emulsifying agent untuk menghasilkan emulsi yang stabil, humektan dan
pengawet. Uji stabilitas merupakan proses evaluasi untuk menjamin bahwa sifat-
sifat utama produk tidak berubah selama waktu yang dapat diterima oleh konsumen. Ketidakstabilan dapat dilihat dengan mengevaluasi karakteristik
produk, baik dengan pengamatan secara subyektif maupun obyektif. Pengamatan secara subyektif misalnya dengan mengamati warna, bau dan penampilan produk,
sedangkan pengamatan obyektif misalnya dengan mengukur pH, daya sebar, viskositas, ukuran partikel, dan lain-lain Wilkinson, 1982.
G. Gelling Agent
Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan Ansel, 1999. Gel pada umumnya memiliki sifat rheologi pseudoplastik Nairn, 1997. Gel biasanya digunakan
untuk diaplikasikan pada membran mukus atau jaringan yang luka atau terbakar karena gel memiliki kandingan air yang tinggi yang dapat mengurangi iritasi
Klech, 1986. Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer
yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa menyimpan air dalam strukturnya. Hidrogel merupakan sistem yang menyebabkan
air tidak bisa bergerak karena adanya polimer tidak larut. Salah satu alasan disukainya hidrogel sebagai komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat adalah kompatibilitasnya yang relatif baik dengan jaringan biologis. Polimer yang digunakan dalam hidrogel terhidrolisis lambat dan secara bertahap
melepaskan obat bebas. Kelebihan hidrogel yaitu aman digunakan secara topikal, transparan, licin, mudah digunakan, memberikan rasa dingin karena ada
penguapan air serta residunya mudah dihilangkan Zatz and Kushla, 1996. Hidrogel merupakan polimer organik seperti asam poliakrilik carbomer, CMC-
Na dan selulosa eter non ionik hidroksipropilmetilselulosa HPMC sering digunakan sebagai basis untuk tujuan pembuatan hidrogel Barel et al, 2001.
HPMC tidak larut dalam alkohol, pembentukan gel dilakukan dengan pemanasan pada suhu 50-90
o
C dan stabil pada pH 3-11.
H. Emulsifying Agent
Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar
muka antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk Allen, 2002.
Emulsifying agent bekerja dengan membentuk film atau lapisan di
sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah
Anief, 2003. Penggunaan campuran dua macam emulsifying agent biasanya lebih
stabil dibanding penggunaan emulsifying agent tunggal dengan menjumlahkan HLB secara langsung. Emulsifying agent dapat dicampurkan dengan perbandingan
dan proporsi yang sesuai Allen, 2002.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Tween 80
Tween 80 digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada
emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada salep, dengan konsentrasi 1-15. Tween 80 digunakan secara luas pada
kosmetik sebagai emulsifying agent Smolinske, 1992. Tween 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnyanya
berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20. Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning muda
sampai kuning sawo Anonim, 1993, berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing Greenberg, 1954, panas dan kadang-kadang pahit
Anonim, 1993. Tween 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol 95 P dan etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P Anonim, 1993, tidak larut
dalam alkohol polihidrik Greenberg, 1954. Tween 80 mempunyai titik lebur yang berada pada suhu 5°-6°C, nilai pH 6,0-8,0 dan stabil dalam larutan
dengan pH 2-12 Greenberg, 1954. b
Span 80 Span 80 mempunyai nama lain sorbitan monooleat. Pemeriannya
berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam, terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur
dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir semua minyak mineral dan nabati, sedikit larut dalam eter. Berat jenis pada 20
o
C adalah 1 gram. Nilai HLB 4,3. Viskositas pada 25
o
C adalah 1000 cps.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Span 80 dapat disiapkan dari campuran sorbitol terester sebagian dengan mono dan dianhidrida asam oleat. Digunakan dengan cara sama
seperti ester sorbitan, seperti span 20 tetapi lebih lipofilik dari span 20, berguna untuk membuat krim tipe AM, bagian kecil dari tween 60 atau
tween 80 dapat ditambahkan untuk mengurangi viskositas dan membantu pembentukan emulsi, sehingga tidak perlu menggunakan homogenizer
sampai konsistensinya 10, dapat dimasukkan dalam basis tipe parafin untuk membentuk basis tipe anhidrat yang mampu menyerap sejumlah besar air
Anonim, 1988.
I. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial adalah pendekatan eksperimental kuno yang dilakukan dengan meneliti efek dari suatu variebel eksperimental dengan menjaga variabel
lain konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan.
Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada faktor – faktor menyebabkan perubahan besar pada responnya Bolton, 1990
Perencanaan percobaan faktorial factorial design merupakan suatu metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari
besaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk Voigt, 1994 Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,
efek, respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon. Voigt, 1994. Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata – rata respon pada level tinggi dikurangi rata – rata
respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diamati harus dikuantitatifkan Bolton, 1990.
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor misal A dan B yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan
level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu
respon. Desain faktorial dengan dua faktor dalam suatu percobaan memberikan pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah faktor A memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon?
2. Apakah faktor B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon?
3. Apakah interaksi faktor A dan B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
suatu respon? Bolton, 1990 Desain faktorial merupakan pilihan aplikasi persamaan regresi, yaitu
teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. model yang dipilih dari analisis tersebut adalah model
matematika Bolton, 1990. Jumlah percobaan dalam desain faktorial adalah 2
n
, 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri dari
kombinasi semua level dari faktor. Desain percobaan yang paling sederhana
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah percobaan dengan 2 faktor dan 2 level 2
2
. Dari percobaan dengan desain faktorial 2
2
dapat diperoleh persamaan dengan konsep :
Y = B + B
1
X
1
+ B
2
X
2
+ B
12
X
1
X
2
dimana : Y = respon hasil percobaan
X
1
, X
2
= level, yang nilainya mulai -1 sampai +1 B
, B
1
, B
2
, B
12
= koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan B
= rata – rata hasil semua percobaan B
1
, B
2
, B
12
=
n
xy 2
∑ Bolton, 1990
Dalam penerapan rumus ini diperlukan empat percobaan, yaitu X
1
dan X
2
pada level rendah, X
1
pada level tinggi dan X
2
pada level rendah, X
1
pada level rendah dan X
2
pada level tinggi, X
1
dan X
2
pada level tinggi. Agar dapat mempermudah perhitungan, level tinggi dari faktor diubah menjadi +1 dan level
rendah dari faktor diubah menjadi –1 Bolton 1990.
J. Uji Iritasi Primer
Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut, dan deterjen. Beratnya bermacam-macam, dari hiperemia,
edema, dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi di tempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama, karenanya berbeda dengan sensitisasi Lu,
1995. Iritasi primer yang paling sering dimodifikasi dideskripsikan oleh John Draize dan teman-temannya pada tahun 1944 Hayes, 2001.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tujuan dilakukannya uji Draize yaitu untuk mengidentifikasi bahan-bahan kimia yang merupakan bahan yang sangat berbahaya, bukan untuk
membandingkan produk Hayes, 2001. Ada beberapa uji iritasi kulit yang dimodifikasi berdasarkan prosedur Draize. Modifikasi dilakukan pada spesies
hewan yang digunakan, jumlah bahan uji yang dipakai, pengolesan berulang dan jenis pemeriksaan, misalnya histologi Lu, 1995.
K. Landasan Teori