BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sebagaimana menurut Nazir 2009:54 bahwa metode deskriptif yaitu suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki. Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kepustakaan library research, yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data- data dan informasi yang bersumber dari buku-buku kepustakaan yang ada
kaitannya dengan kata negasi bù dan kata negasi méi.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber data tertulis, yaitu bersumber dari buku-buku yang topiknya terkait dengan kata negasi bahasa
Mandarin, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah : 1.
Membaca dengan cermat dan teliti kalimat-kalimat yang menggunakan kata negasi bù dan kata negasi méi dalam bahasa Mandarin.
2. Mengumpulkan kata negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat bahasa
Mandarin.
Universitas Sumatera Utara
3. Mencatat dan mengelompokkan kata negasi bù dan kata negasi méi sesuai
dengan penggunaan di dalam kalimat bahasa mandarin.
3.2 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknik sisip dan teknik ganti. Teknik sisip berfungsi menyisipkan unsur tertentu diantara unsur-unsur
lingual yang ada atau di tengah unsur satuan lingual datanya. Teknik ini dipakai untuk mengetahui kadar keeratan unsur yg disisipkan. Dengan menggunakan
teknik sisip, penulis akan memaparkan posisi kata negasi bù dan kata negasi méi, misalnya : 1 ayah saya guru w
ǒ de bàba shì lǎoshī. Bila disisipkan kata negasi b
ù,
kalimat tersebut akan menjadi :
ayah saya bukan guru w ǒ de bàba bú shì lǎoshī.
Penyisipan konstituen bukan bù pada kalimat di atas berada diantara subjek dan predikat. Dalam hal ini, posisi konstituen negasi yang mendahului
predikat menyebabkan ayah saya w ǒ de bàba yang pada mulanya dipraanggapan
sebagai guru l ǎoshī menjadi teringkari.
Selain itu, penulis juga menggunakan teknik ganti, yaitu menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur tertentu yang lain di
luar satuan lingual yang bersangkutan. Teknik ganti yang digunakan adalah teknik ganti sama tataran. Kegunaan dari teknik ganti ini adalah untuk mengetahui kadar
kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti. Dengan menerapkan teknik ganti ini, penulis akan memaparkan persamaan dan perbedaan
penggunaan kata negasi bù dan kata negasi méi sehingga dapat diketahui jenis unsur yang terganti apakah dapat diterima atau tidak, misalnya :
Universitas Sumatera Utara
2a1 Ayah saya bukan guru.
[w
ǒ][de][bàba][bú] [shì] [lǎoshī]. 2a2 Ayah saya belum guru
[w
ǒ] [de] [bàba][méi] [
y
ǒu] [shì] [lǎoshi].
2b1 Saya tidak punya komputer.
[w
ǒ] [méi] [yǒu] [diàn nǎo]. 2b2 Saya tidak punya komputer.
[w
ǒ] [bù] [yǒu] [diàn] [nǎo].
Kalimat 2a2 di atas tidak berterima karena konstituen negasi méi tidak dapat bergabung dengan kata kerja penentuan shì yang menyatakan
termasuktergolong apa bendahal tersebut. Kata kerja shì hanya dapat bergabung dengan kata negasi bù.
Sedangkan pada kalimat 2b2 di atas tidak berterima karena konstituen negasi bù tidak dapat bergabung dengan kata kerja pemilikan y
ǒu yang menyatakan keberadaan. Kata kerja y
ǒu hanya dapat bergabung dengan kata negasi méi.
3.3 Data dan Sumber Data