Gambar 2.2 MRC Moving Range Chart Untuk Kondisi Diluar Kendali
Sumber : Perencanaan dan Pengendalian Produksi , Nasution, Arman Hakim, 2003 , Guna Widya, Jakarta.
2.2 Manufacturing Resources Planning
2.2.1.Definisi Manufacturing Resources Planning
Material Requirement Planning MRP telah digunakan secara meluas pada industri – industri manufakturing dan menghasilkan pengurangan persediaan rata
– rata sebesar 20 – 30. Keberhasilan MRP tersebut mengakibatkan perluasan aplikasinya pada bidang selain produksi. Meskipun aplikasi ini lebih sulit
diterapkan pada industri jasa Service, tetapi bidang jasa tertentu telah membuktikan keefektifan MRP. Penyebab utama sulitnya penerapan konsep MRP
pada bidang jasa adalah variasi permintaan konsumen yang beragam. Hal ini mengakibatkan kombinasi kegiatan produksi dan konsumsi material menjadi
rumit. Meskipun demikian organisasi jasa menghasilkan jadwal induk yang mendetail sehingga dapat digunakan dalam mengaplikasikan MRP. Aplikasi –
aplikasi tersebut memperluas konsep MRP lebih dari sekedar proses penentuan kebutuhan material, menjadi proses penentuan kebutuhan Sumber Daya
Manufaktur, yang disebut Manufacturing Resources Planning, atau MRP II Nasution, 1998
Sehingga dapat didefinisikan bahwa MRP II adalah suatu sistem informasi manufakturing formal dan eksplisit yang mengintegrasikan fungsi – fungsi utama
dalam dalam manufaktur, seperti keuangan, pemasaran, dan produksi. Sistem MRP II mencakup dan mengintegrasikan semua aspek bisnis dari perusahaan
industri manufaktur, sejak perencanaan strategi bisnis pada tingkat level manajemen puncak Top Management sampai pengendalian terperinci pada
tingkat manajemen menengah dan supervisor. Gasperrz, 2002. Sehingga sistem MRP II dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.3 Sistem Manufacturing Resources Planning MRP II
Keterangan :
= Hubungan dua arah, termasuk umpan balik MPS = Master Production Schedule
CRP = Capacity Requirement Planning MRP = Material Resource Planning
PAC = Production Activity Control
Sumber : PPIC berdasarkan pendekatan sistemTerintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 2, Gasperz, 2002, Gramedia Pustaka Utama
Melnyk dan kawan – kawan 1983 menjabarkan ciri – ciri utama MRP II sebagai berikut :
a. MRP II adalah sistem dari atas kebawah
a top – down system, dimulai dari memformulasikan perencanaan strategi bisnis yang diformalkan dan
dikemukakan kembali sebagai strategi fungsional. b.
MRP II menggunakan basis data umum untuk mengevaluasi alternatif – alternatif kebijaksanaan yang mungkin. Data manufaktur dapat dikonversikan
menjadi data keuangan, dan prsedur – prosedur formal diadakan untuk menjaga keakuratan perubahan data. Kmampuan “What – If” digunakan
sebagai kebiasaan dalam mengevaluasi perencanaan alternatif. Sistem ini mampu mengolah data detail kebutuhan sumber daya
untuk
proses evaluasi. c.
MRP II adalah sistem perusahaan secara keseluruhan a total company
system, dimana kelompok – kelompok fungsional berinteraksi secara formal seperti biasanya dan membuat keputusan – keputusan bersama.
d. MRP II adalah sistem nyata bagi pengguna
user transparent. Penggunaan pada seluruh tingkatan harus mengerti dan menerima logika dan realisme dari
sistem tersebut dan tidak bekerja diluar sistem yang telah diformalkan.Nasution, 1998.
2.2.2.Tujuan Manufacturing Resources Planning
Sedangkan tujuan sasaran MRP II adalah menentukan serta menempatkan prioritas permintaan dan Delivery, menyediakan Decision Support untuk Capacity
Planning, penjadwalan untuk aliran material, menjamin keakuratan informasi, dll. Scott,1994.
Keuntungan atau benefit yang diperoleh dengan menerapkan MRP II diantara yaitu berhubungan dengan Inventory, Lead times, Delivery Performance, serta
meningkatkan Costumer Satisfaction. Dengan Costumer Satisfaction maka akan meningkatkan juga penjualan atau dalam kompetisi maksudnya kemampuan untuk
menjaga level penjualan. Perbaikan dalam bidang jasa dapat juga dengan memberi respon yang cepat pada kebutuhan konsumen melalui pengurangan Lead Time
sehingga dapat memenuhi jadwal, tepat waktu pengiriman sehingga Due Date delivery Promised kepada konsumen dapat dipenuhi Toomey,1996.
