Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin.
PENGGUNAAN KATA NEGASI BU DAN MEI
DALAM KALIMAT BAHASA MANDARIN
汉语否定词‚
‛和‚没‛句子使用
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Buadaya
Oleh: Yuliana Hutabarat
070710025
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
PENGGUNAAN KATA NEGASI BU DAN MEI DALAM KALIMAT BAHASA MANDARIN
汉语否定词‚ ‛和‚没‛句子使用
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.
Oleh: Yuliana Hutabarat
070710025
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. T. Thyrhaya Zein, M.A Wu Qiao Ping, M.A NIP. 19630109 198803 2 001
KETUA JURUSAN
Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19630109 198803 2 001
DEKAN
Dr. H. Syahron Lubis, M.A NIP. 19511013 197603 1 001
(3)
PENGESAHAN
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina
Hari/ tanggal : Kamis, 11 Juni 2011 Pukul : 08.30 - 11.30WIB
Tempat : Kantor Jurusan Sastra Cina-USU
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan
Dr. H. Syahron Lubis, M.A NIP. 19511013 197603 1 001
Panitia Ujian
No Tanda Tangan
1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( )
2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. ( )
3. Dr. H. Muhizar Muchtar, MS. ( ) 4. Wu Qiao Ping, M.A. ( ) 5. Liu Jin Feng, M.A. ( )
(4)
ABSTRACT
The tittle of this paper is “Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin”. Researcher analyzes the use of negation words, bu
and mei in Chinese sentences. As general students often make errors of using negation words specially bu and mei. Students don’t have understanding about when and where to use both negation words. The concepts of the thesis are about meaning, type of negation word and characteristic of negation words, bu and mei.
Theory used in the thesis is structure theory to know the position, similarly and different of negation word bu and mei in Chinese sentences. The methodology on the thesis is descriptive method.
The result of the analysis is to find out the position, similarly and difference of negation words bu and mei in Chinese sentences. The main position of negation word bu is before verb and before adjective. The main position of negation word mei is only before verb. The similarities of bu and mei show negation. The difference of bu and mei is in tense. Negation word of bu used in past, present, and future. But, negation word of mei only used in past or present.
(5)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas anugerah dan karunia-Nya yang melimpah dan telah memberikan penulis nikmat yang tiada tara, yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan menganugerahi penulis keluarga, sahabat-sahabat, teman-teman dan orang-orang yang sangat perhatian dan mendukung penulis selama menjalani kehidupan ini.
Shalawat beriring salam penulis haturkan bagi junjungan besar Umat Islam Nabi Muhammad SAW yang merupakan Suri Tauladan bagi umat Islam, dan karena beliau jualah penulis dapat semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin ”.
Penulis mengakui dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Namun berkat bimbingan dan arahan dari seluruh pihak, kesulitan yang ada Alhamdulillah dapat diatasi dan skripsi inipun dapat diselesaikan.
Oleh karena itu dengan penuh keikhlasan hati penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya dan Pembantu Dekan (PUDEK) I, II, III, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A selaku Ketua Departemen Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas telah membimbing, memeriksa,
(6)
dan memberikan pengarahan dengan telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si selaku Sekretaris Departemen Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
4. Dosen-dosen dari Jinan University 暨 南 大 学 yang mengajar di Sastra Cina Liao Jian Qi 廖 建 奇 ,Kuang Xiao Rong 匡 晓 蓉 ,Yang Run Zheng 杨润 ,Shao Zhang Chao 邵张超,Zhu Xiao Hong 祝晓宏, Chen Yi Hua 陈 华,Yu Xin 余焮,Wu Qiao Ping 伍巧 ,Liu Jin
Feng 刘金凤 谢谢您,老师⃞ 肯定 你们!!
5. Bapak/Ibu Dosen Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimiliki kepada penulis selaku mahasiswi Satra Cina (S1) selama masa perkuliahan.
6. Teristimewa penulis ucapkan untuk kedua orang tua saya, Papa (Ir. P. Hutabarat) dan Mama (Nelly Rosmeiny Lubis) yang telah mengorbankan segala-galanya. Saya persembahkan skripsi ini sebagai tanda terima kasih kepada Papa dan Mama. 爱你们⃞⃞⃞
7. Kepada kakakku (Siti Kemala Sari H. S.Sos) dan kedua adikku (Anggi Fitriani H. dan Nelfa Putrian H.) yang telah memberikan semangat dan dorongan kepadaku untuk menyelesaikan studi Sastra Cina ini.
8. Tante yang kusayangi, Yenny Rosalin Lubis dan Om P. Pulungan yang telah banyak membantu dalam segala hal.
(7)
10. Anak-anak S.Cina 2007, khususnya buat sobat-sobat ku; Rindi ‘rend rend’ Ginting, Vero ‘kuncen’ Brahmana, si kembar nak Sheyla ‘sela’ Silvia dan adik kembarannya Sheyra ‘sasa’ Silvia , Rahmi ‘quming’, Asty Ginting, Yuli Rambe, dan teman-teman 07 yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. SUKSES BUAT KITA SEMUA, SASCHIN 2007 !!!
11. Adik-adik Sastra Cina, jangan bosan-bosan belajar bahasa Cina ya ....
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis mengucapkan puji dan syukur, semoga kita semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini senantiasa mendapat ridho-Nya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi nusa dan bangsa terutama bagi penulis sendiri di masa sekarang dan yang akan datang.
Semoga Bapak/Ibu, Saudara/I serta keluarga penulis senantiasa mendapat berkah dan perlindungan dari Allah SWT. Amin...
Medan, Juni 2011
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRACT... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Manfaat Penelitian... 6
1.5 Batasan Masalah... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI... 8
2.1 Tinjauan Pustaka... 8
2.2 Konsep... 11
2.2.1 Pengertian Kata... 11
2.2.2 Pengertian Negasi... 13
2.2.3 Jenis-jenis Kata Negasi... 14
2.2.4 Ciri-ciri Kata Negasi Bu dan Mei... 19
2.2.5 Pengertian Kalimat... 23
2.2.6 Jenis-Jenis Kalimat... 24
2.3 Landasan Teori... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 30
3.1 Teknik Pengumpulan Data... 30
(9)
3.3 Data dan Sumber Data... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
4.1 Hasil... 34
4.2 Pembahasan... 34
4.2.1 Posisi Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin... 35
4.2.1.1 Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat Bahasa Mandarin... 36
4.2.1.2 Posisi Kata Negasi Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin... 42
4.2.2 Persamaan dan Perbedaan Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin... 44
4.2.2.1 Persamaan Penggunaan Kata Negasi Bu dalam Kalimat Bahasa Mandarin... 45
4.2.2.2 Perbedaan Penggunaan Kata Negasi Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin... 49
BAB V PENUTUP... 59
5.1 Kesimpulan... 59
5.2 Saran... 60
(10)
ABSTRACT
The tittle of this paper is “Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin”. Researcher analyzes the use of negation words, bu
and mei in Chinese sentences. As general students often make errors of using negation words specially bu and mei. Students don’t have understanding about when and where to use both negation words. The concepts of the thesis are about meaning, type of negation word and characteristic of negation words, bu and mei.
Theory used in the thesis is structure theory to know the position, similarly and different of negation word bu and mei in Chinese sentences. The methodology on the thesis is descriptive method.
The result of the analysis is to find out the position, similarly and difference of negation words bu and mei in Chinese sentences. The main position of negation word bu is before verb and before adjective. The main position of negation word mei is only before verb. The similarities of bu and mei show negation. The difference of bu and mei is in tense. Negation word of bu used in past, present, and future. But, negation word of mei only used in past or present.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam keberadaan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan makhluk sosial, bahasa merupakan alat utama dalam mendukung segala aktivitas manusia. Dengan kata lain, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1984: 16).
Dalam suatu komunikasi bahasa memegang peranan penting, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam bahasa lisan, suatu ide, pikiran atau keinginan disampaikan secara langsung dengan cara diucapkan dan dengan bantuan udara pernapasan. Sedangkan bahasa tulis, ditulis dengan menggunakan sistem tulisan.
Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa yaitu baik sebagai sarana komunikasi, sarana integrasi dan adaptasi, dan yang paling penting adalah sebagai sarana untuk memahami orang lain, maka banyak orang yang mempelajari bahasa dari bangsa-bangsa lain atau disebut juga dengan bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang paling banyak dipelajari selain bahasa Inggris yaitu bahasa Mandarin.
Bahasa Mandarin (Tradisional: 方話, sederhana: 方话, Hanyu Pinyin:
běi fāng huà, harafiah: "bahasa percakapan Utara" atau 方方言 Hanyu Pinyin:
běi fāng fāng yán, harafiah: "dialek Utara") adalah dialek bahasa Tionghoa yang dituturkan di sepanjang utara dan barat daya Republik Rakyat Cina. Kata "Mandarin", dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan
(12)
untuk menerjemahkan beberapa istilah Cina yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori bahasa Cina lisan.
Komunikasi yang terjadi diantara penutur bahasa sering ditandai dengan kata-kata yang bertujuan menolak atau menyangkal sesuatu yang dianggap salah dan tidak sesuai. Kata-kata tersebut lazim disebut dengan penanda negatif atau yang lebih dikenal dengan negasi.
Negasi atau pengingkaran adalah proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat, dilakukan dengan penambahan kata ingkar pada kalimat (Alwi, 2003: 378).
Dalam suatu bahasa, negasi mendukung fungsi yang sangat penting. Fungsi utama negasi adalah untuk menyangkal atau mengingkari pernyataan lawan bicara atau pembicara yang dianggap keliru oleh pembicara itu sendiri (Givon dalam Sudaryono, 1993:1). Dalam komunikasi verbal, manusia menggunakan konstituen negatif sebagai alat yang paling sempurna untuk menyangkal atau mengingkari sesuatu. Sebagai alat untuk menyangkal sesuatu, kehadiran konstituen negatif dalam suatu kalimat mengubah makna kalimat semula (kalimat tanpa negasi). Perubahan makna akibat hadirnya konstituen negatif sangat besar artinya karena perubahan itu dapat berarti pembatalan, penolakan, atau peniadaan yang semuanya itu akan menentukan tindak lanjut komunikasi yang sedang dilakukan.
Pentingnya negasi dalam suatu bahasa dikemukakan oleh Lehmann (dalam Sudaryono, 1993:1). Lehmann berasumsi bahwa konstituen negatif, bersama dengan konstituen lain yang disebut qualifier, bersifat universal. Fakta bahwa
(13)
negasi itu bersifat universal menunjukkan bahwa kehadirannya dalam setiap bahasa mendukung fungsi yang penting.
Khusus dalam bahasa Mandarin pentingya negasi, di samping fungsi utamanya sebagai alat untuk menyangkal sesuatu, juga ditunjukkan oleh terpakainya konstituen negatif sebagai salah satu parameter dalam penggolongan kata, terutama bù ( ) dan méi (没) untuk menentukan kata kerja dan kata sifat (lihat Shu Xiang, 2010: 90, 383; Yong Xin, 2005: 34). Beberapa ahli bahasa Mandarin itu menentukan kata kerja sebagai kelas kata yang dapat bergabung dengan méi, dan kata kerja serta kata sifat sebagai kelas kata yang dapat bergabung dengan bù.
