati hukum yang berkaitan dengan perlindungan anak ini, demi pengembangan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan anak. 65 65 Mulyanto, Melacur Demi Hidup, Yogyakarta:UGM, 2004, hal. 59. Universitas Sumatera Utara Mengembangkan kesadaran akan pentingnya hukum yang terlihat dalam usaha- usaha perlindungan anak merupakan suatu kemutlakan apabila kita ingin mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan perlindungan anak. Hampir semua usaha dalam melindungi anak merupakan suatu tindakan hukum karena mengacu pada hukum, mempunyai dan dapat menimbulkan akibat hukum yang merugikan atau menguntungkan bagi yang bersangkutan. Perlu juga disadarkan pada subyek dan obyek hukum, bahwa hukum tidak dapat melindungi seseorang, sebab, pada hakikatnya hukum hanya merupakan suatu alat bagi seseorang untuk mencapai sesuatu. Manfaat hukum bergantung pada siapa yang membuat dan memanfaatkannya, ini berarti, perlu ada peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan dan penyuluhan hukum sedini mungkin dengan berbagai cara. Kesadaran hukum dapat ditingkatkan dengan pendidikan hukum dan penyuluhan dalam berbagai cara dan bentuk, dapat membantu meningkatkan kesadaran hukum seseorang. Kesadaran hukum ini dapat mendorong orang untuk menghayati hukum, penegakan hukum dan kepastian hukum yang selalu berkaitan dengan usaha-usaha perlindungan anak yang integratif seutuhnya. Pengetahuan hukum yang tepat dan merata dapat membantu mempercepat adanya peraturan perundang-undangan yang merupakan perwujudan hukum perlindungan anak pendidikan dan penyuluhan hukum sebaiknya sudah dimulai sedini mungkin di berbagai bidang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penyuluhan hukum yang tepat perlu ditingkatkan dan diratakan tehadap anggota masyarakat dan pemerintah Anak sebagai korban ESKA harus mendapat perlindungan hukum. Negara dalam hal ini sudah menetapkannya dalam undang-undang. Ada banyak pasal yang mengatur tentang perlindungan anak sebagai korban eksploitasi seksual komersial anak ESKA. Universitas Sumatera Utara Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan hukum terhadap anak, yaitu Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bagi anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi danatau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik danatau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran, dalam Pasal 59 undang-undang ini mengatur bahwa Pemerintah dan lembaga Negara lainnya wajib dan bertanggung jawab memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, diberi juga perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual melalui penyebarluasan danatau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual, pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi, dan pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, LSM, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi danatau seksual, dalam Pasal 66 yaitu bagi anak korban kekerasan fisik, psikis, dan seksual melalui upaya penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang melindungi anak korban tindakan kekerasan, pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi diberikan perlindungan khusus 66 . Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga mencantumkan perlindungan terhadap anak dalam bentuk aturan yang terdapat pada Pasal 74 yaitu berupa pelarangan yang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk dalam bentuk perbudakan, pekerjaan yang 66 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Universitas Sumatera Utara memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian, produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, danatau, pelarangan mempekerjakan anak untuk pekerjaan yang membahayakan kesehatan atau moral anak. 67 Dalam hal perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban ESKA, dalam Undang-Undang RI No.21 Tahun 2007 tentang Trafficking yang terdapat dalam Pasal 44 bahwa anak sebagai saksi danatau korban berhak mendapat kerahasiaan identitas diri, Pasal 45 bahwa diadakan pembentukan ruangan pelayanan khusus pada kantor kepolisian pada saat anak berada pada tahap penyidikan, pada Pasal 46 bahwa pemerintahan tingkat kabupatenkota membentuk pusat pelayanan terpadu terhadap saksi danatau korban trafficking, begitu pula dalam Pasal 47 bahwa tidak hanya saksi danatau korban, keluarga saksi danatau korban juga diberikan perlindungan terhadap adanya ancaman yang membahayakan diri, jiwa, danatau hartanya baik sebelum, selama maupun sesudah proses pemeriksaan perkara, perolehan rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan mengalami penderitaan fisik maupun psikis akibat Trafficking, dan dalam Pasal 52 diatur mengenai pembentukan rumah perlindungan sosial atau pusat trauma dalam penyelenggaraan pelayanan rehabiltasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi, dan dalam Pasal 54 diatur mengenai adanya kewajiban pemerintah untuk melindungi pribadi dan kepentingan korban dan mengusahakan untuk pemulangan korban ke Indonesia dalam hal korban berada di luar negeri. 68 Pemerintah daerah juga sangat berperan dalam melaksanakan perlindungan anak, sebelum adanya Undang-undang Trafficking, Pemerintah Daerah SUMUT telah lebih 67 Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 68 Undang- Undang Pemberantasan Tindak Perdagangan Orang No. 21 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara dahulu memikirkan dan merancang ataupun membuat aturan-aturan yang mengatur tentang perdagangan orang yaitu PERDA Provinsi SUMUT No. 6 Tahun 2004 Pemerintah Daerah maupun Pemerintah kabupatenkota Aparat Penegak Hukum dan dan Lembaga Swadaya Masyarakat serta Masyarakat yang serta merta memberi perlindungan terhadap korban perdagangan trafficking perempuan dan anak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terdapat dalam Pasal 15. 69 Perlindungan hukum terhadap anak dilakukan oleh semua pihak, namun untuk melakukan perlindungan terhadap anak dibutuhkan beberapa hal yang menjadi persyaratan bagi para pihak yang melaksanakan perlindungan tersebut. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menangani permasalahan perlindungan anak yang perlu diperhatikan dan dipenuhi oleh yang bersangkutan. 70 1. Rasional positif tidak emosional, konseptual, profesional, berprogram 2. Dapat dipertanggungjawabkan horizontal terhadap sesama manusia yang sama harkat dan martabat sebagai manusia dan berada dengan kita dalam satu masyarakat; vertikal terhadap Tuhan Allah 3. Bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain 4. Mengembangkan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan rakyat 5. Merupakan pengamalan Pancasila 6. Merupakan respon, keadilan yang restoratif memulihkan mental, fisik, sosial 7. menerapkan unsur-unsur kooperasi, koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi dalam pelaksanaannya 8. Bervisi dan bermisi, humanisasi, melayani dan melindungi sesama manusia 69 PERDA Provinsi SUMUT No. 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak 70 Jurnal Perempuan “Mengapa Mereka Diperdagangkan” Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2007, hal. 32. Universitas Sumatera Utara 9. bersifat konstruktif, kreatif, inovatif, kritis dan realistis. 10. Tidak merupakan faktor viktimogen dan kriminogen 11. Dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.

