perbedaan perlakuan yang diterima pria dan wanita sejak awal masa perkembangan.
Secara struktur biologis atau jenis kelamin, manusia terdiri dari pria dan wanita yang masing-masing memiliki alat dan fungsi biologis yang melekat serta
tidak dapat dipertukarkan. Sementara itu konsep gender adalah pembagian pria dan wanita yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Gender dapat
diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan peran antara pria dan wanita. Perbedaan fungsi dan peran antara pria dan wanita dibedakan menurut kedudukan
fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan sosial. William dan Best dalam Brannon, 1996 menyatakan sifat feminin terdiri dari
sifat seperti lembut, emosional, sabar, dan tekun yang biasanya dilekatkan pada jenis kelamin wanita, sedangkan sifat maskulin terdiri dari sifat tegas, keras,
mandiri, dan penuh persaingan yang biasanya dilekatkan pada jenis kelamin pria. Secara fisik-biologis pria dan wanita tidak saja dibedakan oleh jenis
kelamin, bentuk dan anatomi biologis lainnya, melainkan juga komposisi kimia dalam tubuh. Adanya kenyataan bahwa pria secara biologis berbeda dengan
wanita tidak ada perbedaaan pendapat. Akan tetapi efek perbedaan biologis terhadap perilaku manusia khususnya dalam perbedaan relasi gender,
menimbulkan banyak perbedaan. Perbedaan anatomis biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh sejumlah ilmuwan dianggap berpengaruh pada
perkembangan emosional dan kapasitas intelektual masing-masing. Unger dalam Handayani, 2001 mengidentifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara
pria dan wanita sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 1 Perbedaan Emosional dan Intelektual Pria dan Wanita
Pria Wanita - Sangat agresif
- Independen - Tidak emosional
- Dapat menyembunyikan emosi - Lebih objektif
- Tidak mudah goyah terhadap krisis - Lebih berterus terang
- Berperasaan tidak mudah tersinggung
- Mudah mengatasi persoalan - Tidak canggung dalam penampilan
- Tidak terlalu agresif - Tidak terlalu independen
- Lebih emosional - Sulit menyembunyikan emosi
- Lebih subjektif - Mudah goyah menghadapi krisis
- Kurang berterus terang - Berperasaan mudah tersinggung
- Sulit menghadapi persoalan - Lebih canggung dalam penampilan
D. Dinamika Perbedaan Tingkat Depresi Pria dan Wanita Pasca Stroke
Jenis kelamin pria dan wanita memiliki perbedaan yang bertolak belakang satu sama lain, baik mencakup fisik maupun psikologis. Secara biologis, alat-alat
biologis melekat pada pria dan wanita selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Sementara itu konsep gender yang merupakan pembagian pria dan
wanita yang dikontruksi secara sosial maupun kultural dapat dipertukarkan. Perbedaan fungsi dan peran antara pria dan wanita tidak ditentukan karena adanya
perbedaan biologis, tetapi dibedakan atau dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan. Adanya
perbedaan fungsi dan peranan itulah yang akan menyebabkan perbedaan cara mengatasi situasi yang dapat menimbulkan gejala depresi.
Holmes 1967 menyebutkan bahwa salah satu penyebab timbulnya depresi adalah karena mendapat luka berat atau sakit berat. Terlebih ketika sakit
yang di alaminya merupakan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya yaitu stroke. Stroke dapat menyebabkan kematian dan kecacatan
utama, ketidakmampuan penderita dalam melakukan sesuatu yang biasanya dikerjakan sebelum terkena stroke inilah yang semakin membuat penderita
merasa dirinya tidak berguna, sehingga berakibat penderita menjadi mudah depresi.
Sebab-sebab depresi tersebut dapat dijelaskan berdasarkan pada proses- proses psikologis internal dengan menggunakan teori kognitif yang dikemukakan
oleh Beck dalam Nevid dkk, 2005. Beck menyebutkan bahwa timbulnya depresi disebabkan adanya cara berpikir yang bias atau terdistorsi secara negatif di awal
kehidupan cognitive triad of depression, yang kemudian disebut sebagai segitiga kognitif. Segitiga kognitif mencakup keyakinan-keyakinan negatif mengenai diri
sendiri, lingkungan dan masa depan. Pandangan negatif mengenai diri sendiri yaitu seseorang memandang diri sendiri sebagai tidak berharga, penuh
kekurangan, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan; pandangan negatif tentang lingkungan yaitu memandang lingkungan
sebagai memaksakan tuntutan yang berlebihan dan atau memberikan hambatan yang tidak mudah di atasi; pandangan negatif tentang masa depan yaitu
memandang masa depan sebagai tidak ada harapan dan meyakini bahwa dirinya tidak punya kekuatan untuk mengubah hal-hal menjadi lebih baik.
Pemikiran negatif yang menyimpang itu selalu menyertai suatu episode depresi. Pemikiran negatif yang potensial muncul pada penderita stroke adalah
penalaran emosional. Penalaran emosional adalah ketika seseorang menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan pada
pertimbangan-pertimbangan yang adil terhadap bukti Burns, 1988. Penalaran emosional hampir selalu memainkan peran dalam semua depresi. Pada penderita
stroke munculnya distorsi kognitif tersebut diakibatkan hendaya fisik yang dialami oleh penderita stroke, sehingga mereka menjadi kesal dan marah dengan
kondisi fisik yang dideritanya, yang kemudian baik pria maupun wanita akan merasa sebagai orang yang tidak berguna akibat ketidakberdayaan fisik yang
dialaminya setelah stroke. Baik pria maupun wanita yang pernah mengalami stroke berpotensi
mengalami distorsi kognitif berupa penalaran emosional. Namun adanya perbedaan karakteristik antara pria dan wanita menyebabkan adanya perbedaan
pola dalam merespon perasaan mereka ketika mengalami depresi Hoeksema dalam Brannon, 1996. Karakteristik pria yang tidak emosional dan mampu
mengatasi persoalan, membuat pria akan cenderung memilih terlibat dalam kegiatan fisik untuk mengatasi perasaan negatifnya. Terlibatnya pria dalam
bentuk kegiatan fisik dapat mengurangi perasaan tidak berdaya yang dialami oleh pria. Hal itu dapat membuktikan bahwa perasaan negatif yang dirasakan tersebut
tidak benar, karena dengan terlibat dalam kegiatan fisik mereka merasa mampu untuk melakukan sesuatu hal, sehingga dengan demikian distorsi kognitif yang