Dalam tata bahasa Mandarin, meskipun kata negasi negasi bù dan kata negasi méi sama-sama menyatakan negasi atau penyangkal, tetapi keduanya mempunyai perilaku yang berbeda. Pelajar Indonesia yang belajar bahasa Mandarin sering salah menggunakan kedua kata negasi ini. Mereka masih belum paham pada saat kapan menggunakannya. Perhatikan kalimat berikut (*menyatakan tidak boleh disebut) :
(1) * wǒbú qù guò sū zhōu.
‘Saya tidak pernah pergi ke Su Zhou.’ (2) * jīntiān wǒméi shūfu.
‘Hari ini saya belum enak badan.’
(3) * xià ge xīngqī wǒméi chī běijīng kǎo yā.
(14)
Kalimat-kalimat di atas merupakan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat menggunakan kata negasi bù dan kata negasi méi. Pada kalimat (1), kata negasi bù tidak dapat digunakan dengan kata bantu guò, karena kata bantu guò biasanya digunakan pada kata negasi méi yang memiliki kandungan penunjuk waktu yang telah lewat, sedangkan kata negasi bù tidak memiliki kandungan penunjuk waktu. Jika akan menjelaskan tindakan yang menyangkut periode, kata negasi bù harus ditambah dengan kata waktu yang lain, misalnya dengan menambah kata yǐ qián di depannya, contoh :
tā yǐ qián bú shì lǎo shī ‘Dia sebelumnya bukan guru.’
Pada kalimat (2), tidak boleh memakai kata negasi méi karena kata sifat pada kata negasi méi memiliki batasan. Hal ini disebabkan karena kata negasi méi
lebih diutamakan untuk menegasikan kata kerja.
Pada kalimat (3), kata negasi méi tidak dapat digunakan karena kata negasi
méi digunakan untuk menegasikan yang telah lewat, sedangkan pada kalimat tersebut menggunakan penunjuk waktu yang akan datang.
Dalam tata bahasa Mandarin, kata negasi bù diletakkan di depan kata kerja, kata sifat dan kata keterangan lain untuk menyatakan negasi (Shu Xiang, 2010: 90), contoh : bú qù (tidak pergi). Kata negasi bù digunakan pada bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Sedangkan kata negasi méi adalah kata keterangan negasi yang di dalam kalimat menjadi keterangan, membatasi kata kerja, kata sifat dan lain-lain. Kata negasi méi ini digunakan pada bahasa lisan.
(15)
Kata negasi méi digunakan di depan kata kerja, menyatakan negasi dari tindakan yang terjadi atau telah selesai, contoh kalimat : jiějiě méi qù guo bēijīng
(kakak tidak pernah pergi ke Beijing.)
Kata negasi bù dan kata negasi méi dipakai tunggal sebagai penyangkal dalam jawaban, misalnya : tā zhīdào le? Bù, tā bù zhīdào (Dia sudah tahu? Tidak, dia tidak tahu.) dan nǐ zǒu le ma? Méi yǒu, wǒ méi zǒu. (Kamu sudah jalan belum? Belum, saya belum jalan.)
Kata negasi bù dan kata negasi méi memiliki perbedaan di dalam penyesuaian waktu. Perhatikan kalimat berikut :
(4) Míngtiān wǒbú qù chāoshì, wǒ yào qù shūdiàn. (Hanyu Jiao Cheng Di Yi Ce (Xia), 2006: 154)
Besok saya tidak pergi ke pasar, saya akan pergi ke toko buku.
(5) Zuótiān wǒméi qù shāngdiàn, wǒ qù shūdiàn le. (Hanyu Jiao Cheng Di Yi Ce (Xia), 2006: 155)
Kemarin saya tidak pergi ke toko, saya pergi ke toko buku.
Jika dilihat, arti kata dan cara penggunaannya dari kedua kalimat di atas hampir sama. Sebenarnya perbedaannya sangat besar. Pada kalimat (4) merupakan negasi terhadap kemungkinan kejadian di masa yang akan datang, yang mana hanya bisa digunakan oleh kata negasi bù. Sedangkan pada kalimat (5) merupakan negasi terhadap kemungkinan kejadian di masa lalu, yang mana hanya bisa digunakan oleh kata negasi méi.
(16)
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kata negasi bù menyatakan penyangkalan terhadap keadaan yang subyektif, yang dapat digunakan pada saat yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang.
Sedangkan kata negasi méi menyatakan penyangkalan terhadap keadaan yang obyektif, digunakan pada saat yang lalu atau saat sekarang, tidak dapat menyatakan yang akan datang.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, maka penulis perlu mengangkat kajian kata negasi bù dan kata negasi méi untuk mencari solusi.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana posisi kata negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat bahasa Mandarin?
2. Apakah persamaan dan perbedaan penggunaan kata negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat bahasa Mandarin?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memaparkan posisi kata negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat
bahasa Mandarin.
2. Memaparkan persamaan dan perbedaan penggunaan kata negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat bahasa Mandarin.
1.4Manfaat Penelitian
(17)
a. Manfaat Teoretis
Dapat menambah wawasan dan pemahaman yang menyeluruh tentang kata negasi, sehingga mempermudah pelajar ataupun mahasiswa untuk memahami kata negasi bù dan kata negasi méi dan dapat menggunakan kedua jenis kata negasi tersebut dengan baik dan benar.
b. Manfaat Praktis
Dapat dipergunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.5Batasan Masalah
Setiap pelaksanaan penulisan karya ilmiah pasti selalu bertitik tolak dari adanya masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan. Supaya penulisan skripsi ini dapat terarah dan pembahasannya juga tidak mengambang serta tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkannya, maka penulis akan membatasi permasalahan yang dipaparkan.
Sesuai dengan judul skripsi ini adalah Penggunaan Kata Negasi Bù dan Kata Negasi Méi dalam Kalimat Bahasa Mandarin maka yang menjadi permasalahan adalah kelompok kata negasi. Dalam hal ini penulis membatasi hanya pengunaan dua buah jenis kata negasi yaitu kata negasi bù dan kata negasi
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
Bab dua berisi tentang penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kata negasi, baik yang berbahasa Mandarin ataupun yang berbahasa Indonesia. Kemudian berisi tentang konsep yang dipakai dalam penelitian ini, meliputi : pengertian kata, pengertian kata negasi dan jenis-jenisnya, ciri-ciri kata negasi bù
dan méi, serta pengertian kalimat dan jenis-jenisnya. Selain itu, bab ini juga diisi tentang landasan teori yang dipakai penulis untuk meneliti kata negasi bù dan méi.
2.1 Tinjauan Pustaka
Di Cina penelitian mengenai kata negasi bù dan kaat negasi méi sudah pernah dilakukan, diantaranya Li Ying (1992) membahas “Bù” de Fǒu Dìng Yì Yì
dalam jurnal Yu Yan Jiao Xue Yu Yan Jiu. Dia menjelaskan bahwa bù
menyatakan pembicara negasi subyektif; bù menyatakan subjek negasi inisiatif yang terdapat dalam kalimat, lain daripada itu bù tidak memiliki arti yang lain. Sedangkan méi menyatakan keadaan yang obyektif.
Sedangkan Li Tie Gen (2003) lebih mendalam lagi meneliti kata negasi bù
dan kata negasi méi, dalam penelitiannya yang berjudul “Bù”, “Méi (Yǒu)” de Yòngfǎ Jí Qí Suǒ Shòu de Shíjiān Zhìyuē menjelaskan bahwa fungsi negasi bù
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu negasi kepastian dan negasi naratif. Negasi kepastian adalah kepastian negasi terhadap suatu kenyataan, atau disebut juga dengan negasi obyektif. Negasi naratif adalah negasi terhadap suatu tindakan sikap subyektif, subyektif menjelaskan suatu kejadian yang telah lewat yang tidak
(19)
terjadi atau yang akan datang yang tidak bisa terjadi, atau disebut juga dengan negasi subyektif. Fungsi negasi méi juga dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu fungsi waktu mutlak dan fungsi waktu relatif. Dalam kalimat waktu relatif, méi
dapat digunakan untuk menegasikan kalimat pada waktu yang sudah terjadi dan yang belum terjadi.
Peneliti lain meneliti bù dan méi melalui pola kalimat, melihat bahwa perbedaan bù dan méi meliputi: (1) perbedaan makna kata. Méi digunakan untuk menegasikan jarak suatu tindakan; bù dapat digunakan untuk menegasikan tindakan itu sendiri, juga dapat digunakan untuk menegasikan tindakan objek yang bersangkutan. Selain itu bù juga dapat digunakan untuk menegasikan hubungan subjek-predikat, atau menegasikan sifat, kondisi, dan lain-lain. (2) perbedaan penunjuk waktu. Méi mengandung makna “yang telah lewat”, digunakan untuk menegasikan yang telah lewat; bù tidak memiliki kandungan penunjuk waktu, banyak digunakan untuk menegasikan “sekarang” dan “yang akan datang”, seperti yang dikatakan oleh Liang Wen Qin (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Xiàndài Hànyǔ Zhōng de “Bù” hé “Méi”.
Di Indonesia penelitian mengenai negasi juga sudah pernah diteliti, diantaranya Sudaryono dalam penelitiannya yang telah dipresentasikan dalam buku yang berjudul Negasi dalam Bahasa Indonesia : Suatu Tinjauan Sintaksis dan Semantik (1993) menemukan adanya tiga macam konstituen yang lazim dipakai sebagai pengungkap negasi, yaitu (1) tidak, bukan, dan berbagai variannya, (2) a-, non-, dan seterusnya, dan (3) jangan, belum, dan lainnya. Pengungkap negasi yang pertama dan kedua disebut konstituen negatif formal
(20)
bebas dan terikat, karena keduanya memiliki tugas formal sebagai pengungkap negasi dan berwujud sebagai morfem bebas dan terikat. Kelompok ketiga disebut konstituen negatif paduan. Karena di samping menyatakan negasi, konstituen-konstituen itu menyatakan hal lain, yaitu perintah, larangan, dan lainnya.
