Pembelajaran Sastra Anak Jenis Cerita Pendek di Sekolah Dasar

19 “A short story is like the illumination of a match. all the details have to work toward that illumination”. Dari kedua pendapat tersebut diketahui bahwa cerita pendek pada dasarnya memiliki satu pokok atau inti yang merupakan permasalahan utama. Dimana rangakaian peristiwa atau unsur-unsur dalam cerita merujuk kepada inti dari cerita pendek tersebut. Sehingga untuk bisa menentukan inti dari suatu cerita, kita harus bisa memaknai setiap rangkaian kejadian yang ada dalam suatu cerita pendek. Sementara itu, Endah Tri Priyatni 2010: 126 mengungkapkan bahwa cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya fiksi yang sifatnya serba pendek baik dari segi peristiwa yang diceritakan, isi cerita, maupun jumlah pelaku dan jumlah kata tetapi mengandung kesan yang sangat dalam. Sejalan dengan pendapatBurhan Nurgiyantoro 2013: 288 yang mengatakan bahwa cerita pendek hanya bercerita tentang hal-hal yang penting saja dengan penampilan sedikit tokoh, peristiwa latar, tema dan moral dibatasi kearah kesan tunggal sehingga tidak terlalu sulit untuk memahami kesan dari cerita tersebut. Lebih lanjut dijelaskan oleh Rahmanto 1988: 88 bahwa bahan cerita pendek memiliki keuntungan terutama dalam penyajiannya dapat diselesaikan dalam satu kali tatap muka baik dari segi membaca ceritanya maupun tugas-tugas yang berkaitan dengan cerita pendek tersebut. Berdasarkan beberapa pendek di atas dapat disimpulkan bahwa cerita pendek merupakan karya fiksi yang ceritanya tidak terlalu panjang namun memiliki kesan yang sangat mendalam. Rangkaian peristiwa dalam cerita pendek menjelaskan suatu pokok permasalahan yang menjadi topik 20 utama dalam cerita pendek tersebut. Walaupun ceritanya tidak terlalu panjang, namun tetap mengandung pesan moral yang baik untuk para pembaca. Pembelajaran yang terkait dengan cerita pendek harus disajikan dengan menyenangkan dan bisa menyampaikan nilai dari cerita pendek tersebut kepada siswa. Hal ini sesuai dengan hakikat cerita menurut Horatius Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 37 yaitu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Cerita pada umumnya memiliki nilai atau pesan moral seperti yang diungkapkan oleh Sawyer dan Commer Muh. Nur Mustakin, 2005: 3 bahwa cerita merupakan hasil karya sastra yang yang dapat membentuk sikap positif pada anak, seperti 1 kesadaran akan harga diri, 2 toleransi terhadap orang lain, 3 keingintahuan tentang hidup, dan 4 menyadari hubungan yang manusiawi. Hal ini juga berlaku untuk cerita pendek. Cerita pendek merupakan salah satu sumber belajar di sekolah dasar. Zulela 2012: 45 menyebutkan bahwa pembelajaran sastra di sekolah dasar khususnya di kelas tinggi salah satunya adalah terkait dengan cerita fiksi dimana salah satu bagian dari cerita fiksi itu adalah cerita pendek. Sementara itu, Supriyadi 2006: 100 menjelaskan bahwa ada perbedaan antara cerita pendek yang digunakan untuk kelas rendah dan kelas tinggi yaitu untuk kelas rendah cerita pendek yang digunakan adalah yang temanya sesuai dengan siswa kelas rendah, tidak terlalu panjang dan diksi sesuai dengan tingkat bahasa siswa kelas rendah. Sedangkan untuk cerita pendek yang digunakan dikelas tinggi sudah ada dialog dan isi cerita pendek juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas tinggi. 21 Cerita pendek memiliki beberapa unsuryaitu tema, tokoh, alur, setting,dan amanat. Penjelasan dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: a Tema Tema merupakan salah satu unsur dalam cerita pendek yang biasanya menggambarkan keseluruhan dari cerita tersebut. Nurgiyantoro Haryadi dan Zamzami, 1997: 7 menjelasakan bahwa tema dapat dipandangan sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum yang dikembangkan menjadi cerita atau pembicaraan.Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Wijaya Heru Santoso dan Sri Wahyuningtyas 2010: 3 yang memandang tema dari segi prinsip yatiu sebagai ide atau makna sentral dari cerita. Lebih lanjut dijelaskan oleh Syukur Ibrahim 1987: 170 bahwa cerita pada dasarnya dikembangkan dari sebuah tema dimana tema tersebut dijelaskan dengan cara memberikan penjelasan lain sehingga tema tersebut terurai secara jelas dan terperinci. b Tokoh Tokoh terkait dengan pelaku dalam cerita. Tokoh menurut Burhan Nurgiyantoro 2013: 222 adalah pelaku yang dikisahkan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur yang baik dan yang berperan sebagai tokoh pada dasarnya tidak hanya sebatas pada manusia tetapi bisa juga berupa hewan. Sejalan dengan pendapat Sudjiman Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 46 bahwa tokoh binatang maupun benda dalam cerita dapat bertingkah laku seperti manusia yaitu dapat berbicara dan juga berpikir. Setiap tokoh dalam cerita 22 biasanya memiliki kerakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Tokoh dan karakter yang diperankanmerupakan dua hal yang saling berhubungan karena setiap aksi atau pola perilaku yang dilakukan oleh tokoh akan menggambarkan karakter yang dimiliki. c Alur atau Plot Plot merupakan rangkaian peristiwa yang berkesinambungan dan saling terkait sehingga membentuk suatu cerita. Sabarti akhadiah 1992: 184 membagi alur menjadi dua yaitu alur longgar dan alur erat. Alur longgar kemungkinan meninggalkan salah satu bagian bagian peristiwa karena dirasa tidak berpengaruh dengan peristiwa lainnya atau tidak merusak keutuhan jalan cerita. Sedangkan alur erat adalah alur yang memperlihatkan hubungan antarperistiwa yang cukup baik sehingga selalu menarik keingintahuan pembaca tentang peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Sementara itu, Wendy Widya, dkk 2006: 28 menjelaskan bahwa ada tiga jenis alur, yaitu: a alur maju adalah alur atau jalan cerita yang bermula dari titik awal peristiwa dan berjalan secara teratur sampai akhir cerita, b alur mundur adalah alur atau jalan cerita dimana peristiwa-peristiwa dalam cerita disusun berdasarkan sebab-akibat diceritakan mulai dari masa lampau ke masa kini, c alur campuran yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Terkait dengan alur, yang digunakan adalah alur maju dan alur mundur. 23 d Setting atau latar Setting atau latar terkait dengan tempat dan waktu terjadinya cerita sehingga membuat ceritanya lebih hidup serta membantu daya imajinatif anak dengan membayangkan tempat dan waktu yang ada dalam cerita tersebut. Abrams Wijaya Heru Santoso dan Sriwahyuningtyas, 2010: 11 membagi latar menjadi yaitu latar sosial yang menyangkut status sosial tokoh, latar tempat atau geografis terkait dengan lokasi terjadinya cerita, dan latar waktu yang terkait dengan saat terjadinya peristiwa dalam cerita. Namun yang biasanya dibahas di sekolah dasar adalah latar tempat dan latar waktu. e Amanat Amanat berkaitan dengan pesan-pesan moral yang ada dalam cerita. Setiap cerita pasti mengandung pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Pesan moral yang ada dalam cerita tentunya memberikan manfaat bagi siswa yaitu pemahaman tentang sikap-sikap yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan membentuk kepribadian siswa menjadi pribadi yang bermoral. Beberapa unsur yang dijelaskan diatas merupakan isi dari suatu cerita pendek dimanaunsur-unsur tersebut saling berhubungan dan juga melengkapi untuk membentuk makna cerita secara utuh. Jika semua unsur yang telah dijelaskan di atas sudah ada dalam sebuah cerita pendek maka pembaca akan lebih mudah memahami isi atau makna dari cerita pendek tersebut. 