Pembuatan ekstrak etanol 70 daun S. indica L. Vahl.

perubahan warna dari ekstrak yang berwaran coklat kehijauan menjadi warna hijau kebiruan setelah diberikan FeCl 3 pada ekstrak Harborne, 1987.

B. Pembuatan ekstrak etanol 70 daun S. indica L. Vahl.

Ekstrak etanol 70 didapat dengan meode maserasi yang dilanjutkan remaserasi satu kali. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana menggunakan alat-alat sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Selanjutnya dilakukan remaserasi untuk menyari kembali senyawa yang masih tertinggal pada serbuk simplisia. Penggunaan pelarut yang sebanyak 300 mL ini dimaksudkan agar dapat menyari senyawa yang diinginkan dengan optimal, dimana Mahdi dan Altikriti 2010 juga menyatakan bahwa perbandingan simplisia dan pelarut yang digunakan 1:5 atau 1:10. Penggunaan shaker ini bertujuan untuk mempermudah penggojogan secara konstan selama maserasi berlangsung, sehingga pelarut yang ada disekitar permukaan partikel tidak jenuh dan pengambilan senyawa dapat berlangsung dengan maksimal International Centre for Science and High Technology, 2009. Ektrak cair hasil maserasi dan remaserasi kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator. Prinsip penggunaan rotary evaporator ini adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari akan dapat menguap dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya tekanan. Selanjutnya diuapkan dengan menggunakan water bath untuk mendapatkan ekstrak kental dan agar memudahkan perhitungan rendemennya. Ektrak kental harus memenuhi salah satu klasifikasi, yaitu bobot yang didapatkan adalah tetap. Bobot tetap ini dimaksudkan bahwa ekstrak yang ada hanya ekstrak yang diinginkan saja, sedangkan pelarutnya diharapkan sudah menguap semua. Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia, bobot tetap didapat dengan menimbang selama 1 jam ekstrak hingga selisi bobot tidak lebih dari 0,5 mg. Sebanyak 30 gram serbuk simplisia daun jarog dengan replikasi 3 kali menghasilkan bobot ekstrak kental 6,494 gram dengan rendemen yang didapat, yaitu 21,646.

C. Uji Pendahuluan

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 49

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 54

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (l.) vahl.) terhadap aktivitas alanin aminotransferase dan aspartate aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 106

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 90% daun jarong (Stacytarpheta indica vahl.) terhadap kadar alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 133

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 30% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap kadar alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 127

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 0 52

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 0 47

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 106

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun swietenia mahagoni (l.) jacq. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 112