Bambang Wibisono dan Akhmad Sofyan (1997) membahas Negasi Bahasa Madura dalam Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Mereka menjelaskan bahwa bentuk konstituen negasi dalam bahasa Madura berupa morfem bebas, yaitu taq untuk menyatakan tidak, enjaq untuk menyatakan tidak,
banne untuk menyatakan bukan, dan jhaq untuk menyatakan jangan. Konstituen negasi taq, enjaq, dan banne digunakan dalam kalimat negatif deklaratif dan negatif interogatif, sedangkan konstituen negasi jhaq hanya dipakai dalam kalimat negatif imperatif. Secara sintaksis, konstituen negasi dalam bahasa Madura berfungsi menegasikan konstituen yang mengikutinya, apakah berupa kata, frasa, dan klausa. Secara semantis, konstituen negasi dalam bahasa Madura berperan sebagai penanda makna kenegatifan. Secara pragmatis, konstituen negasi dalam bahasa Madura digunakan sebagai sarana untuk mengingkari, meyangkal, menolak ajakan, melarang, dan menegas. Konstituen negasi enjaq dan taq
walaupun bermakna sama, namun mempunyai perilaku sintaksis yang berbeda. Keduanya tidak dapat saling bersubstitusi. Konstituen enjaq terdapat dalam kalimat jawaban penyangkalan dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa kehadiran konstituen taq, sedangkan taq dapat hadir tanpa disertai konstituen enjaq.
Nenden Susi Elvina (2002) dalam skripsinya yang berjudul Negasi dalam Bahasa Melayu Deli: Tinjauan Sintaksis menemukan bahwa konstituen negasi
(21)
dalam bahasa Melayu Deli hanya berbentuk morfem bebas, yaitu tide untuk menyatakan tidak, bukan untuk menyatakan bukan, jangan untuk menyatakan tidak boleh, usah untuk menyatakan jangan, belum untuk menyatakan belum, dan
tiade untuk menyatakan tidak ada. Secara morfologis, konstituen negasi dalam bahasa Melayu Deli dapat mengalami proses penambahan afiks dan reduplikasi walaupun bersifat terbatas. Dari segi fungsi, konstituen negasi dalam bahasa Melayu Deli mempunyai dua fungsi yaitu sebagai fungsi standar yang hanya mengungkapkan negasi dan sebagai negasi gabungan disebabkan fungsinya yang lain. Secara semantis, konstituen negasi dalam bahasa Melayu Deli mempunyai kemampuan makna mengingkari, menyangkal, menolak, menegaskan, melarang, dan menyatakan proses peristiwa keadaan.
2.2 Konsep
Konsep merupakan penjelasan tentang variabel-variabel dalam sebuah judul skripsi. Dalam konsep peneliti akan memaparkan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan kata negasi serta jenis-jenis kata negasi.
Pertama-tama penulis akan memaparkan tentang pengertian kata, pengertian negasi, kemudian penulis juga akan memaparkan jenis-jenis negasi baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Mandarin. Selain itu, penulis juga memaparkan tentang pengertian kalimat dan jenis-jenisnya.
2.2.1 Pengertian Kata
Secara gramatikal kata mempunyai dua status. Sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi, dan sebagai satuan terkecil dalam tataran sintaksis. Sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi, kata dibentuk dari bentuk dasar
(22)
melalui proses morfologi afiksasi, reduplikasi, atau komposisi. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis kata, khususnya yang termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan ajektifa) dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan kata-kata dari kelas tertutup (numeralia, preposisi, konjungsi) hanya menjadi bagian dari frase yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis itu (Chaer, 2009: 37-38).
Menurut Suparto (2003: 21) kata adalah bagian yang terkecil dari bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri sendiri. Kata adalah dasar dari pembentukan kalimat. Misalnya, kalimat wǒ jiějiě zài yǎ jiā dá gōng zuò terbentuk dari gabungan lima kata, yaitu:
wǒ jiě jiě zài yǎ jiā dá gōng zuò 1 kata 1 kata 1 kata 1 kata 1 kata
Menurut arti dan tata bahasanya, kata dalam bahasa Mandarin bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu kata konkret/Shí Cídan kata abstrak/Xū Cí (function of word).
Kata konkrit/Shí Cí adalah kata yang mempunyai arti yang konkrit, yang dapat berdiri sendiri menjadi bagian dari kalimat. Kata konkrit/Shí Cí terdiri dari kata benda, kata kerja, kata kerja keinginan, kata sifat, kata bilangan, kata bantu bilangan, dan kata ganti.
Kata abstrak/Xū Cí (function of word) adalah kata yang tidak mempunyai arti yang konkrit dan tidak dapat berdiri sendiri menjadi bagian kalimat. Kata abstrak/Xū Cí terdiri dari kata keterangan, preposisi, kata sambung, kata bantu, kata seru, dan kata tiruan bunyi.
(23)
Meskipun kata abstrak/Xū Cí tidak mempunyai arti kata yang konkrit dalam kalimat, tetapi mempunyai arti dalam tata bahasa. Contoh:
wǒ shū ‘saya buku’ → tidak dapat mengungkapkan informasi wǒ de shū → ditambahkan de menyatakan ‘buku milik saya’ Contoh lain :
nǐ qù ma? ‘apakah Anda pergi?’ nǐ qù ba! ‘Anda pergi yah!’
Kedua kalimat di atas mempunyai modus (nada pembicaraan) yang berbeda sehingga arti yang diutarakan juga berbeda.
Urutan kata dalam bahasa Mandarin memiliki tempat yang sangat penting. Kadang-kadang, dua buah kalimat menggunakan kata yang sama, tetapi keduanya mempunyai arti yang berbeda. Contoh :
wǒmen dōu bú qù. (Tata bahasa Mandarin itu mudah, 2003:13) ‘di antara kita tidak ada yang pergi’.
wǒmen bù dōu qù.
‘di antara kita ada yang pergi dan ada yang tidak pergi’.
Contoh di atas membuktikan jika urutan katanya berbeda maka artinya juga berbeda.
2.2.2 Pengertian Negasi
Menurut Alwi (2003: 378) pengingkaran atau negasi adalah proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat, dilakukan dengan penambahan kata ingkar pada kalimat. Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar yang sesuai di awal frasa predikatnya.
Menurut Givon (dalam Sudaryono, 1993: 33) pengingkaran atau penyangkalan ialah pengingkaran atau penyangkalan terhadap kebenaran,
(24)
kefaktualan, dan pranggapan yang dinyatakan oleh lawan bicara atau pembicara sendiri.
Menurut Chaer (2006: 119) kata negasi adalah kata-kata yang digunakan untuk menyangkal atau mengingkari terjadinya suatu peristiwa atau adanya suatu hal. Kalimat negatif dibentuk dari kalimat (klausa) positif dengan cara menambahkan kata-kata negasi atau kata sangkalan ke dalam klausa (kalimat) dasar itu.
Muis (2005: 51) menyatakan bahwa kalimat ingkar atau menyangkal adalah kalimat turunan yang dibentuk dari kalimat inti dengan menggunakan unsur menyangkal (negatif) dalam frasa verba dan pola intonasi akhir menurun. Dalam bahasa Mandarin, kata negasi disebut dengan 否定词 ‘fǒu dìng cí’. Lai Hui (2000: 68) dalam jurnal Fouding Ju Fenlei Tan Xi mengatakan:
否定句是以句 对立 分类标准, 肯定句相对立的意 ; 时
一定的形式标准,通常是用否定副词来表 种否定的意 ⃞
( fǒu dìng jù shì yǐ jù yì duì lì wéi fēn lèi biāo zhǔn, jù yǒu yǔ kěn dìng jù xiāng dùi lì de yì yì, tóng shí yě yǒu yí dìng de xíng shì biāo zhǔn, tōng cháng shì yòng fǒu dìng fù cí lái biǎo dá zhè zhǒng fǒu dìng de yì yì: kalimat negasi adalah pertentangan arti kalimat menurut standarnya, mempunyai arti yang berlawanan dengan kalimat positif ; bersamaan dengan itu juga mempunyai bentuk standar yang pasti, biasanya menggunakan kata negasi untuk menyatakan arti negasi ini.)
2.2.3 Jenis-jenis Kata Negasi
Kata penyangkal atau kata negasi adalah kata-kata yang digunakan untuk menyangkal atau mengingkari terjadinya suatu peristiwa atau adanya suatu hal. Kata penyangkal yang ada dalam bahasa Indonesia (Chaer, 2006: 119-121) adalah
(25)
Kata penyangkal tidak dengan fungsi menyatakan ‘ingkar’ digunakan di depan kata kerja dan kata sifat. Kata penyangkal tak dengan fungsi untuk menyatakan ‘ingkar’ dapat digunakan di depan kata kerja atau kata sifat, sebagai varian dari kata tidak. Contoh :
(6) Mereka tidak (tak) datang. (Sintaksis Bahasa Indonesia, 2009: 206) (7) Anak itu tidak (tak) pandai. (Sintaksis Bahasa Indonesia, 2009: 207)
Kata penyangkal tiada digunakan untuk menyatakan ‘tidak pernah’ digunakan di depan kata kerja. Selain itu, kata penyangkal tiada juga digunakan untuk menyatakan ‘tidak ada’ digunakan di depan kata benda. Kata penyangkal
tanpa sama artinya dengan ‘tidak dengan’. Kata penyangkal ini digunakan di depan kata benda atau di depan kata kerja. Contoh :
(8) Kalau tiada uang jangan pergi. (Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, 2006: 120)
(9) Aku tiada berkata begitu. (Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, 2006: 120)
Kata penyangkal bukan digunakan untuk mengingkari kebenaran sesuatu digunakan di depan kata benda. Selain itu, kata penyangkal bukan juga digunakan untuk mengingkari sesuatu, yang disertai dengan pembetulannya yang digunakan di depan kata benda dan di depan kata kerja. Kata penyangkal bukan juga digunakan untuk menegaskan ‘apakah orang yang diajak bicara sependapat dengan si pembicara’ digunakan pada akhir kalimat tanya. Kata penyangkal bukan
yang disertai kata penyangkal tidak dengan fungsi menghapuskan pengingkaran digunakan di depan kata kerja atau kata sifat. Kata penyangkal bukan yang
(26)
disertai kata hanya pada klausa pertama, dan kata tetapi juga atau melainkan juga
pada klausa kedua digunakan untuk menyatakan penegasan penambahan. Contoh : (10) Ini bukan mangga. (Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, 2006: 120) (11) Dia bukan menulis melainkan menggambar. (Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia, 2006: 120)
(12) Kamu murid kelas dua, bukan? (Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, 2006: 121)
(13) Aku bukan tidak percaya kepadamu. (Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, 2006: 121)
(14) Saya bukan hanya mendengar, melainkan juga menyaksikan sendiri kejadian itu. (Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, 2006: 121)
Alwi (2003: 378-380) menambahkan kata ingkar jangan dan belum
sebagai jenis kata negasi dalam bahasa Indonesia. Kata ingkar jangan digunakan hanya untuk mengingkarkan kalimat verbal dan adjektival imperatif.
(15) Jangan tutup pintu itu! (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003: 380) Kata ingkar belum digunakan pada kalimat berpredikat verbal, adjektival, dan numeral tak tentu, jenis deklaratif dan interogatif. Kata ingkar belum tidak pernah digunakan dalam kalimat eksklamatif, karena kalimat eksklamatif selalu menyatakan perasaan yang dalam tentang sesuatu pada saat yang timbul secara tiba-tiba, sedangkan kata belum mengandung ciri makna proses, peristiwa, atau keadaan yang melibatkan jangka waktu tertentu. Contoh :
(16) Saya belum makan. (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003: 379) (17) Uangnya belum banyak.(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003: 379)
(27)
Kata penyangkal atau kata negasi yang ada dalam bahasa China modern (Shu Xiang, 2010: 82-559) adalah bù, méi, méi yǒu, wèi, bié, bú yào, bú yòng, dan
fēi.