24 4. Apresiasi Sastra Anak Jenis Cerita Pendek Aspek yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pembelajaran terkait dengan cerita pendek adalah menumbuhkan minat siswa terhadap cerita pendeksertakemampuan siswa untu memahami isi dari cerita pendek tersebut. Menumbuhkan minat serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita biasa dikenal dengan konsep apresiasi sastra. Boen Oemarjati Muhamad Rohmadi dan Slamet Subiyantoro, 2009: 67 menjelaskan bahwa pembelajaran apresiasi sastra lebih menekankan pada pengembangan afektif siswa karena menambah pengalaman siswa dan tanggap terhadap lingkungan sekitar. Sementara S. Effendi Supriyadi, 2006: 75 memberikan batasan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan dimana siswa dengan serius menggauli karya sastra sehingga pada akhirnya muncul pemahaman dan kepekaan baik dari segi pemikiran maupun perasaan yang positif terhadap suatu karya sastra. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra tidak hanya sebatas menumbuhkan minat atau kegemaran siswa terhadap karya sastra tetapi juga harus memunculkan pemahaman siswa terhadap isi karya sastra sehingga pesan moral atau nilai-nilai yang ada dalam karya sastra tersebut dapat tersampaikan kepada siswa. Pesan moral atau nilai-nilai yang disampaikan melalui karya sastra ini diharapkan mampu mengembangkan segi afektif siswa ke arah yang positif sehingga siswa bisa tumbuh menjadi pribadi yang bermoral. 25 Pembelajaran apreasiasi sastra tentang cerita ini bisa dimulai dari kelas rendah sampai dengan kelas yang tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Supriyadi 2006: 76 bahwa apresiasi sastra bisa dimulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi hanya materi jenis prosa yang diajarkan agak berbeda. Untuk kelas rendah lebih kepada dongeng sedangkan untuk kelas tinggi cerita pendek. 5. Pemahaman Isi Cerita Pendek Kegiatan membaca membutuhkan kemampuan pemahaman terhadap isi bahan bacaan termasuk saat membaca cerita pendek. Membaca menurut Sabarti akhadiah, dkk 1992: 22 merupakan suatu kegiatan yang memadukan beberapa aspek seperti mengenal huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi serta maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Henry Guntur Tarigan 2015: 121 menjelaskan bahwa sebagai pembaca yang baik harus memahami apa yang dibacanya dimana hal ini didukung oleh perhatian atau konsentrasi saat membaca dan pengetahuan mengenai kata-kata atau kosa kata yang luas. Sejalan dengan pendapat Burns Haryadi dan Zamzani, 1997: 33 yang mengatakan bahwa pemahaman terhadap isi bacaansangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca dimana pembaca yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas akan berpeluang lebih besar untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep bacaan. