Dalam menentukan hipotesis ditolak atau diterima digunakan dasar sebagai berikut :
Jika p 0,05 maka H diterima
Jika p 0,05 maka H ditolak.
Berdasarkan hasil uji teoritik didapatkan bahwa p 0,05 p= 0,028. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan tingkat depresi antara pria dan wanita.
Jadi hipotesis penelitian yang berbunyi “ada perbedaan tingkat depresi antara pria dan wanita pasca stroke, yaitu bahwa wanita memiliki tingkat depresi
lebih tinggi daripada pria” diterima. 5.
Kategori Skor BDI Tabel 7
Kategorisasi Skor BDI menurut Beck Frekuensi
Rentang Tingkat Depresi
Pria Wanita Pria Wanita 1-10
Normal 12
5 48
20 11-16
Gangguan mood ringan 11
12 44
48 17-20
Garis batas depresi klinis -
4 -
16 21-30
Depresi sedang 2
4 8
16 31-40
Depresi parah
- - - - 40
keatas Depresi
ekstrem - - - -
6. Hasil Tambahan
Uji regresi digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat melalui uji F Budi, 2006. Berdasarkan dari
hasil uji regresi dengan variabel bebas lokasi lesi dan jenis kelamin diperoleh hasil bahwa lokasi lesi dan jenis kelamin secara bersamaan berpengaruh
terhadap skor depresi pada taraf kepercayaan 95 p= 0,036. Namun, secara terpisah baik jenis kelamin ataupun lokasi lesi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap skor depresi. Hal ini dibuktikan dengan nilai p untuk jenis kelamin sebesar 0,093 p 0,05 dan nilai p untuk lokasi lesi sebesar 0,082
p 0,05.
C. Pembahasan
Penyakit stroke dapat mengakibatkan ketidakmampuan fisik ataupun kognitif, hal ini menyebabkan penyesuaian emosional dapat menjadi sangat sulit.
Permasalahan emosional setelah stroke menjadi hal yang biasa, yaitu penderita stroke sangat mudah mengalami depresi Sarafino, 1998. Ditinjau dari segi
sebab, depresi tidak dapat dilihat dari salah satu faktor saja, karena penyebab depresi merupakan kombinasi dari berbagai faktor seperti keturunan bawaan,
lingkungan dan faktor sosial. Depresi adalah penyakit kompleks yang melibatkan faktor psikologis dan biokimia, serta didukung oleh pengaruh lingkungan Greist
Jefferson, 1987. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan didapatkan bahwa p 0,05
p= 0,028 pada taraf signifikansi 5 yang artinya bahwa H
i
diterima atau ada perbedaan tingkat depresi antara pria dan wanita pasca stroke, wanita memiliki
tingkat depresi lebih tinggi daripada pria. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Glader, dkk 2003 dan Paradiso Robinson 1996 yang
menyebutkan bahwa wanita memiliki tingkat depresi pasca stroke yang lebih tinggi dibanding pria.
Adanya perbedaan tingkat depresi antara pria dan wanita pasca stroke, disebabkan karena adanya perbedaan dalam menyikapi situasi yang menimbulkan
depresi. Menurut Folkman Lazarus, 1980 dalam Brannon, 1996 wanita akan lebih mengalami depresi pada sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan,
sedangkan pada pria depresi dapat terjadi pada sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan.
Depresi pasca stroke pada wanita umumnya disebabkan karena wanita lebih emosional, ketika seorang wanita terserang stroke dia akan merasa tidak
menarik lagi dan menjadi rendah diri. Subjek no. 28 yang berusia 50 tahun dan bekerja sebagai PNS, terserang stroke pada bagian otak kiri pada 2007 awal, pada
saat mengisi skala BDI aitem 14, mengatakan “lha kalau sudah begini pasti lebih jelek ya, ga seperti dulu lagi
”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek menyadari penampilan fisiknya tidak menarik lagi. Apabila dengan keadaan
tersebut penderita stroke wanita mengalami perasaan rendah diri maka hal itu justru akan memperkuat tingkat depresi subjek. Akan tetapi jika subjek dapat
menerima keadaan tersebut, maka perasaan rendah diri dapat dihindari dan tingkat depresi dapat berkurang. Pada saat wanita mengalami stroke, ketidakberdayaan
akibat penyakit tersebut akan membuat wanita cenderung memikirkan dampak bagi dirinya. Mereka merasa tidak berharga dan penuh kekurangan, sehingga
penderita stroke wanita kemudian mengalami cara berpikir yang salah dengan menggunakan penalaran emosi untuk membenarkan persepsi yang menciptakan
perasaan negatifnya, seperti merasa bahwa dirinya sebagai orang yang tidak mampu berbuat apa-apa lagi setelah terserang stroke. Pemikirannya yang seperti
inilah yang akan membuat wanita menjadi lebih depresi, karena pemikiran negatif tersebut sesungguhnya menciptakan suasana jiwa yang buruk.