Kata negasi bù adalah kata negasi yang paling umum digunakan. Kata negasi bù dengan fungsi ‘ingkar’ digunakan di depan kata kerja dan kata sifat, menyatakan negasi terhadap tindakan atau kualitas seuatu dan negasi terhadap sifat suatu benda. Contoh :
(18)
wǒ bú qù
Saya tidak pergi
(Xiandai Hanyu Babai Ci, 2010: 90) (19)
zhè màozi bú dà ini topi tidak besar Topi ini tidak besar.
(Xiandai Hanyu Babai Ci, 2010: 90)
Kata negasi méi, méi yǒu dengan fungsi ‘ingkar’ digunakan di depan kata kerja, menyatakan negasi terhadap kejadian yang telah terjadi. Kata negasi méi
dan méi yǒu memiliki arti dan penggunaan yang sama. Kata negasi wèi dengan fungsi ‘ingkar’ menyatakan negasi terhadap keadaaan yang belum muncul atau tindakan yang belum berlangsung. Contoh :
(20)
wǒ méi yǒu bān jiā saya tidak ada pindah rumah
(28)
(21)
wǒ yǐ qián cóng lái wèi jiàn guò nǐ saya sebelumnya selalu belum melihat pernah kamu Saya sebelumnya belum pernah melihat kamu.
Kata negasi bié, bú yào, dan bú yòng dengan fungsi ‘ingkar’ menyatakan larangan atau membujuk untuk mencegah suatu maksud. Kata-kata negasi tersebut dapat melakukan pencegahan terhadap suatu hal yang telah terjadi, juga dapat melakukan pencegahan terhadap suatu hal yang belum terjadi. Contoh :
(22)
bié cuī tā le , nǐ yuè cuī tā yuè zháo jí
jangan mendesak dia sudah , kamu semakin mendesak dia semakin cemas
Jangan mendesak dia, semakin kamu desak semakin cemas dia. (Hanyu Jiao Cheng Di San Ce Xia, 2006: 35)
(23)
bú yào pà shuō cuò jí shǐ shuō cuò le yě méi guānxi
jangan takut bicara salah meskipun bicara salah sudah juga tidak apa-apa
Jangan takut salah bicara, mesipun salah bicara juga tidak apa-apa. (Hanyu Jiao Cheng Di San Ce Xia, 2006: 127)
(24)
nǐ bú yòng dài lǐ wù lái kamu tidak perlu membawa hadiah datang Kamu tidak perlu datang membawa hadiah.
(Hanyu Jingdu Keben Yi Nian Ji Shang Ce, 2006: 132)
Kata negasi fēi adalah kata negasi yang istimewa. Umumnya digunakan di depan predikat kata benda, digunakan pada hubungan positif negasi subjek dan
(29)
objek, menyatakan negasi penilaian. Bentuk “fēi ... bù ...” menyatakan kejadian harus begini.
(25)
zhè jiā gōng sī fēi fǎ jīng yíng ini ‘rumah’ kantor bukan berhukum mengelola Kantor ini mengelola bisnis ilegal.
(Hanyu Jiao Cheng Di San Ce Xia, 2006: 112) (26)
zhè shì tā yào zhī dào le , fēi shuō bù kě
ini kejadian dia harus tahu sudah , bukan ngomong tidak boleh
Kejadian ini dia harus sudah tahu, harus ngomong kepadanya. (Hanyu Jiao Cheng Di San Ce Xia, 2006: 20)
2.2.4 Ciri-ciri Kata Negasi Bu dan Mei
Ciri-ciri Kata Negasi Bu
a. Kata negasi bù biasanya menjelaskan kata kerja atau kata sifat. Contoh : (27)
wǒ bú qù yín háng
saya tidak pergi ke Bank (28)
nǐmen zhè tào fángzi zhēn bú cuò kalian ini ‘buah’ kamar sungguh tidak salah Kamar kalian ini sungguh tidak jelek.
b. Kata negasi bù tidak dapat secara langsung menggunakan kata benda (*menyatakan tidak boleh disebut). Contoh :
(30)
(29) *
bù lǎo shī
tidak guru
(30) *
bù péng yǒu
tidak teman
Ada beberapa kata benda abstrak yang dapat diterangkan dengan kata penyangkal bù, contoh :
(31)
bù dào dé
tidak bermoral (32)
bù mín zhǔ
tidak demokratis
c. Kata negasi bù bisa berdiri sendiri dalam menjawab pertanyaan. Contoh : (33)
nǐ xué yīng yǔ
ma ? Bù . wǒ xué hàn yǔ
kamu belajar bahasa Inggris
kah ? Tidak . Saya belajar bahasa Mandarin Apakah kamu belajar bahasa Inggris? Tidak. Saya belajar bahasa Mandarin. d. Kata negasi bù bisa dipakai pada akhir kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh :
(31)
(34)
tā xiàn zài shēn tǐ hǎo bù ? dia sekarang badan bagus tidak ? Sekarang badannya sehat tidak?
e. Kata negasi bù bisa dipakai dengan kata jiù untuk menyatakan alternatif. Contoh :
(35)
xià yuè wǒ bú qù mǎ lái xī yà jiù qù yìn ní yang akan
datang
bulan saya tidak pergi Malaysia pasti pergi Indonesia Jika bulan depan saya tidak pergi ke Malaysia, pastilah ke Indonesia.
f. Kata negasi bù tidak dapat diulang (direduplikasi).
Ciri-ciri Kata negasi Mei
a. Kata negasi méi biasanya menjelaskan kata kerja. Contoh : (36)
wǒ hái méi xué zhè ge yǔ fǎ
saya masih belum belajar ini tata bahasa Saya masih belum belajar tata bahasa ini.
b. Kata negasi méi biasanya menjelaskan pada sebagian kata sifat, menyatakan negasi dari kejadian atau penyelesaian perubahan bentuk sifat. Contoh :
(37)
nǐ de bìng méi hǎo ,
kamu ‘menyatakan kepunyaan’ sakit belum bagus , Penyakitmu masih belum sembuh,
(32)
hái bù néng dào hù wài huó dòng . masih tidak bisa sampai luar rumah kegiatan . masih tidak bisa melakukan kegiatan di luar rumah.
(38)
tiān yuè lài yuè cháng le , bā diǎn zhōng
hái méi hēi ne
hari makin lama makin
panja ng
sudah , jam delapan
masih belum hitam ‘modus ne’ Hari makin lama makin panjang, jam delapan malam masih belum gelap.
c. Kata negasi méi tidak dapat dipakai pada kata benda (*menyatakan tidak boleh disebut). Contoh :
(39) * méi nǐ belum kamu
(40) * méi shū belum buku
d. Kata negasi méi dipakai dengan kata yǒu untuk menyatakan negasi dari kata “ada” atau “mempunyai”. Contoh :
(41)
yīn wèi méi yǒu líng qián , Karena tidak mempunyai uang receh ,
jiù xiàng dà jiě jiè le liǎng kuài qián maka terhadap kakak pinjam sudah dua yuan uang maka saya meminjam uang dua yuan kepada kakak.
(33)
(42)
zhè jiàn shì gēn tā méi yǒu guānxi ini ‘buah’ kejadian dengan dia tidak ada hubungan Kejadian ini tidak ada hubungannya dengan dia.
e. Kata negasi méi tidak dapat diulang (direduplikasi).
2.2.5 Pengertian Kalimat
Menurut Muslich (1990: 115) kalimat adalah bagian terkecil teks atau wacana yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisannya kalimat diiringi alunan nada, disela dengan jeda, diakhiri intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam bahasa tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital, diakhiri tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, serta kemungkinan di dalamnya ada spasi, koma, tidak koma, titik dua, atau sepasang garis apit pendek.
Menurut Suparto (2003: 23) kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan dengan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Dalam penggunaannya, kalimat merupakan bagian yang terkecil dari bahasa. Contoh :
wǒ kàn wán le zhè běn shū.
‘Saya sudah selesai membaca buku ini.’
Kalimat tersusun atas kata dan frasa dengan kaidah tatabahasa tertentu, bisa mengungkapkan suatu arti yang lengkap, antar kalimat mempunyai pemberhentian yang cukup besar (tanda titik), dan merupakan satuan bahasa yang memiliki intonasi tertentu (Yong Xin, 2005: 5). Contoh :
(34)
wǒ qù bēi jīng.
‘Saya pergi ke Beijing.’
2.2.6 Jenis-jenis Kalimat
Menurut Yong Xin (2005: 5-7), kalimat bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Berdasarkan rumit tidaknya struktur kalimat a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mengandung suatu predikat utama. Contoh :
(43)
wǒ xué xí hàn yǔ Saya belajar Bahasa Cina
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung beberapa kalimat tunggal atau klausa. Contoh :
(44)
wǒ cóng guǎng zhōu
lái, wǒ péng yǒu
cóng shàng hǎi
lái saya dari Guang
Zhou
datang , saya teman datang Shang Hai
datang Saya berasal dari Guangzhou, teman saya berasal dari Shanghai.
2. Berdasarkan fungsinya a. Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif menjelaskan suatu hal atau mendeskripsikan sesuatu. Contoh :
(35)
(45)
zhāng dàifu zài shǒu dū yī yuàn gōng zuò Zhang dokter di ibu kota Rumah Sakit bekerja Dokter Zhang bekerja di Rumah Sakit ibu kota.
b. Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif menyatakan pertanyaan. Contoh : (46)
tā qù nǎr ? Dia pergi kemana?
c. Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif menyatakan permohonan, perintah, pembujukan, atau larangan. Contoh :
(47)
shì nèi jìn zhǐ xī yān ! ruangan dalam dilarang merokok ! Dalam ruangan dilarang merokok !
d. Kalimat Seru
Kalimat seru mengekspresikan emosi yang kuat. Contoh : (48)
zhè lǐ de fēng jǐng duōme měi ā ! ini dalam Menyatakan
‘kepunyaan’
pemandangan betapa indah ah ! Betapa indahnya pemandangan disini ah !
(36)
3. Berdasarkan struktur kalimatnya a. Kalimat S-P
Kalimat S-P terdiri dari subyek dan predikat, disebut juga kalimat dua bagian. Contoh :
(49)
wǒ péng yǒu
zài bēi jīng yǔ yán xué yuàn
xué xí hàn yǔ saya teman di Beijing bahasa fakultas belajar Bahasa
Mandarin Teman saya belajar bahasa Mandarin di Beijing fakultas bahasa.
b. Bukan kalimat S-P
Tidak terdiri dari subyek dan predikat, disebut juga kalimat satu bagian. Ada 2 macam kalimat bukan kalimat S-P yaitu kalimat tanpa subyek dan kalimat satu kata. Contoh :
(50)
guā dà fēng le
bertiup besar angin sudah Angin bertiup kencang.
