sumber perekonomian secara optimal untuk itu jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau. Sarana transportasi berkembang mengikuti fenomena yang
timbul. Pemilihan sistem transportasi yang salah dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan bagi masyarakat maupun lingkungan serta menghambat suatu
tujuan. Pemerintah sebagai pihak regulator sudah memberlakukan beberapa peraturan guna menanggulangi atau meminimalisir dampak negatif yang di akibatkan adanya sistem
transportasi tidak disalah gunakan dalam menangani permasalahan di masyarakat.
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Strategi Komunikasi Organisasi Humas Dalam
Menyelesaikan Konflik Antar Umat Beragama
Komunikasi tidak selamanya berjalan seperti yang kita diharapkan. Terkadang banyak yang dapat menjadi penghambat atau penghalangan dalam berkomunikasi. Hal ini
dapat pula terjadi pada komunikasi yang bersifat kompleks seperti dalam organisasi. Adapun faktor penghambat atau penghalang dalam komunikasi organisasi adalah sebagai
berikut:
a. Kurung Disiplin
Kurangnya disiplin para pegawai menjadikan penghambatan dalam menjalankan manajemen dalam organisasi sehingga sistem yang sudah di buat banyak
yang dilanggar. Dalam arti bahwa pegawai yang hadir terjun dilapangan tidak tepat waktu dalam menyelesaikan konflik agama di masyarakat
247
. Ketidak disiplinan ini menjadikan rapuhnya seluruh komponen yang terkait dalam organisasi. Maka
otomatis hal ini konflik akan ada di masyarakat, karena disiplinnya pegawai yang berpengaruh kepada masyarakat yang sedang berkonflik. Konsisten dengan peraturan
dan meneladankan pelaksanaan peraturan yang sudah ditetapkan akan memudahkan untuk mengambil langkah perbaikan yang diperlukan. Strategi yang dapat dilakukan
dalam rangka disiplin dapat dilihat terdorongnya laju prestasi suatu lembaga. Kondisi tersebut dapat terlihat melalui tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian
tujuan, tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan, besarnya rasa tanggung jawab para pegawai melaksanakan
tugas dengan melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Perkembangannya rasa
247
H. Khaldum S.E, Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Aceh Singkil, Wawancara, di Kantor Bupati Aceh Singkil, 16 Desember 2016.
memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai, dan meningkatnya efesiensi dan produktivitas para pegawai.
Hubungan yang sangat jelas terlihat antara komunikasi dengan manajemen berada di dalam suatu organisasi. Manajemen seringkali mempunyai masalah
dikarenakan tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sengat penting bagi para pegawai. Hal ini terlihat paling tidak dua alasan
248
. Pertama, komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen perencanaa,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai. Kedua, komunikasi adalah kegiatan untuk mana para staff mencurahkan sebagaian besar proporsi waktu
mereka. Dalam menghargai waktu menyadari bahwa kesempatan untuk memiliki
laksana sehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan sederatan agenda kerja yang membawa prestasi. Waktu merupakan anugerah besar yang diberikan Allah swt
kepada kita, seseorang yang memiliki etos kerja yang baik tentu menghargai waktu dengan selalu memanfaatkannya untuk hal-hal yang benar. Dengan waktu yang
tersedia, target kerja ditetapkan dan direncanakan serta mencapai target dan mengevaluasinya. Dalam kerja seseorang harus berprinsip bekerja dengan rencana
dan dikerjakan rencana itu. Prinsip ini sangat penting agar jangan sampai seseorang guru bekerja tanpa
perencanaan atau perencanaan tidak dikerjakan sebagaimana mestinya. Prinsip ini juga punya arti penting agar setiap kali melakukan perencanaan, maka rencana itu
tidak muluk-muluk, tapi memang membuat rencana yang mungkin dikerjakan. Dengan demikian, dalam kaitan menghargai waktu, seseorang harus mengekfektifkan
waktu kerjanya dengan sebaik mungkin, tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang hendak dilakukan dan segera mengerjakan pekerjaan yang lain apabila telah selesai
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Sianipar, menyebutkan bahwa disiplin adalah sebagai
penampakan diri dari kesadaran akan keyakinan, indentitas dan tujuan dan juga penghayatan akan nilai-nilai tertentu yang berbudaya dalam diri
249
. Atmasudiharjo juga memahami disiplin sebagai suatu bentuk ketaatan dan pengadilan diri yang
rasional, penuh kesadaran, tidak emosional dan taat pada tanpa pamrih. Disiplin erat kaitannya dengan sikap mental dan moral yang melekat pada diri seseorang. Disiplin
248
Handoko, Manajemen Yogyakarta: BPFE, 1995, h. 271.
249
Sianipar, Sekitar Disiplin Pancasila Jakarta: Erlangga, 2001, h. 29.