2.2.3.Perencanaan Dalam Proses Manufacturing Resources Planning
Pada dasarnya perencanaan manufaktur mencakup perencanaan terhadap output dan input dari operasi manufakturing yang dikelompokkan dalam dua jenis
perencanaan, yaitu : perencanaan prioritas Priority Planning, yang berkaitan dengan perencanaan output dan perencanaan kapasitas Capacity Planning yang
berkaitan dengan perencanaan input. Perencanaan prioritas menentukan produk – produk atau prioritas – prioritas dari operasi manufakturing untuk memenuhi
permintaan pasar, seperti produk yang dibutuhkan, berapa banyak yang dibutuhkan, termasuk spesifikasi kualitas dan lain – lain. Perencanaan kapasitas
menentukan sumber daya atau tingkat kapasitas yang dibutuhkan oleh operasi manufakturing untuk memenuhi jadwal produksi atau output yang diinginkan,
membandingkan kebutuhan produksi dengan kapasitas yang tersedia, dan menyesuaikan tingkat kapasitas atau jadwal produksi. Perencanaan kapasitas
mencakup kebutuhan sumber daya manufaktur seperti jam mesin, jam tenaga kerja, fasilitas peralatan, ruang untuk tempat penyimpanan warehousing space ,
rekayasa Engineering, energi dan sumber daya keuangan. Dalam MRP II, perencanaan kapasitas tidak mencakup material, karena
perencanaan material ditangani oleh fungsi perencanaan prioritas melalui penjadwalan produksi induk Master Production Schedulling MPS dan
perencanaan kebutuhan material Material Requirement Planning MRP I. Keberhasilan perencanaan dan pengendalian manufakturing membutuhkan
perencanaan kapasitas yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang ditetapkan.
Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagalan memenuhi target produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan kepercayaan
dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi dari perusahaan akan menurun. Pada sisi lain, kelebihan kapasitas akan mengakibatkan tingkat utilisasi sumber –
sumber daya yang rendah, biaya meningkat, harga pokok menjadi tidak kompetif, kehilangan pangsa pasar, penurunan keuntungan dan lain – lain.
Dengan demikian, kekurangan kapasitas maupun kelebihan kapasitas akan memberikan dampak negatif bagi sistem manufaktur, sehingga perencanaan
kapasitas yang efektif adalah menyediakan kapasitas sesuai dengan kebutuhan pada waktu yang tepat. Sistem manufakturing tidak dapat memproduksi prioritas
output yang diinginkan tanpa memiliki kapasitas input yang cukup. Karena itu, dalam sistem manufakturing modern aktivitas perencanaan prioritas Priority
Planning sejajar dengan aktivitas perencanaan kapasitas, sehingga terdapat suatu hirarki dari rencana – rencana kapasitas Capacity Planning yang sejajar dan
sesuai dengan hirarki dari rencana – rencana prioritas Priority Plans. Pada dasarnya terdapat empat tingkat dalam hirarki dalam hirarki perencanaan
prioritas dan kapasitas yang terintegrasi, antara lain : a.
Perencanaan Produksi dan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya b.
Penjadwalan Produksi Induk MPS dan Rough Cut Capacity Planning
RCCP . c.
Perencanaan Kebutuhan Material MRP dan Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Capasity Requirement Planning CRP
d. Pengendalian Aktivitas Produksi
Production Activity Planning PAC dan Pengendalian Input Output serta Operation sequencing. Gasperz.2002
2.2.4.Hasil Implementasi Manufacturing Resources Planning
Dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas, maka MRP II menjadi proses yang sangat efektif untuk
mengaitkan proses proses perencanaan jangka panjang dengan rencana produksi jangka pendek. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Top – Bottom,
sehingga garis perencanaan dan pencapaian dapat menggunakan seluruh sumber daya perusahaan yang tersedia. Umpan balik mengalir secara Bottom – Up pada
saat terjadi hal – hal yang luar biasa. Proses ini menjamin agar tingkat validitas rencana dapat tetap dipertahankan. Proses umpan balik ini akan menjadi jembatan
untuk renacana tingkat atas dengan pekerjaan aktual yang dilakukan di pabrik. Santoso, 1990
Manfaat lain yang diperoleh dari MRP II ialah perencanaan financial yang lebih baik. Dengan menggunakan data yang tersedia, perencanaan finansial dapat
dengan mudah ke dalam bentuk satuan mata uang sehingga proses perencanaan keuangan dapat dilakukan dengan eksak. Seringkali pihak perencana keuangan
perlu menetapkan asumsi – asumsi untuk melakukan perencanaan finansial. Dengan menggunakan MRP II, asumsi – asumsi yang digunakan dapat lebih
dibatasi. Gasperz,2002
2.3 Material Requirement Planning 2.3.1. Definisi Material Requirement Planning