→ kalimat tanpa subyek (51)
zhù yì ! Awas !
→ kalimat satu kata
4. Berdasarkan jenis predikatnya a. Kalimat Berpredikat Kata Benda
(37)
(52)
jīn tiān xīng qī rì Hari ini Hari Minggu
b. Kalimat Berpredikat Kata Kerja
Kalimat berpredikat kata kerja adalah kalimat yang predikatnya kata kerja atau frasa kata kerja. Di belakang kata kerja kadang-kadang ada obyek, tetapi kadang-kadang tidak ada obyek. Contoh :
(53)
wǒ yǒu yī běn hàn yīng cí diǎn saya mempunyai satu buah Mandarin Inggris kamus Saya mempunyai sebuah kamus bahasa Mandarin-Inggris.
(54)
wǒmen míng tiān kǎo shì Kami besok ujian
c. Kalimat Berpredikat Kata Sifat
Kalimat berpredikat kata sifat adalah kalimat yang predikatnya kata sifat atau frasa kata sifat. Kata sifat dalam bahasa Mandarin dapat langsung menjadi predikat, tidak perlu bantuan kata kerja shì. Contoh :
(55)
tā jīn tiān fēi cháng gāo xìng Dia hari ini sangat gembira
d. Kalimat Berpredikat S-P
Kalimat berpredikat S-P adalah kalimat yang predikatnya frasa S-P. Contoh :
(38)
(56)
zhè lǐ fēng jǐng zhēn měi ini dalam pemandangan sungguh Indah Pemandangan disini sungguh indah.
2.3 Landasan Teori
Hadidjaja (1956) menyebut kata negasi sebagai kata tambahan. Secara struktural kata tambahan berada di depan atau di belakang kata yang diterangkan. Kata-kata negasi sebagai kata tambahan selalu terletak di depan bentuk yang dinegatifkan. Secara semantis dalam kaitannya dengan kalimat negatif deklaratif dan negatif interogatif, negasi bertugas untuk menyatakan ingkar dan pertanyaan ingkar (lihat Hadidjaja, 1968: 56). Dalam kaitannya dengan kalimat negatif imperatif, negasi bertugas untuk menyatakan larangan (Alwi, 2003: 353). Bentuk negatif imperatif ditandai oleh negasi jangan yang mendahului struktur deklaratif.
Dilihat dari segi bentuk, kalimat imperatif dapat berbentuk positif dan negatif. Kalimat negatif imperatif lazim disebut sebagai kalimat larangan. Secara gramatikal, kata-kata negasi digunakan untuk menegatifkan predikat, baik predikat tersebut berupa frasa verbal, adjektival, nominal dan numeral (Alwi, 2003: 381).
Penegasian juga dapat dilakukan terhadap modalitas (negative of the modality) dan “peristiwa negasi” (negation of the event) (Alwi, 1992: 47). Bagian tuturan yang dikenai negasi ditentukan oleh makna pengungkap modalitas yang digunakan.
Secara sintaksis, konstituen negatif berfungsi sebagai pemeri (qualifier) bagi verba atau konstituen predikat dalam suatu klausa atau kalimat. Sebagai
(39)
pemeri, konstituen negatif bukan merupakan konstituen inti suatu klausa atau kalimat, melainkan menjadi bagian dari konstruksi yang mengisi fungsi sintaksis tertentu. Pemerian yang dilakukan oleh konstituen negatif berupa penyangkalan terhadap konstituen yang dilekati. Dengan pengingkaran itu, suatu praanggapan yang semula benar menjadi tidak benar, yang semula faktual (sesuai dengan fakta) menjadi tidak faktual (Sudaryono, 1993: 12-24).
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sebagaimana menurut Nazir (2009:54) bahwa metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari buku-buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan kata negasi bù dan kata negasi méi.
3.1Teknik Pengumpulan Data
Karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber data tertulis, yaitu bersumber dari buku-buku yang topiknya terkait dengan kata negasi bahasa Mandarin, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah :
1. Membaca dengan cermat dan teliti kalimat-kalimat yang menggunakan kata negasi bù dan kata negasi méi dalam bahasa Mandarin.
2. Mengumpulkan kata negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat bahasa Mandarin.
(41)
3. Mencatat dan mengelompokkan kata negasi bù dan kata negasi méi sesuai dengan penggunaan di dalam kalimat bahasa mandarin.
3.2 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknik sisip dan teknik ganti. Teknik sisip berfungsi menyisipkan unsur tertentu diantara unsur-unsur lingual yang ada atau di tengah unsur satuan lingual datanya. Teknik ini dipakai untuk mengetahui kadar keeratan unsur yg disisipkan. Dengan menggunakan teknik sisip, penulis akan memaparkan posisi kata negasi bù dan kata negasi méi,
misalnya : (1) ayah saya guru (wǒ de bàba shì lǎoshī). Bila disisipkan kata negasi
bù, kalimat tersebut akan menjadi :
ayah saya bukan guru (wǒ de bàba bú shì lǎoshī).
Penyisipan konstituen bukan (bù) pada kalimat di atas berada diantara subjek dan predikat. Dalam hal ini, posisi konstituen negasi yang mendahului predikat menyebabkan ayah saya (wǒ de bàba) yang pada mulanya dipraanggapan sebagai guru (lǎoshī) menjadi teringkari.
Selain itu, penulis juga menggunakan teknik ganti, yaitu menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur tertentu yang lain di luar satuan lingual yang bersangkutan. Teknik ganti yang digunakan adalah teknik ganti sama tataran. Kegunaan dari teknik ganti ini adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti. Dengan menerapkan teknik ganti ini, penulis akan memaparkan persamaan dan perbedaan penggunaan kata negasi bù dan kata negasi méi sehingga dapat diketahui jenis unsur yang terganti apakah dapat diterima atau tidak, misalnya :
(42)
(2a1)Ayah saya bukan guru.
[wǒ][de][bàba][bú] [shì] [lǎoshī].
(2a2) * Ayah saya belum guru
[wǒ] [de] [bàba][méi] [yǒu] [shì] [lǎoshi]. (2b1) Saya tidak punya komputer.
[wǒ] [méi] [yǒu] [diàn nǎo]. (2b2) * Saya tidak punya komputer. [wǒ] [bù] [yǒu] [diàn] [nǎo].
Kalimat (2a2) di atas tidak berterima karena konstituen negasi méi tidak dapat bergabung dengan kata kerja penentuan (shì) yang menyatakan termasuk/tergolong apa benda/hal tersebut. Kata kerja shì hanya dapat bergabung dengan kata negasi bù.
Sedangkan pada kalimat (2b2) di atas tidak berterima karena konstituen negasi bù tidak dapat bergabung dengan kata kerja pemilikan (yǒu) yang menyatakan keberadaan. Kata kerja yǒu hanya dapat bergabung dengan kata negasi méi.
3.3 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data tulisan. Data tulisan diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan kata negasi dalam bahasa Mandarin.
Sumber data berasal dari buku Hanyu Jiao Cheng jilid I dan III diterbitkan oleh Beijing Languange and Culture University Press pada tahun 2006 yang
(43)
dikarang oleh Yang Qi Zhou sebanyak 231 halaman dan 218 halaman serta dari buku latihan pekerjaan rumah (PR) mahasiswa Sastra Cina semester VIII.
Data terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Merujuk pendapat Sudaryanto, data primer adalah data yang berupa pemakaian bahasa oleh penutur bahasa lisan maupun tulisan, sedangkan yang disebut data sekunder adalah data yang berupa data kebahasaan yang pernah dipergunakan oleh linguis lain dalam pembahasannya (1993: 10).
Data primer dalam penelitian ini adalah kata negasi bù dan méi yang terdapat dalam buku Hanyu Jiao Cheng jilid I, III dan buku latihan pekerjaan rumah (PR). Sedangkan data sekundernya adalah :
1. Buku Tata Bahasa Mandarin Itu Mudah Karya Suparto, 2003 2. Buku Intisari Tata Bahasa Mandarin Karya Zhao Yong Xin, 2005 3. Jurnal Bahasa Mandarin
(44)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab empat berisi tentang hasil analisis mengenai posisi kata negasi bù dan
méi serta persamaan dan perbedaan kata negasi bù dan méi dalam kalimat bahasa Mandarin. Berikut penjelasan tentang hasil dan pembahasan.
4.1 Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukannya letak atau posisi kata negasi bù dan méi dalam kalimat bahasa Mandarin. Posisi kata negasi bù berposisi di depan atau sebelum predikat kata kerja dan kata sifat, posisi kata negasi méi hanya berposisi di depan atau sebelum sebelum predikat kata kerja.
Selain itu ditemukan juga bahwa terdapat persamaan dan perbedaan kata negasi bù dan méi dalam kalimat bahasa Mandarin. Persamaan kata negasi bù dan
méi adalah kedua kata tersebut sama-sama menyatakan negasi atau penyangkal di dalam kalimat. Perbedaan kata negasi bù dan méi terletak pada penyesuaian waktu. Kata negasi bù menyatakan penyangkalan terhadap keadaan pada waktu yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Kata negasi méi menyatakan penyangkalan terhadap keadaan pada saat yang lalu atau saat sekarang.
4.2 Pembahasan
Yang akan dibahas dalam bab ini berpangkal pada kata negasi bù dan kata negasi méi. Untuk mendukung analisis tentang penggunaan kata negasi bù dan kata negasi méi pertama-tama penulis akan memaparkan tentang posisi kata
(45)
negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat. Di samping itu akan dianalisis pula persamaan dan perbedaan penggunaan kata negasi bù dan kata negasi méi. Analisis itu diperlukan untuk menunjukkan adanya varian dari suatu konstruksi yang mengandung bù dan méi, dan dengan analisis itu diharapkan penggunaan kata negasi bù dan kata negasi méi akan lebih jelas.
4.2.1 Posisi Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin
Menurut Pike (dalam Sudaryono, 1993: 61) posisi adalah ketentuan letak atau kejadian suatu konstituen dalam hubungannya dengan konstituen lain dalam suatu urutan atau konstruksi. Posisi suatu konstituen dalam suatu konstruksi mempunyai peranan penting untuk membentuk makna konstruksi. Makna suatu konstruksi ditentukan oleh posisi konstituen-konstituennya. Apabila posisi konstituen-konstituen dalam konstruksi itu berubah, makna konstruksi itu juga akan berubah. Demikian halnya dengan bahasa Mandarin, apabila posisi konstituen negatif dalam suatu konstruksi berubah, maka makna konstruksi itu pasti berubah pula.
Dalam bahasa Mandarin, konstituen negatif berposisi di sebelah kiri verba atau konstituen lain yang berfungsi sebagai predikat. Konstituen negatif utama dalam negasi bahasa Mandarin adalah bù dan méi. Di bab ini penulis akan memaparkan tentang posisi kata negasi bù dan kata negasi méi dalam kalimat tunggal, kalimat interogatif, dan kalimat berpredikat kata kerja yang khusus seperti “ bǎ, bèi, shì, dan bǐ ”.