2. Perlindungan Hukum Berdasarkan Hukum Internasional

Semua Negara, tidak terkecuali memiliki harapan yang sama terhadap masa depan anak, wujud tanggung jawab dunia internasional dengan adanya beberapa peraturan yaitu: adanya Konvensi Hak Anak yang diratifikasi oleh Presiden Republik Indonesia dengan Keppres No. 36 tahun 1990 tertanggal 29 Agustus 1990 yang menunjukkan kewajiban universal untuk melakukan yang terbaik bagi anak dan larangan mutlak untuk melakukan diskriminasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, tanggung jawab untuk secara langsung memberikan perlindungan dan perawatan secaa memadai kepada para korban perdagangan anak terletak pada Negara di wilayah hukum tempat mereka ditemukan terlepas dari status mereka, walaupun Konvensi Hak Anak tersebut sudah diratifikasi tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan di sana-sini. 71 Konvensi-konvensi Internasional banyak mengatur mengenai perlindungan anak secara hukum yaitu Protocol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak tentang Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak pada tahun 2000 mengatur tentang perlindungan anak yang mewajibkan Negara untuk menjamin bahwa hukum dalam negeri tidak memperbolehkan pelibatan anak-anak, dengan alas an apapun, dalam pelacuran, atau pornografi. Dalam hubungannya dengan Protokol Palermo, dan Konvensi ILO , hal ini berarti bahwa perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau menerima seorang anak di bawah usia 18 tahun untuk tujuan pelacuran dan pornografi harus dianggap sebagai perdagangan manusia. Selain itu 71 Marlina, et al., Melindungi Anak Dengan Hukum Pada Situasi Emergensi dan Bencana Alam, Medan: PKPA, 2007, hal. 71. Universitas Sumatera Utara juga diatur dalam Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan pada tahun 1979, Konvensi ILO pada tahun 1999 tentang Larangan dan Tindakan Segera untuk Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak yaitu berbagai jenis pekerjaan pada dasarnya membahayakan , seperti penambangan, konstruksi, penangkapan ikan laut dalam dan bekerja dengan bahan radioaktif, dan kimia berbahaya,melarang adanya perbudakan, penjualan dan perdagangan anak- anak untuk pelacuran, pornografi dan obat-obatan terlarang. Lampiran II Protokol untuk Mencegah, Menanggulangi, dan Menghukum Perdagangan Manusia, khususnya Wanita dan Anak-anak, sebagai suplemen untuk Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan Kejahatan Transnasional Terorganisasi Protokol Perdagangan Manusia Palermo yang dibentuk pada tahun 2000. 72 Sesungguhnya pembangunan terhadap anak terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu: pembinaan, pengembangan dan perlindungan. Pembinaan anak adalah suatu usaha untuk memberikan yang terbaik bagi pertumbuhannya. Pengembangan adalah menumbuhkan seluruh kemampuan dan bakat yang terkandung dalam diri anak. Sedangkan perlindungan adalah segala kegiatan untuk menjaga agar anak dapat tumbuh dengan wajar secara lahir dan batin serta bebas dari segala bentuk ancaman, hambatan dan gangguan. 73

B. Bentuk-Bentuk Perlindungan Anak sebagai Korban ESKA