Penyebab Timbulnya Depresi Depresi

tidak punya kekuatan untuk mengubah hal-hal menjadi lebih baik. Teori kognitif meyakini bahwa orang yang mengadopsi cara berpikir yang negatif ini memiliki resiko yang lebih besar untuk menjadi depresi bila dihadapkan pada pengalaman hidup yang menekan atau mengecewakan. 2 Teori Learned-Helplessness Seligman dalam Nevid dkk, 2005 mengajukan pandangan bahwa orang dapat menjadi depresi karena ia belajar untuk memandang dirinya sendiri sebagai tidak berdaya dalam mengontrol penguatan-penguatan di lingkungannya atau untuk mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kerentanan terhadap depresi akan terjadi bila individu mempunyai keyakinan bahwa dirinya tidak berdaya. Jika individu merasakan bahwa responnya terus-menerus hanya memiliki akibat minimal pada lingkungan, individu akan mengembangkan keyakinan tentang ketidakberdayaan. Jika keyakinan ini diperkuat dalam situasi yang tidak dapat dikontrol, maka akan dihasilkan kepasifan dan depresi. Seligman dalam Nevid dkk, 2005 mengubah teori ketidakberdayaan dalam kerangka konsep psikologi sosial atas gaya atribusional. Gaya atribusional adalah suatu gaya personal dalam menjelaskan sesuatu. Saat kekecewaan atau kegagalan muncul, kita mungkin menjelaskannya dalam berbagai cara yang memiliki berbagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karakteristik. Atribusi tersebut dapat internal atau eksternal, stabil atau tidak stabil dan global atau spesifik. Individu yang tidak berdaya dan melakukan atribusi kausal internal, stabil dan global kemungkinan akan mengalami depresi yang lebih mendalam daripada individu yang tidak berdaya yang melakukan atribusi kausal eksternal, tidak stabil dan spesifik. d Teori belajar. Konsep depresi dari teori belajar ini diteliti oleh Lewinsohn dan kawan-kawan dalam Davison dan Neale, 1986; Sue dkk, 1986 yang menghasilkan beberapa asumsi yaitu : 1 Depresi dan simtom-simtom klinis lainnya dapat terjadi jika tingkah laku memperoleh sedikit penguatan. Bila seorang individu kehilangan orang yang dicintainya, maka ia akan mengalami penurunan aktivitas karena perhatian, kasih sayang, dan dukungan orang lain yang biasa diperolehnya hilang. Hal ini mendorong timbulnya depresi. 2 Frekuensi penguatan positif yang kurang ini, pada gilirannya cenderung mengurangi aktivitas selanjutnya dan kemudian tingkat penguatan juga menjadi berkurang. Saat mengalami depresi individu akan memperoleh simpati dari teman-teman dan orang sekitarnya. Keadaan ini akan memperkuat keadaan tidak aktifnya dan hasilnya adalah depresi yang semakin mendalam. 3 Jumlah penguatan positif yang tersedia secara potensial bagi individu adalah fungsi dari tiga variabel yaitu : a Karakteristik pribadi seperti usia, jenis kelamin, dan daya tarik individu terhadap orang lain. b Lingkungan tempat individu tinggal seperti d rumah lebih banyak penguat positif. c Perilaku-perilaku individu yang dapat mendatangkan penguatan berupa keterampilan sosial dan keterampilan pemecahan masalah.

6. Depresi Pasca Stroke

Stroke dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang seperti kemampuan sosial dan fisik. Ketika stroke mengakibatkan ketidakmampuan fisik ataupun kognitif, penyesuaian emosional dapat menjadi sangat sulit. Permasalahan emosional setelah stroke menjadi hal yang biasa, yaitu penderita stroke sangat mudah mengalami depresi Sarafino, 1998. Menurut Taylor 1999 penderita stroke dengan kerusakan otak kiri sering memberi reaksi dengan kecemasan dan depresi, sedangkan penderita dengan kerusakan otak kanan terlihat lebih biasa dalam menghadapi situasi mereka. Gejala depresi pasca stroke sama dengan gejala depresi fungsional seperti adanya rasa sedih atau gangguan afek, tidak bertenaga, sulit konsentrasi, nafsu makan menurun, penurunan libido, gangguan tidur pada