(46)
4.2.1.1 Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat Bahasa Mandarin a. Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mengandung suatu predikat utama (Brown dalam Sudaryono, 1993: 63). Pada kalimat tunggal berpredikat kata kerja, kata negasi bù berposisi di depan atau sebelum predikat itu diisi kata kerja intransitif atau transitif. Kalimat berikut memperlihatkan hal tersebut.
(57)
wǒmen bù yóu yǒng Kami tidak Berenang (58)
tā bú rèn zhēn xué Dia tidak serius belajar
Pada kalimat (57) dan (58) kata negasi bù hanya dapat diposisikan di depan inti predikat, karena pemindahan posisi kata negasi bù akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima.
Kata negasi bù juga dapat berposisi di depan kata yang bersifat kata keterangan ditambah dengan kata kerja. Strukturnya menjadi “bù州A州V” (A menyatakan adverbial atau kata keterangan dan V menyatakan kata kerja). Lihat kalimat berikut :
(59)
tā bú rèn zhēn xué Dia tidak serius belajar
(47)
(60)
bù xiǎng qù
tidak ingin pergi
Dalam kalimat (59) dan (60), adverbial masing-masing bertindak sebagai kata sifat dan kata keterangan. Kata negasi bù yang diposisikan di depan adverbial menegasi adverbial yang diikuti dengan kata kerja.
Tetapi ketika kata negasi bù menegasikan frase pelengkap kata kerja, posisinya berubah menjadi di tengah-tengah kata kerja dan pelengkap. Strukturnya menjadi : “V州bù州C”. Lihat kalimat berikut :
(61)
shuō bu qīngchu bicaranya tidak jelas
Dalam kalimat (61) kata negasi bù dibaca bernada ringan, merupakan negasi terhadap pelengkap kemungkinan, menyatakan hasil perbuatan yang cenderung tidak mungkin terwujud.
Pada kalimat tunggal berpredikat kata sifat, kata negasi bù juga berposisi di depan predikat. Lihat kalimat berikut :
(62)
nà jiā yín háng bú dà itu rumah bank tidak besar Bank itu tidak besar.
(48)
Sama halnya dengan kalimat tunggal berpredikat kata kerja, pada kalimat tunggal berpredikat kata sifat seperti kalimat (62), kata negasi bù yang diposisikan di depan kata sifat hanya menegasi kata sifat pengisi predikat.
b. Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif adalah kalimat yang berisi pertanyaan, yang perlu diberi jawaban (Chaer, 2009: 46). Sebagian besar kalimat interogatif dapat berbentuk negatif. Artinya, konstituen negatif dapat dipakai pada kalimat interogatif itu. Pemakaian konstituen negatif pada kalimat interogatif berfungsi sebagai bagian yang dipertanyakan, dan juga sebagai alat untuk mempertanyakan sesuatu.
Dalam bahasa Mandarin kalimat interogatif berbentuk dengan menggunakan modus ma dan berbentuk afirmatif-negatif. Kalimat interogatif berbentuk dengan menggunakan modus ma digunakan di akhir kalimat untuk menyatakan tanya yang mengandung nada menyalahkan. Kalimat yang positif menyatakan arti yang negatif, sedangkan kalimat yang negatif menyatakan arti yang positif.
Dalam bentuk kalimat negatif, kata negasi bù diposisikan di depan predikat kata kerja atau kata sifat. Lihat contoh berikut :
(63)
nǐ bú shì yìn ní rén ma ? kamu tidak adalah Indonesia orang kah ? Kamu bukankah orang Indonesia?
(49)
Kalimat (63) merupakan kalimat interogatif dengan menggunakan modus ma di akhir kalimat, yang mana kata negasi bù diposisikan di depan predikat kata kerja.
Dalam bentuk afirmatif-negatif, kata negasi bù diposisikan di antara dua buah predikat yang bersifat kata kerja atau kata sifat. Kalimat interogatif ini fungsinya sama dengan kalimat tanya ma. Lihat kalimat berikut :
(64)
nǐ máng bu máng ? Kamu sibuk tidak sibuk ?
Kalimat (64) disebut kalimat interogatif ya-tidak (yes-no question) karena kalimat itu menghendaki jawaban ya (shì) atau tidak (bù). Kalimat itu diarahkan untuk meminta persetujuan atau pembenaran terhadap apa yang dipertanyakan. Oleh karena itu jawaban terhadap kalimat (64) berupa ya(shì) atau tidak (bù), dan dalam hal ini ya (shì) berarti setuju, dan tidak (bù) berarti tidak setuju terhadap apa yang dipertanyakan, yaitu tidak sibuk (bù máng).
c. Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat Berpredikat Kata Kerja yang Khusus
Dalam bahasa Mandarin, terdapat beberapa kalimat berpredikat kata kerja yang khusus seperti “ bǎ, bèi, shì, dan bǐ ”. Penjelasan mengenai keempat kalimat ini akan diperjelas pada bagian berikut ini.
1. Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat bǎ
Dalam bahasa Mandarin, kalimat bǎ merupakan salah satu kalimat berpredikat kata kerja yang sering digunakan. Kata depan bǎ dan kata benda/kata
(50)
ganti membentuk frasa kata depan, menjadi keterangan kata kerja, menegaskan dan menerangkan bagaimana suatu tindakan menangani suatu benda dan hasilnya, dan penanganan ini seringkali menyebabkan benda yang dimaksud berpindah tempat, berubah kondisi atau terkena pengaruh lainnya. Dalam kalimat bǎ, kata depan bǎ dan obyeknya yaitu benda yang harus diletakkan di antara subyek dan kata kerjanya. Kata negasi bù berposisi di depan kalimat bǎ. Lihat kalimat berikut : (65)
nǐ bù bǎ zhè piàn wén zhāng kànkan kamu tidak ‘kalimat
ba’
ini lembaran karangan melihat Kamu tidak melihat karangan ini.
2. Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat bèi
Dalam bahasa Mandarin, kalimat yang di depan predikat kata kerjanya terdapat kata depan bèi disebut kalimat bèi. Subyek berada di awal kalimat, merupakan penerima tindakan. Pada kalimat bèi, kata negasi bù berposisi di depan kalimat bèi. Lihat kalimat berikut :
(66)
tā bú bèi dà jiā xuǎn wéi bān zhǎng
dia tidak ‘kalimat bei’→ oleh semua orang memilih menjadi kelas ketua Dia tidak dipilih oleh semua orang untuk menjadi ketua kelas.
3. Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat shì
Kalimat shì merupakan kalimat berpredikat kata kerja khusus. Kata kerja
(51)
kepastian. Pada kalimat shì, kata negasi bù berposisi di depan kalimat shì. Lihat kalimat berikut :
(67)
zhè bú shì nǐ de qì chē
ini tidak adalah kamu ‘menyatakan kepunyaan’ mobil Ini bukan mobilmu.
4. Posisi Kata Negasi Bu dalam Kalimat bǐ
Kalimat bǐmerupakan kalimat yang menyatakan perbandingan, digunakan untuk mengenalkan sesuatu hal yang ingin diperbandingkan, bersama-sama dengan kata benda atau kata ganti membentuk frasa kata depan yang berfungsi sebagai keterangan, menyatakan perbedaan kualitas atau derajat. Pada kalimat bǐ, kata negasi bù berposisi di depan kalimat bǐ. Lihat kalimat berikut :
(68)
zhè jiàn chèn shān bù bǐ nà jiàn xīn
ini ‘potong’ kemeja tidak ‘kalimat bi’→lebih ... daripada
itu potong baru Kemeja ini tidak lebih baru daripada kemeja itu.
Pada kalimat (65), (66), (67), dan (68) dapat dilihat bahwa kata negasi bù
hanya dapat diposisikan di depan kalimat bǎ, bèi, shì, dan bǐ karena pemindahan posisi kata negasi bù akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima.
(52)
4.2.1.2 Posisi Kata Negasi Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin a. Posisi Kata Negasi Mei dalam Kalimat Tunggal
Seperti halnya dengan kata negasi bù, pada kalimat tunggal kata negasi
méi juga berposisi di depan predikat. Akan tetapi hanya predikat kata kerja saja yang dapat dinegasi oleh kata negasi méi. Lihat kalimat berikut :
(69)
wǒ méi qù shàng kè
saya tidak pergi kuliah
Sama halnya dengan penegasian kata negasi bù dalam kalimat kata kerja, pada kalimat (69) kata negasi méi juga hanya dapat diposisikan di depan inti predikat, karena pemindahan posisi kata negasi méi akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima.
Ketika kata negasi méi menegasikan frase pelengkap kata kerja, posisinya tetap berada di depan kata kerja dan pelengkap. Strukturnya menjadi : “méi+V+C”. Lihat kalimat berikut :
(70)
nà ge kǎo juàn hái méi chá qīngchu itu ujian dokumen masih belum diperiksa jelas Naskah ujian itu masih belum diperiksa dengan jelas.
“méi+V+C” seperti pada kalimat (30) adalah negasi terhadap tindakan hasil. Ketika negasi méi menegasikan kata kerja yang telah terjadi, ditambah dengan kata bantu guò, kata negasi méi diposisikan di depan kata kerja. Lihat kalimat berikut :
(53)
(71)
wǒ méi kàn guò zhè bù diàn yǐng saya belum melihat telah ini bagian Film Saya belum pernah melihat film ini.
Kata bantu guo yang terdapat dalam kalimat (31) menyatakan tindakan yang sudah terjadi, menunjukkan bahwa méi berada dalam waktu yang telah lalu.
b. Posisi Kata Negasi Mei dalam Kalimat Interogatif
Posisi kata negasi méi pada kalimat interogatif sedikit berbeda dengan posisi kata negasi bù pada kalimat interogatif. Kata negasi méi berposisi di akhir kalimat pertanyaan. Lihat kalimat berikut :
(72)
nǐ qú guò shàng hǎi le méi yǒu ?
kamu pergi telah Shang Hai sudah belum ?
Kamu sudah pernah pergi ke Shanghai belum ?
Kalimat (72) merupakan kalimat interogatif yang mana kata negasi méi
diposisikan di akhir kalimat.
c. Posisi Kata Negasi Mei dalam Kalimat Berpredikat Kata Kerja yang Khusus
Di antara kalimat berpredikat kata kerja khusus seperti “bǎ, bèi, shì, dan
bǐ”, hanya kalimat bǎ saja yang bisa dinegasikan oleh kata negasi méi. Dalam kalimat bǎ, kata negasi méi diposisikan di depan kalimat bǎ. Lihat kalimat berikut :
(54)
(73)
méi bǎ zhè shì gào sù tā
belum ‘kalimat ba’ ini urusan memberi tahu dia
Belum memberi tahu urusan ini kepadanya.