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa saat membaca ada beberapa aspek yang harus dipadukan agar dapat memaknai bacaan termasuk 26 saat membaca cerita pendek. faktor yang mempengaruhi pemahaman terhadap sesuatu yang dibaca adalah konsentrasi dan pengetahuan terhadap kosa kata dimana dengan banyak mengetahui kosa kata tidak akan kesulitan untuk memahami makna atau informasi dari bacaan secara utuh. Pada jenjang sekolah dasar jenis membaca yang diajarkan yaitu membaca permulaan untuk kelas I-II dan membaca lanjut untuk kelas III-VI. Tampubolon menjelaskan bahwa pada tingkatan membaca permulaan siswa diajarkan untuk menyuarakan huruf-huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa tujuan dari membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat. Sedangkan pada kelas III-VI membaca lanjut atau biasa disebut membaca pemahaman. Sabarti Akhadiah, dkk 1992: 31-37 mengatakan bahwa tujuan dari membaca lanjut adalah agar siswa dapat memahami dan menghayati isi bacaan. Tampubolon 2015: 5 menjelaskan bahwa membaca pemahaman lebih ditekankan pada kegiatan- kegiatan pikiran dan penalaran dimana siswa berusaha menemukan dan memahami informasi yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Pemahaman terhadap cerita pendek digolongkan pada tingkatan membaca lanjut dimana siswa berusaha untuk memahami informasi atau pesan yang ingin disampaikan pembaca dengan memahami unsur-unsur cerita pendek sehingga dapat mengetahui dan mengungkapkna kembali informasi yang ingin disampaikan oleh penulis. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa dalam membaca lanjut siswa harus memahami dan menghayati isi bacaan termasuk 27 cerita pendek yang memiliki pesan moral. Jika siswa bisa memahami dan menghayati isi cerita maka pesan moral tersebut juga akan sampai kepada siswa dan bisa membantu pembentukan sikap atau perilaku siswa ke arah yang positif. Terkait dengan kemampuan memahami bacaan kemampuan pemahaman, Sabarti Akadiah, dkk 1992: 4-5 membagi menjadi tiga yaitu kemampuan menerjemahkan, kemampuan menafsirkan dan kemampuan ekstrapolasi. Penjelasan dari ketiga kemampuan memahami tersebut sebagi berikut: a Kemampuan menerjemahkan adalah kemampuan mengubah pernyataan dari suatu bahasa atau bentuk komunikasi ke bahasa atau bentuk komunikasi yang lain. Contoh dari kemampuan menerjemahkan ini adalah mengubah isi bacaan ke dalam bentuk bagan, gambar dan bentuk lainnya ataupun sebaliknya dengan tujuan agar lebih mudah dipahami. Jika dikaitkan dengan teks cerita pendek, kemampuan menerjemahkan ini dapat dilakukan dengan cara siswa menuliskan pokok dari tiap paragraf yang dalam teks cerita dibuat dalam bentuk bagan. b Kemampuan menafsirkan adalah kemampuan untuk menjelaskan sesuatu berdasarkan pengertian tentang sesuatu atau menjelaskan hubungan antara hal-hal yang diinformasikan. Misalnya meringkas bacaan. jika dikaitkan dengan cerita pendek maka kemampuan menafsirkan ini dilihat dari kemampuan siswa meringkas isi cerita pendek sudah sesuai dengan isi cerita pendek yang dibaca atau belum. 28 c Kemampuan ekstrapolasi merupakan kemampuan untuk menafsirkan atau meramalkan data yang sudah ada. Misalnya meramalkan kejadian selanjutnya dari suatu bacaan. jika dikaitkan dengan cerita pendek maka kemampuan ini dilihat dari kemampuan siswa untuk menebak kejadian yang akan terjadi selanjutnya setelah membaca beberapa paragraf sebelum lanjut membaca ceritanya secara utuh. Berdasarkan uraian diatas terkait dengan pembelajaran sastra khususnya cerita pendek di sekolah dasar maka dapat diambil kesimpulan bahwapembelajaran sastra jenis cerita pendek adalah pembelajaran yang menyajikan cerita pendek yaitu salah satu jenis prosa yang ceritanya tidak terlalu panjang tetapi bermakna dan memiliki pesan moral sebagai bahan atau sumber belajar. Pemahaman terhadap isi cerita pendek adalah kemampuan untuk menggali dan memahami informasi yaitu terkait dengan unsur-unsur cerita pendek yang meliputi tema, tokoh serta karakter tokoh, alur, setting dan amanat sehingga dapat menangkap pesanserta dapat menuliskan kembali isi cerita.

C. Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning Metode Cooperative

Integrated Reading And Composition CIRC 1. Pengertian pembelajaran kooperatif cooperative learning Pembelajaran kooperatif sering diartikan sebagai pembelajaran berkelompok untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Menurut Miftahul Mida 2011: 32, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok dan saling membantu. Robert E. Slavin, 2005: 4 menjelaskan bahwa pembelajaran 29 kooperatif lebih merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari mata pelajaran. Kedua pendapat di atas, sejalan dengan yang diungkapan oleh Tukiran Taniredja, dkk. 2011: 56 yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif coopertive learning merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau saling membantu dalam kelompok guna untuk mencapai hasil yang maksimal dimana keberhasilan sangat dipengaruhi oleh kekompakan tim. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan bisa saling membantu, bekerjasama, saling memberikan pendapat untuk mengasah pengetahuan yang dikuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing sehingga hasil kerja tim juga ikut maksimal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah aktivitas pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk bisa saling bekerjasama dan saling memberikan pendapat dalam mengolah informasi atau menyelesaikan masalah yang telah disediakan dan dirancang oleh guru sehingga bisa saling mengasah pengetahuan dan saling membantu agar semua siswa bisa meningkatkan pengetahunnya. 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin Tukiran Taniredja, dkk. 2011: 60 mengatakan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan 30 kelompoknya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Rusman 2012: 210 bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa terkait dengan keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan sikap kerjasama pada siswa dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu bersama siswa yang lain. Keterampilan sangat penting untuk diajarkan mengingat bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaian besar pekerjaan dilakukan dalam bentuk organisasi atau kelompok yang sangat membutuhkan kerjasama agar dapat berjalan dengan baik. Sehingga melalui kebiasaan bekerja kelompok dalam model kooperatif, siswa secara tidak langsung juga dilatih untuk siap terjun dalam lingkungan kelompok masyarakat agar menunjukkan kemampuan bekerjasama yang baik saat sedang berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain. 3. Pembelajaran Kooperatif Metode Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC Metode CIRC pertama kali dikembangkan oleh Stavens, dkk. Menurut Muhammad Fathurrohman 2015: 79, model kooperatif tipe CIRC adalah pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya, baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun dasar. Imas Kurniasih dan Berlin Sani 2015: 89 mengungkapkan bahwa CIRC cocok dan tepat digunakan dalam 31 pembelajaran Bahasa Indonesia untuk materi membaca, menemukan ide pokok atau tema sebuah wacana. Lebih lanjut dijelaskan oleh Miftahul Huda 2011: 126 bahwa metode CIRC dirancang untuk mengakomodasikan level kemampuan siswa yang beragam baik melalui pengelompokan heterogen maupun homogen. Siswa akan ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan mengikuti serangkaian instruksi guru tentang keterampilan membaca dan menulis, kemudian praktik, lalu pra-nilai dan kuis. Dari ketiga pendapat ini dapat disimpulkan bahwa metode CIRC adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang bahasa seperti membaca, menulis maupun seni berbahasa pada siswa kelas tinggi sekolah dasar guna untuk mengakomodasi kemampuan siswa yang berbeda-beda. Melalui metode CIRC ini, guru terbantu dalam mengelola kelas dalam pembelajaran yang terkait dengan kegiatan membaca, menulis dan seni berbahasa sehingga pembelajaran bahasa khususnya untuk membaca menjadi lebih menyenangkan dan penggunaaan waktunya lebih efektif sehingga siswa tidak akan merasa bosan. Selain itu, rangkaian kegiatan dalam metode CIRC ini juga sangat membantu meningkatkan pemahaman siswa seperti yang diungkapakan oleh Robert E. Slavin 2005: 202-203 bahwa salah satu tujuan dari program CIRC adalah untuk jauh lebih meningkatkan kesempatan siswa untuk membaca dengan keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca mereka dengan membuat para siswa membaca untuk teman satu timnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan utama dari metode CIRC adalah 32 menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas. Penerapan metode CIRC melalui beberapa fase seperti yang dikemukakan oleh Imas Kurniasih dan Berlin Sani 2015: 90 bahwa ada beberapa fase yang akan dilalui oleh siswa, yaitu; 1 fase pengenalan konsep dimana guru akan mengenalkan suatu konsep baru kepada siswa yang didapat dari proses pembelajaran yang telah dilalui siswa. 2 fase eksplorasi dan aplikasi, kesempatan siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan dan dikaitkan dengan fenomena yang mereka alami atau yang ada di bacaan. 3 fase publikasi, siswa menceritakan atau mengkomunikasikan hasil temuan atau memperagakan tentang materi yang dibahas. Adapun tahap pembelajaran menggunakan metode CIRC menurut Steven dan Slavin Tukiran Taniredja, dkk., 2011:112 sebagai berikut. a Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen b Guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran c Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana atau kliping dan ditulis pada lembar kertas d Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok e Guru membuat kesimpulan bersama f Penutup Sementara itu Robert E. Slavin 2005: 201 lebih menenkankan lagi pada penggunaan CIRC dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan cerita

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KEMBALI ISI CERITA MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK SISWA KELAS V SDN SEKARAN 02

0 8 262

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Siswa Kelas IV Sd N 1

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Siswa Kelas IV Sd N 1

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition Pada Siswa Kelas V Sdn I Manggung Ngemplak Boyolali T

0 1 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN Meningkatkan Kemampuan Memahami Cerita Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Siswa Ke

0 0 15

PENDAHULUAN Meningkatkan Kemampuan Memahami Cerita Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 20011/2012.

0 0 7

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC).

0 4 38

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI TEMANGGAL, KALASAN TAHUN PELAJARAN 2013/201.

1 1 166

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MATERI CERITA PENDEK MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM JOMBANG.

0 0 96

MIND MAPPING DAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)KELAS V

0 0 13