Tingkat depresi pasca stroke pada pria lebih rendah dibanding dengan wanita. Hal ini dapat dilihat dari kategori tingkat depresi yang disusun oleh Beck
yaitu mulai dari garis batas klinis hingga depresi sedang, pria 8 sedangkan wanita 32 . Rendahnya tingkat depresi pria jika dibanding dengan wanita
disebabkan karena pria dapat membuktikan bahwa perasaan negatif yang dirasakan itu tidak benar, dengan lebih memilih terlibat dalam kegiatan fisik
sebagai bentuk pengalihan perasaan, mereka dapat berpikir bahwa mereka mampu untuk melakukan sesuatu hal. Dengan demikian distorsi kognitif yang dialaminya
tidak berlangsung lama dan tingkat depresi menjadi lebih rendah. Penyakit stroke tidak selalu mengakibatkan depresi bagi penderitanya, hal
itu dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu 48 pria berada pada tingkat normal. Namun, diperoleh juga hasil bahwa 44 subjek pria mengalami gangguan mood
ringan dan 8 subjek pria mengalami depresi sedang. Timbulnya depresi pada pria pasca stroke sebagian besar dipengaruhi oleh keterbatasan fisik Morris, dkk
dalam Paradiso dan Robinson, 1996. Keterbatasan fisik tersebut menyebabkan pria penderita pasca stroke cenderung tidak mampu melakukan berbagai aktivitas
secara mandiri, hal ini yang kemudian akan membuat harga diri mereka menurun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan fungsi mereka sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga tidak dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar subjek pria
dalam penelitian ini yang bekerja sebagai wiraswasta dan PNS berjumlah 16 orang, pekerjaan tersebut menuntut subjek agar tetap dapat bekerja secara
maksimal untuk menafkahi keluarga. Pada saat subjek terkena serangan stroke, kemampuan subjek untuk melakukan segala sesuatunya mengalami perubahan
dan keterbatasan baik dalam bergerak, berkomunikasi, maupun berpikir yang kesemuanya itu akan menimbulkan ketegangan dan kecemasan bagi subjek dalam
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ketegangan dan kecemasan tersebut membuat subjek memiliki pandangan negatif tentang dirinya sendiri dan masa
depan sehingga memicu timbulnya gangguan depresi. Berdasarkan norma skor BDI yang disusun oleh Beck dapat dilihat bahwa
48 pria dan 20 wanita berada pada kategori normal serta 44 pria dan 48 wanita pada gangguan mood ringan. Secara umum hal itu masih dapat
digolongkan pada tingkat depresi yang rendah. Rendahnya tingkat depresi diantara sebagian besar subjek pria dan wanita disebabkan karena subjek dalam
penelitian ini masih mendapatkan dukungan penuh baik secara medis maupun dukungan sosial dari keluarga. Hal ini dapat terlihat dari rutinnya subjek dalam
penelitian ini melakukan check-up dengan selalu diantar oleh pihak keluarga. Adanya dukungan penuh dari pihak keluarga terhadap subjek yang belum mampu
mandiri dalam kehidupan sehari-sehari akan dapat mengangkat kembali harga diri subjek.
52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa p 0,05 p= 0,028 sehingga H
i
diterima yang berarti ada perbedaan tingkat depresi antara pria dan wanita pasca stroke, wanita memiliki tingkat depresi lebih tinggi
daripada pria. 2. Lokasi lesi dan jenis kelamin secara bersamaan berpengaruh terhadap skor
depresi pada taraf kepercayaan 95 p= 0,036. Namun, secara terpisah baik jenis kelamin ataupun lokasi lesi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap skor depresi. Hal ini dibuktikan dengan nilai p untuk jenis kelamin sebesar 0,093 p 0,05 dan nilai p untuk lokasi lesi sebesar
0,082 p 0,05. 3. Berdasarkan norma skor BDI yang disusun oleh Beck dapat dilihat bahwa
48 pria dan 20 wanita berada pada kategori normal serta 44 pria dan 48 wanita pada gangguan mood ringan, hal ini menunjukkan bahwa
penyakit stroke tidak selalu mengakibatkan depresi bagi penderitanya.
B. Saran
1. Bagi pihak yang merawat Menindaklanjuti hasil penelitian ini yang menyebutkan bahwa ada
perbedaan tingkat depresi antara pria dan wanita pasca stroke, hendaknya hal ini dapat menjadi bahan masukan untuk pihak yang merawat. Bagi rumah