Kata negasi méi juga dapat diposisikan dalam kalimat berpredikat kata kerja khusus yang lain seperti kalimat yǒu. Dalam bahasa Mandarin, kalimat yǒu
merupakan kata kerja yang menyatakan “milik” atau keberadaan, sering diikuti obyek. Posisinya berada di depan kata yǒu. Lihat kalimat berikut :
(74)
wǒ méi yǒu zhōng wén xiǎo shuō saya tidak mempunyai Cina bahasa novel Saya tidak mempunyai novel bahasa Cina.
Sama halnya dengan kata negasi bù, pada kalimat (74) kata negasi méi
juga hanya dapat diposisikan di depan kalimat bǎ dan kalimat yǒu karena pemindahan posisi kata negasi bù akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima.
4.2.2 Persamaan dan Perbedaan Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin
Dalam arti dan fungsi tata bahasa Mandarin, kata negasi bù dan kata negasi méi memiliki persamaaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Berikut akan dibahas persamaan dan perbedaan dari kedua kata negasi tersebut.
(55)
4.2.2.1 Persamaan Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin
Berdasarkan arti dan fungsi tata bahasanya, kata negasi bù dan méi
memiliki persamaan-persamaan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kata negasi bù dan kata negasi méi dalam arti kata sama-sama menyatakan
negasi.
2. Kata negasi bù dan kata negasi méi keduanya merupakan kata yang menerangkan sifat. Keduanya tidak dapat menjadi bagian penting dari kalimat, misalnya bù dan méi tidak dapat menjadi subjek, objek, pelengkap dan lain-lain.
3. Kata negasi bù dan kata negasi méi keduanya merupakan kata keterangan negasi , diletakkan di depan predikat sebagai keterangan. Contoh kalimat: (75)
shí jiān
hái zǎo , yí gè rén dōu méi lái ne waktu masih pagi , sebuah orang semua Belum datang ‘modus
ne’ Waktu masih pagi, seorang pun belum ada yang datang.
(76)
kè wén bù cháng , yí huìr jiù niàn wán le teks tidak panjang , sebentar langsung membaca selesai sudah Teksnya tidak panjang, sebentar saja langsung selesai membacanya.
4. Dalam kalimat “bǎ”, kata negasi bù dan kata negasi méi harus diletakkan di depan kalimat “bǎ”. Contoh kalimat:
(56)
(77)
tā gù yì bù bǎ xiǎo měi
de dì zhǐ jì gěi wǒ dia sengaja tidak ‘kalimat
ba’ Xiao Mei menyatakan kepunyaan alamat mengi rim kepa da saya Dia sengaja tidak mengirim alamat Xiao Mei kepadaku.
(78)
nǐ méi bǎ kǒu dài
lǐ de dōng
xi
dōu tāo chūlai ka
mu
belum ‘kalimat ba’ kanto ng dalam menyatakan kepunyaan sesu atu semua mengel uarkan keluar Kamu belum mengeluarkan sesuatu di kantongmu.
5. Kata negasi bù dan kata negasi méi bisa diletakkan diantara dua buah predikat yang membentuk kalimat tanya pilihan. Contoh kalimat:
(79)
duìbuqǐ, nǐn néng bu néng zài shuō yí biàn ? maaf, anda bisa tidak bisa lagi bicara sekali ? Maaf, anda bisa tidak bicara sekali lagi ?
(80)
zuó tiān nǐ qù méi qù dà shǐ guǎn ? semalam kamu pergi tidak pergi Kedutaan Besar ? Semalam kamu pergi tidak pergi ke Kedutaan Besar ?
6. Kata negasi bù dan kata negasi méi (yǒu) bisa digunakan tunggal untuk menjawab pertanyaan. Contoh kalimat:
(81)
tā zhī dào ma ? Bu , tā bù zhī dào Dia tahu kah ? Tidak , dia tidak tahu
(57)
(82)
tā zǒu le ma ? Méi yǒu, tā méi yǒu zǒu dia jalan sudah kah ? Belum, dia belum jalan Dia sudah jalankah ? Belum, dia belum jalan.
7. Kata negasi bù dan kata negasi méi di dalam kalimat deklaratif, jika terdapat satu, tiga, lima buah (kata bilangan ganjil) kata negasi bù atau kata negasi méi menyatakan arti pengingkaran. Jika terdapat dua, empat, enam buah (kata bilangan genap) kata negasi bù dan kata negasi méi
menyatakan arti kepastian. Contoh kalimat: (83)
wǒ bù xiǎng qù saya tidak ingin pergi (84)
wǒ méi kàn jiàn nǐ de cí diǎn
saya belum lihat kamu ‘menyatakan kepunyaan’ kamus Saya belum melihat kamusmu.
(85)
nǐ bú qù bù xíng
kamu tidak pergi tidak boleh Kamu tidak boleh tidak pergi.
(86)
zhè ge xiāoxi quán xiào méi yǒu rén bù zhī dào ini berita semua sekolah tidak ada orang tidak tahu Berita ini semua sekolah tidak ada orang yang tidak tahu.
(58)
Kalimat deklaratif (83) dan (84) di atas, terdapat sebuah kata negasi yang memiliki arti pengingkaran, misalnya pada kalimat (83) menyatakan ‘tidak pergi’, kalimat (84) menyatakan ‘belum lihat’. Sedangkan dalam kalimat deklaratif (85) dan (86) terdapat dua buah kata negasi yang memiliki arti kepastian, misalnya pada kalimat (85) menyatakan ‘pasti akan pergi’, kalimat (86) menyatakan ‘pasti semua orang sudah tahu.’
Tetapi di dalam kalimat interogatif justru sebaliknya, jika terdapat satu, tiga, lima buah (kata bilangan ganjil) kata negasi bù atau kata negasi
méi menyatakan arti kepastian. Jika terdapat dua, empat, enam buah (kata bilangan genap) kata negasi bù dan kata negasi méi menyatakan arti pengingkaran. Contoh kalimat:
(87)
nǐ bú shì měi guǒ rén ma ? kamu bukan Amerika orang kah ?
Kamu bukan orang Amerikakah ?
(88)
zhè jiàn shì nǐ méi tīng shuō guò ma ? ini ‘buah’ peristiwa kamu belum dengar telah kah ? Peristiwa itu kamu belum dengar kabarnya kah ?
(89)
tā bú shì bù xǐhuan nǎ ge gōng sī ma ? Dia bukan tidak suka itu perusahaan kah ? Dia bukankah tidak suka perusahaan itu?
(59)
(90)
wǒ méi yǒu shuō wǒ méi qù ma ?
saya tidak ada bicara saya tidak pergi kah ? Apa saya tidak ada bicara saya tidak pergi?
Kalimat interogatif (87) dan (88) di atas, terdapat sebuah kata negasi yang memiliki arti kepastian, misalnya pada kalimat (87) menyatakan ‘pasti orang Indonesia’, kalimat (88) menyatakan ‘harus sudah pernah dengar kabarnya’. Sedangkan dalam kalimat interogatif (89) dan (90) terdapat dua buah kata negasi yang memiliki arti pengingkaran, misalnya pada kalimat (89) menyatakan ‘tidak suka perusahaan itu’, kalimat (90) menyatakan ‘tidak pergi.’
4.2.2.2 Perbedaan Penggunaan Kata Negasi Bu dan Mei dalam Kalimat Bahasa Mandarin
Berdasarkan arti dan fungsi tata bahasanya, kata negasi bù dan méi juga memiliki perbedaan-perbedaan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Dilihat dari arti tata bahasanya, kata negasi bù dan kata negasi méi
tidaklah sama. Kata negasi bù menyatakan keadaan yang subyektif atau disebut juga sebagai penyangkal kemampuan, sedangkan kata negasi méi
menyatakan keadaan yang obyektif atau disebut juga sebagai penyangkal kemungkinan. Contoh kalimat:
(91)
tā bù lái Dia tidak datang
(60)
(92)
wǒ méi lái Saya tidak datang
Kalimat (91) mengatakan ‘tā (dia)’ subjek di dalamnya bukan ‘xiǎng lái (ingin datang)’, tetapi menyatakan ‘bù lái (tidak datang)’. Kalimat (92) mengatakan ‘wǒ (saya)’ objek di dalamnya bukan ‘lài le
(sudah datang)’, tetapi di dalam kenyataannya adalah ‘méi lái (tidak datang)’.
Selain itu, kata negasi méi boleh juga menyatakan negasi terhadap perbuatan atau sifat yang sampai sekarang masih belum muncul. Kata negasi bù boleh juga menyatakan negasi terhadap suatu penilaian, kemungkinan, kebutuhan atau sifat. Contoh kalimat:
(93)
jīn tiān de shēng cí wǒ hái méi jì zhù hari ini ‘menyatakan
kepunyaan’
kosa kata saya masih belum ingat Kosa kata untuk hari ini saya masih belum ingat.
(94)
mǎ lì bú shì ào dà lì yà rén Marry bukan Australia orang Marry bukan orang Australia.
(95)
jīn tiān bù kě néng xià yǔ Hari ini tidak mungkin turun hujan
(61)
(96)
nǐmen bù yīng gāi gào sù tā zhè jiàn shì qíng kalian tidak harus memberi
tahu
dia ini ‘buah’ peristiwa Kalian tidak harus memberi tahu dia peristiwa ini.
(97)
wǒ de ài rén bú piàoliang
saya ‘menyatakan kepunyaan’
cinta orang tidak cantik Pacar saya tidak cantik.
Kata negasi méi dalam kalimat (93) di atas menyatakan negasi terhadap perbuatan atau sifat yang sampai sekarang masih belum muncul. Kata negasi bù dalam kalimat (94) menyatakan negasi terhadap suatu penilaian, kalimat (95) menyatakan negasi terhadap suatu kemungkinan, kalimat (96) menyatakan negasi terhadap suatu kebutuhan, dan kalimat (97) menyatakan negasi terhadap suatu sifat.
2. Dilihat dari penyesuaian waktu, kata negasi bù dan kata negasi méi
memiliki perbedaan. Kata negasi bù dapat digunakan pada saat yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang, sedangkan kata negasi méi hanya dapat digunakan pada saat yang lalu atau saat sekarang. Contoh kalimat: (98)
míng tiān
rú guǒ xià yǔ tā jiù bú qù lái shàng kè besok jika turun
hujan
dia maka tidak pergi datang kuliah Jika besok hujan, maka dia tidak datang kuliah.
(62)
(99)
zuó tiān wǎn shang
wǒ méi cān jiā
tā de yàn
huì kemarin malam saya tidak hadir dia ‘menyatakan
kepunyaan’
acara pesta Kemarin malam saya tidak menghadiri acara pestanya.
(100)
nǐ zuó tiān bú qù , jīn tiān bú qù , kamu semalam tidak pergi , hari ini tidak pergi , Semalam kamu tidak pergi, hari ini tidak pergi,
míng tiān qù ba ! besok pergi ‘modus ba’ besok pergilah !
