3 Jumlah penguatan positif yang tersedia secara potensial bagi individu adalah fungsi dari tiga variabel yaitu :
a Karakteristik pribadi seperti usia, jenis kelamin, dan daya tarik individu terhadap orang lain.
b Lingkungan tempat individu tinggal seperti d rumah lebih banyak penguat positif.
c Perilaku-perilaku individu yang dapat mendatangkan penguatan berupa keterampilan sosial dan keterampilan
pemecahan masalah.
6. Depresi Pasca Stroke
Stroke dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang seperti kemampuan sosial dan fisik. Ketika stroke mengakibatkan
ketidakmampuan fisik ataupun kognitif, penyesuaian emosional dapat menjadi sangat sulit. Permasalahan emosional setelah stroke menjadi hal yang biasa,
yaitu penderita stroke sangat mudah mengalami depresi Sarafino, 1998. Menurut Taylor 1999 penderita stroke dengan kerusakan otak kiri
sering memberi reaksi dengan kecemasan dan depresi, sedangkan penderita dengan kerusakan otak kanan terlihat lebih biasa dalam menghadapi situasi
mereka. Gejala depresi pasca stroke sama dengan gejala depresi fungsional
seperti adanya rasa sedih atau gangguan afek, tidak bertenaga, sulit konsentrasi, nafsu makan menurun, penurunan libido, gangguan tidur pada
malam hari dan adanya ide-ide bunuh diri www.health.lrc. Bagi penderita stroke, depresi menjadi masalah yang serius, dan tingkatannya tergantung
pada bagian otak yang terkena dan keparahannya. Bagaimanapun, faktor sosial juga diprediksi dapat mempengaruhi
tingkat depresi. Hubungan penderita stroke dengan yang merawat, apakah suami istri, anggota keluarga lainnya atau teman dapat mempengaruhi tingkat
depresi pasca stroke. Perlindungan yang berlebihan dari yang merawat, hubungan yang buruk dengan keluarga dan pandangan negatif yang dimiliki
keluarga terhadap situasi yang dihadapi menjadi hal utama penyebab depresi Taylor, 1999.
7. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Depresi Pasca Stroke
Ahli ilmu saraf seperti Colamtonio, dkk dalam Hartanti, 2001 dan Robinson, dkk 1992 mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya keadaan depresi pasca stroke, antara lain : a Lokasi lesi
Penderita stroke yang mengalami lesi di hemisfer kiri, secara dimakna lebih menderita depresi dibandingkan lesi di hemisfer kanan, dan
80 akan tetap depresi selama 6 bulan atau lebih Robinson, dkk, 1992. Penderita stroke yang mengalami lesi di hemisfer kanan menunjukkan
keadaan sebaliknya, yaitu penderita akan kegirangan yang berlebihan tanpa memperhatikan sekelilingnya Robinson, dkk, 1992.
b Lamanya pasca serangan stroke Robinson, dkk 1982 mengatakan bahwa depresi pada awal
serangan stroke lebih banyak berhubungan dengan letak lesi dan tidak berhubungan kuat dengan beratnya hendaya fisik. Lipsey, dkk dalam
Hartanti, 2001 membuktikan bahwa depresi pasca stroke dipengaruhi oleh lamanya pasca serangan stroke yang berhubungan dengan hendaya
yang diderita. c Hendaya kemampuan fisik
Robinson, dkk 1992 pada studi prospektif terhadap penderita pasca stroke mendapatkan bahwa korelasi antara derajat keadaan depresi
dan hendaya kemampuan fisik adalah tidak tetap dan akan semakin meningkat dalam waktu 6 bulan pasca stroke. Didukung oleh penemuan
Lipsey dalam Hartanti, 2001 yang mengatakan adanya hubungan yang kuat antara beratnya hendaya fisik dengan gangguan afektif pada 6 bulan
pasca stroke. d Pengaruh fungsi kognitif
Robinson, dkk 1992 mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hendaya fungsi kognitif dan skor depresi pada keadaan
akut pasca stroke. Korelasi antara hendaya fungsi kognitif dengan beratnya depresi ini akan menurun pada periode 3 bulan pasca stroke dan
antara 3-6 bulan pasca stroke hubungan ini akan meningkat lagi. Penderita yang tidak mengalami depresi akan menunjukkan adanya perbaikan pada
skor penilaian Mini Mental State Examination MMSE pada 6 bulan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pasca stroke, sebaliknya penderita yang depresi tidak menunjukkan perbaikan, bahwa akan terjadi penurunan dari skor MMSE Robinson,
dkk, 1992. e Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari
Robinson, dkk 1982 pada studinya terhadap 103 penderita pasca stroke menemukan bahwa selama dirawat di rumah sakit dalam periode
akut, terdapat hubungan antara hendaya aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beratnya depresi walaupun hubungan tersebut tidak sekuat seperti
letak lesi. Semakin berat hendaya fungsi aktivitas sehari-hari, semakin berat pula keadaan depresinya. Korelasi ini akan meningkat selama
periode 3 bulan pasca stroke dan pada waktu 6 bulan pasca stroke korelasi ini akan sekuat antara letak lesi dengan beratnya depresi.
f Umur penderita Robinson, dkk 1982 mengatakan bahwa pada keadaan akut pasca
stroke, usia penderita secara bermakna berhubungan dengan beratnya skor depresi. Dikatakan semakin muda penderita stroke akan semakin menjadi
depresi. Hal ini disebabkan pada penderita muda akan lebih mengalami kesulitan hidup dibandingkan yang lebih tua, yaitu pada sebagian besar
telah mengalami pensiun dan tidak lagi berhubungan dengan orang lain. g Kerusakan otak sebelumnya
Dengan adanya kerusakan dari jaringan otak sebelumnya akan mempengaruhi timbulnya depresi apabila terdapat serangan stroke
berikutnya. Ini disebabkan adanya korelasi yang kuat antara jarak lesi di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anterior hemisfer kiri terhadap frontal pole, sehingga dapat disimpulkan apabila seseorang pernah mendapat serangan stroke di anterior hemisfer
kiri kemudian mendapat serangan stroke di hemisfer kanan, maka gejala depresi yang timbul berkaitan dengan kerusakan lesi lama di anterior
hemisfer kiri Robinson, dkk, 1982. h Hendaya fungsi sosial
Robinson, dkk 1982 pada studi terhadap 103 penderita pasca stroke didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara skor penilaian
fungsi sosial dan skor penilaian berat depresi pada keadaan akut. Penilaian fungsi sosial pada keadaan akut tersebut mencerminkan kemampuan
penyesuaian sosial pada keadaan akut tersebut mencerminkan kemampuan penyesuaian sosial sebelumnya premorbid social adjustment, sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin berat depresi yang dialami, semakin jelek kemampuan fungsi sosial sebelumnya dari penderita. Hubungan ini
akan menurun dan tidak bermakna lagi pada saat 3 bulan pasca stroke.
C. Pria dan Wanita
Perbedaan perlakuan antara pria dan wanita didalam masyarakat tampaknya berawal dari adanya perbedaan faktor biologis antara pria dan wanita.
Menurut Maccoby dalam Suhapti, 1995 perbedaan perilaku bagi pria dan wanita sebenarnya timbul bukan karena faktor bawaan yang dibawa sejak lahir tetapi
terbentuk lebih disebabkan karena sosial budaya masyarakat dimana terdapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI