hepatotoksik pada sebagian kecil populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Beberapa bergantung pada dosis pemberian Friedman and Keeffe, 2012.
E. Alanin Aminotransferase ALT dan Aspartat Aminotransferase
AST
Alanin aminotransferase ALT dan Aspartat Aminotransferase AST meupakan serum yang sering digunakan dalam uji fungsi hati. Jika kedua enzim
ditemukan di dalam serum, maka mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati McPhee dan Ganong, 2007. Konsentrasi enzim ALT terbesar terdapat pada hati
yang merupakan petunjuk spesifik adanya nekrosis dibandingkan AST yang terdapat pada hampir semua jaringan, otot rangka, dan hati Zimmerman, 1999.
Sebagai parameter krusakan hati, serum ALT dan AST dalam darah memiliki kisaran kadar sebagai patokan ukuran. Pada tikus putih menurut Pilichos
et., al. 2004 kadar serum AST, yaitu berkisar antara 19,3-68,9 UL sedangkan kadar serum ALT 29,8-77,0 UL.
F. Karbon tetraklorida
Karbon tetraklorida merupakan senyawa xenobiotic yang sering digunakan untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam retikulum endoplasma
hati, karbon tetraklorida dimetabolisme oleh sitokrom P450 2 E1 CYP2E1 menjadi radikal bebas yang akan menyebabkan peroksidasi lipid sehingga
mengganggu homestasis Ca
2+
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel Lin, Yen, Lo, Lin, 1998. Dengan dosis 10 mlkg CCl
4
dapat emgakibatksan perlemakan hati steatosis Panjaitan et al., 2007. Mekanisme biotransformasi karbon
tetraklrodida disajikan dalam gambar 6. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6. Biotransformasi karbon tetraklorida McGregor dan Lang, 1996
Karbon tetraklorida CCl
4
dapat memberikan kerusakan sel hati berupa perlemakan hati. Sitokrom P-450 CYP2E1 memiliki fungsi sebagai agen
pereduksi dan mengkatalisis adisi elektron yang mengakibatkan satu ion klorin yang hilang sehingga membentuk suatu radikal bebas berupa trikl
orometil •CClз Gregus, 2008. •CClз dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal, serta
akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan terbentuk radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reaktif dan terjadi peroksidasi lipid
Timbrell, 2009. Penyakit hati yang dinyatakan steatosis jika kadar ALT dan AST mengalami kenaikan sebesar 3 atau 4 kali lipat dari kadar normal Paschos dan
Paketas, 2009. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang diisolasi dari tumbuhan dengan memiliki komponen senyawa sebanyak lebih dari 8000 senyawa. Senyawa
ini mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, antimikroba, fotoreseptor, skrining cahaya, dll Piettea, 2000. Flavonoid dibagi menadi beberapa kelas, yaitu
Isoflavonoid, Neoflavonoid, dan Chalcones Grotewold, 2006. Senyawa flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70 Harborne, 1987. Flavonoid dapat digunakan
untuk menghambat kerusakan jaringan hepar tikus percobaa dengan dosis 100 mgKgBB. Penghambatan kerusakan jaringan hepar dapat dilihat dari penurunan
aktivitas SGOT dan SGPT Yerizel, Oenzil, Endrinaldi, 1998. H.
Maserasi
Ekstraksi merupakan pemisahan senyawa yang mengandung zat aktif untuk pengobatan yang didapat dari tanaman atau hewan. Teknik yang digunakan
dalam ekstraksi harus dapat mengambil senyawa aktif yang diingin dengan hasil terbanyak. Beberapa metode ekstraksi, yaitu maserasi, perkolasi, digestion, infusa,
dan dekokta Troy, 2006. Ekstraksi untuk untuk pengambilan senyawa dari tanaman dapat berupa bagian tanaman yang masih segar dan bagian tanaman yang
dikeringkan simplisia. Terdapat empat macam ekstraksi, yaitu maserasi, pekolasi, perkolasi dingin, dan countercurrent extraction Raaman, 2006.
Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana dengan merendam simplisia dari tanaman dalam pelarut yang sesuai dengan keadaan tertutup pada
suhu kamar. Rasio pelarut yang digunakan untuk maserasi simplisia:pelarut, yaitu 1:5 atau 1:10. Perendaman dilakukan hingga beberapa hari. Selama ekstraksi
dilakukan pengadukan dengan mixer atau shaker hingga homogen. Serbuk hasil maserasi ini dapat dilakukan maserasi kembali sekali atau dua kali dengan pelarut
yang baru Mahdi dan Altikriti, 2010. Jika tidak dinyatakan lain, maserasi dilakukan dengan etanol 70 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2009.
I. Landasan Teori
Organ hati merupakan organ sekaligus kelenjar terbesar didalam tubuh yang memproduksi empedu dan juga mengeluarkan hasil produksi dari makanan
yang sudah dicerna Wibowo dan Paryana, 2009. Beberapa keruskaan hati akibat efek toksik, yaitu steatosis, nekrosis, kolestasis, dan sirosis Lu, 1995.
Karbon tetraklorida CCl
4
dapat memberikan kerusakan sel hati berupa perlemakan hati. Sitokrom P-450 CYP2E1 memiliki fungsi sebagai agen
pereduksi dan mengkatalisis adisi elektron yang mengakibatkan satu ion klorin yang hilang sehingga membentuk suatu radikal bebas berupa triklorometil •CClз
Gregus, 2008. •CClз dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal, serta akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan terbentuk
radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reakatif dan terjadi peroksidasi lipid Timbrell, 2009. Kerusakan hati oleh karbon tetraklorida dapat dilihat dengan
adanya kenaikan aktivitas serum ALT dan AST. Jika kedua enzim ALT dan AST ditemukan meningkat di dalam serum
yang diuji, maka mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati McPhee dan Ganong, 2007. Konsentrasi enzim ALT terbesar terdapat pada hati yang
merupakan petunjuk spesifik adanya nekrosis dibandingkan AST yang terdapat pada hampir semua jaringan, otot rangka, dan hati Zimmerman, 1999.
Pentingnya menjaga kondisi hati dari senyawa yang toksik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu dengan pengobatan menggunakan senyawa dari
bahan alam, yaitu flavonoid. Senyawa flavonoid hampir terdapat pada semua tanaman, salah satunya adalah tanaman jarong S. indica L. Vahl. Chowdhury,
2003. Tanaman jarong ini merupakan tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Gayatri et al. 2011 menunjukkan bahwa esktrak
etanol 95 dengan metode sokletasi daun jarong mempunyai efek hepatoprotektif. Senyawa flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70 Harborne, 1987.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2009 maserasi jika tidak dinyatakan lain menggunakan etanol 70. Berdasarkan pemaparan di atas,
diperlukan penelitian untuk mengetahui efek hepatoprotektif ekstrak etanol 70 daun jarong sebagai hepatoprotektif pada tikus galur Wistar yang terpejankan CCl
4
. J.
Hipotesis
Ekstrak etanol 70 daun jarong S. indica L. Vahl. memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur
Wisar terinduksi karbon tetraklorida.
18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek ekstrak etanol 70 daun jarong S. indica L. Vahl. terhadap aktivitas ALT-AST pada
tikus jantang galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variabel bebas penelitian ini adalah variasi dosis dalam
pemberian jangka pendek ekstrak etanol 70 daun jarong S. indica L. Vahl.. b.
Variabel tergantung. Variabel tergantung penelitian ini adalah nilai aktivitas ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida
setelah pemberian ekstrak etanol 70 daun jarong S. indica L. Vahl..
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Hewan uji yang digunakan, yaitu tikus
jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 g, cara pemberian ekstrak secara per oral, frekuensi waktu pemberian ekstrak, dan tempat
tumbuh daun jarong S. indica L. Vahl.. b.
Variabel pengacau tak terkendal. Kondisi patologis dan fisiologis dari tikus jantan galur Wistar.