Kata-kata “saat yang lalu”, “saat sekarang”, “saat yang akan datang” semuanya merupakan kata-kata yang menyatakan waktu, bukan menyatakan perubahan sikap. Kata negasi bù pada kalimat (98) menggunakan waktu yang akan datang, dinyatakan dengan menggunakan kata “besok”. Kata negasi méi pada kalimat (99) menggunakan waktu yang telah lewat, dinyatakan dengan menggunakan kata “kemarin”. Kata negasi bù pada kalimat (100) menggunakan waktu yang telah lewat dan waktu sekarang, dinyatakan dengan menggunakan kata “semalam” dan “hari ini”.
3. Dilihat dari pengingkaran pelengkap hasil atau pelengkap arah, posisi kata negasi bù dan kata negasi méi juga memiliki perbedaan. Kata negasi bù
(63)
harus diletakkan setelah predikat, sedangkan kata negasi méi harus diletakkan sebelum predikat.
Pelengkap adalah satuan kalimat yang ditambahkan di belakang kata kerja dan kata sifat, menerangkan keadaan, hasil, jumlah, atau derajat kualitas dari suatu tindakan. Biasanya berupa kata sifat, kata keterangan, kata kerja, atau frase lain (Yong Xin, 2005: 69).
Pelengkap hasil adalah pelengkap untuk menerangkan hasil atau akibat suatu tindakan, biasanya berupa kata kerja atau kata sifat. Pelengkap arah adalah pelengkap untuk menerangkan arah suatu tindakan, biasanya berupa kata kerja-kata kerja seperti lái, qù, shàng, xià, jìn, chū, huí, guò, qǐ, dan lain-lain. Contoh kalimat:
(101)
lǎo shī de huà wǒ tīng de dǒng ,
guru ‘menyatakan kepunyaan’
bicara saya mendengar ‘menyatakan hasil’
paham , Omongan guru saya paham mendengarnya,
dàn shì hái tīng bu dǒng zhōng wén guǎng bō tapi masih mendengar tidak paham Cina bahasa siaran radio tapi masih juga tidak paham mendengar siaran radio bahasa Cina.
(102)
nǐ shuō de tài kuài , wǒ méi tīng dǒng
kamu bicara ‘menyatakan hasil’
terlalu cepat , saya tidak mendengar paham
(64)
(103)
tāmen chū mén le , yī shí hái huí bù lái
mereka keluar pintu sudah , sementara waktu
masih kembali belum datang
Mereka keluar, sementara waktu masih belum datang kembali.
(104)
tāmen chū qù le , hái méi huí lái
mereka keluar pergi sudah , masih belum kembali datang
Mereka keluar dan masih belum datang kembali.
Kata negasi bù pada kalimat (101) adalah negasi terhadap pelengkap hasil ‘dǒng (paham)’ [bukan menyatakan méi tīng (belum mendengar) tapi menyatakan tīng le (sudah mendengar) tapi belum dǒng
(paham)], pada kalimat (103) adalah negasi terhadap pelengkap arah ‘lái
(datang)’ [bukan menyatakan méi huí (belum kembali) tapi menyatakan
huí le (sudah kembali) tapi belum lái (datang)]. Pada kalimat-kalimat tersebut kata negasi bù semuanya terletak setelah predikat.
Kata negasi méi pada kalimat (102) juga merupakan negasi terhadap pelengkap hasil ‘dǒng (paham)’, kalimat (104) juga merupakan negasi terhadap pelengkap arah ‘lái (datang)’. Pada kalimat-kalimat tersebut kata negasi méi semuanya terletak sebelum predikat.
Yang perlu di perhatikan adalah pelengkap hasil atau pelengkap arah setelah dinegasikan oleh kata negasi bù masih berupa pelengkap hasil atau pelengkap arah, sedangkan pelengkap hasil atau pelengkap arah
(65)
setelah dinegasikan oleh kata negasi méi sudah berubah menjadi pelengkap kemungkinan yang tidak mungkin.
4. Dilihat dari pengingkaran kata kerja keinginan, keadaan kata negasi bù
dan kata negasi méi memiliki perbedaan. Kata negasi bù bisa digunakan pada semua kata kerja keinginan, sedangkan kata negasi méi hanya bisa digunakan pada beberapa kata kerja keinginan, seperti kata néng, néng gòu,
dan gǎn (* menyatakan tidak boleh disebut). Contoh kalimat: (105)
bù gǎn kàn
tidak berani melihat
(106)
méi néng tīng wán
belum dapat mendengar selesai
belum dapat selesai mendengarnya
méi néng gòu shuō fú tā
belum sanggup meyakinkan dia
méi gǎn kàn
belum berani melihat
bù néng shuō
tidak dapat bicara
bù néng gòu zhī fù
tidak sanggup membayar
bù gāi zuò
tidak harus mengerjakan
bú huì xiě
(1)
该.表示发生或完 的动作只能用‚没‛来否定
74 刚才他们没来 儿。 √
刚才他们不来 儿。 ⅹ
75 昨 没去商店。 √
昨 不去商店。 ⅹ
例 74 和 75 中,只能用‚没‛来否定因 那 已经发生,所以否 定‚没‛就常常跟过去的行 或 联系在一起⃞
详.表示 用‚ ‛来否定 76 以前没喜 打球。 ⅹ 以前不喜 打球。 √
例 76 能用‚没‛来否定因 是一个 说话人 态度的认定 性否定句,所以只能用‚ ‛来否定⃞
4.表示客 用‚没‛来否定
77 昨 们都忙,都不去他那儿。 ⅹ
昨 们都忙,都没去他那儿。 √
例 77 能用‚ ‛来否定因 是一个 说话人客 态度的认定 性否定句,所以只能用‚没‛来否定⃞
(2)
6.该 偏误产生的原因
6.该.1 老师解释 清楚
在学 过程中,老师 时候没 地说明‚ ‛和‚没‛的作用⃞他 只 是 说 明 ‚ ‛ 和 ‚ 没 ‛ 是 否 定 副 词 ⃞ 所 以 学 生 容 易 理 解 ‚ ‛ 和 ‚没‛的作用和区别⃞
6.该.该 教材解释 好
在 教 材 , 关 于 ‚ ‛ 和 ‚ 没 ‛ 的 解 释 多 清 楚 ⃞ 通 常 教 材 解 释 ‚ ‛ 和 ‚ 没 ‛ 相 近 的 意 思 , 可 以 放 在 动 词 或 形 容 词 前 面 ⃞ 它 解 释 ‚ ‛和‚没‛的相 点 点⃞所以学生常常会犯错用 两个否定副词⃞
6.该.详 印尼语的影响
印 尼 语 和 汉 语 虽 然 都 否 定 副 词 , 但 是 汉 印 否 定 副 词 之 间 一 定 的 区 别,所以学生在学 过程中,会因 直译印尼语而造 汉语学 偏误⃞
6.详 学
否定副词‚
‛和‚没‛的方法
在否定副词‚
‛和‚没‛的学 过程中,学生要 除对等词 念, 母语对 的角度出发,在对 分析的过程中 差异,进一 掌握汉语的 否定副词⃞6.详.1 了解汉语副词‚ ‛和‚没‛的意 且.‚ ‛在印尼语中的意思 ti北且k
(3)
6.详.该 了解汉语副词‚ ‛和‚没‛的位置
且.汉语中‚ ‛放在动词或形容词前,对动作⃝意愿和 物的性状加以 否定⃞印尼语否定副词的‚ti北且k‛放在动词和形容词前加以否定⃞例如 78 号i且 ti北且k 北且t且次g. 他 来⃞
79 吃且化且rku ti北且k 化且次tik. 的女朋 漂亮⃞
b.汉语中‚没‛ 要放在动词前加以否定⃞印尼语否定副词‚b刘lum‛ 放在动词⃝形容词⃝ 定数词前加以否定⃞例如
80 S且听且 b刘lum m且k且次. 没 饭⃞
81 A听且h次听且 b刘lum s刘mbuh. 他爸爸 没康复⃞ 8该 月且次g次听且 b刘lum b且次听且k. 他的钱 没 很多
样对汉语和印尼语的否定副词进行意 和用法的对 ,相信学生可以 更进一 明了汉语否定副词‚ ‛和‚没‛的区别, 而减少偏误⃞ 然, 教师应 选择⃝ 点地组 教学内容, 否定副词的教学应 区分难易 度,分层逐 教给印尼学生⃞
(4)
第七章 结论
通过对汉语句法和语 的考查得知, 仅句法对‚ ‛和‚没‛的使用 区别作用,语 对‚ ‛和‚没‛的使用 区别作用⃞‚ ‛和‚没‛ 的 要区别是 ‚ ‛可以否定动词, 可以否定形容词,多用于否定现在 和 将 来 ⃞ ‚ 没 ‛ 要 否 定 动 词 , 用 于 否 定 过 去 ⃞ ‚ ‛ 只 副 词 用 法 , 而 ‚没‛ 动词⃝副词两种用法⃞本文对于印尼学生否定副词‚ ‛和‚没‛ 的学 提出 列建议 1⃝学生要 除对等词 念,在对 分析的过程中
差异 该⃝教师要 选择⃝ 点地组 教学内容, 否定副词的教学应 区 分 难 易 度 , 分 层 逐 教 给 印 尼 学 生 详 ⃝ 两 个 词 在 句 式 中 很 多 意 ,应 多进行对 分析⃞
(5)
参考文献
后1成李瑛.‚ ‛的否定意 后国成.语言教学 研究,199该 该 61-70. 后该成 捷, 敏.‚ ‛的非否定用法小议后国成. 宁师 学报,该006 5 该8-该9.
后详成刘祥 .‚ ‛的句法⃝语用分析后国成.贵 教育学院学报,该005 5 87-89.
后4成 李 铁 根 . ‚ ‛ ⃝ ‚ 没 ‛ 的 用 法 所 的 时 间 制 约 后国成. 汉 语 学
,该00详 该 1-7. 后5成梁文勤.现代汉语中的‚ ‛和‚没‛后国成.新余高 学报,该007 5
60-6该.
后6成王立群.‚ ‛和‚没 ‛的句法⃝语 ⃝语用区别后国成.语言应用研 究,该005 55-56.
后7成吴 .‚ ‛ ‚没‛的 较研究后国成.渝西学院学报,该005 该 9详-96. 后8成吕叔湘.现代汉语 百词后昀成. 京 商务印书馆,1996 8该-559.
后9成 彭 小 , 李 守 纪 等 . 对 外 汉 语 教 学 语 法 释 疑 后昀成. 京 商 务 印 书 馆 , 该004 118-119.
后10成卢福波.对外汉语常用词语对 例释后昀成. 京 京语言大学出版社, 该009 50-58.
(6)
后1详成Al太i 寻且s且次. T且t且 B且h且s且 B且ku B且h且s且 导次北欢次刘si且后昀成.国且k且rt且 B且l且i 吃ust且k且,该00详 详78-详79.
后14成王蕊.副词‚ ‛和‚没 ‛的 较分析后号成.邵阳学院,该00详 1-1详.