LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN
3
serta iklan yang hanya menampilkan gambar produknya saja 16. Hal tersebut menunjukkan bahwa iklan yang menggunakan model utama wanita yang
bertubuh langsing dan berkulit putih memiliki prosentase penayangan yang cukup besar. Walaupun prosentase penayangan terbesar adalah dengan
menggunakan model utama keluarga, namun prosentase iklan yang menggunakan model utama wanita dengan citra tubuh Eropa-Amerika lebih
besar jika dibandingkan dengan iklan yang menggunakan model utama pria, kelompok anak muda, group band, atau iklan yang hanya menampilkan
gambar produknya saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencitraan tubuh wanita Barat pada tayangan iklan di televisi nasional Indonesia cukup banyak
ditampilkan. Faktor pemaparan dari media khususnya iklan di majalah dan televisi
turut mempengaruhi pembentukan maupun perubahan citra tubuh pada wanita Dittmar, 2009; Kasiyan, 2012; Mask Blanchard, 2010; Thomsen, Bower,
Barnes, 2004. Pengaruh tersebut dapat terjadi karena adanya internalisasi nilai yang dipaparkan melalui media secara terus-menerus. Tinjauan pustaka Bardi
dan Goodwin 2011 menunjukkan bahwa penyampaian informasi dengan menggunakan isyarat yang sangat kuat effortfull route dapat mengaktifkan
nilai baru yang sebelumnya pernah diberikan priming untuk merespon kejadian yang berkaitan dengan skema baru tersebut. Iklan televisi sebagai
stimulus kuat dengan menampilkan model dengan bentuk tubuh wanita Eropa- Amerika yang bertubuh langsing dan berkulit putih secara terus-menerus, dapat
4
membentuk skema baru wanita Indonesia mengenai citra wanita yang ideal sesuai gambaran tersebut.
Pengaruh paparan media terhadap citra tubuh wanita dewasa awal juga dipengaruhi oleh tugas perkembangan masa dewasa awal. Salah satu tugas
perkembangan wanita dewasa awal adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup baru serta kelompok orang dewasa seusianya Hurlock,
1980. Dalam masa ini, wanita dewasa awal mengalami masa perubahan nilai dalam diri mereka. Menurut Hurlock 1980, rasa ingin diterima dalam
kelompok orang dewasa membuat wanita dewasa awal harus menerima nilai, keyakinan dan perilaku kelompok yang salah satunya dalam hal penampilan.
Hal tersebut memungkinkan wanita dewasa awal mengadopsi nilai yang ada dalam masyarakat sekitarnya dalam memberi penilaian terhadap tubuh.
Penelitian-penelitian mengenai citra tubuh yang berkaitan dengan pengaruh media, sebagian besar berfokus pada media cetak Dittmar, 2009;
Kasiyan, 2012; Mask Blanchard, 2010; Thomsen, dkk., 2004. Pengaruh pemaparan media terhadap citra tubuh melalui media televisi, pernah diteliti
oleh Kim dan Lennon 2007. Hasil penelitian tersebut tidak menemukan pengaruh pemaparan media televisi terhadap citra tubuh. Hal ini dikarenakan
tidak semua stasiun televisi menayangkan gambaran tubuh yang ideal dan tidak realistis, sehingga pengukuran yang sebaiknya dilakukan adalah dengan
mengukur paparan acara televisi yang memiliki frekuensi penayangan gambaran wanita ideal cukup besar.
Kelemahan lain dari penelitian mereka adalah penggunaan skala Likert dimana pilihan jawaban tidak didefinisikan
5
secara spesifik tetapi meninggalkan kesan untuk diinterpretasi oleh individu, sehingga dirasakan paparan media massa akan bervariasi tergantung pada
persepsi subjek penelitian. Di sisi lain, Triyaningsih dan Triastity 2012 menemukan bahwa iklan yang ditayangkan di televisi lebih mudah dipersepsi
konsumen dibandingkan iklan sama yang ditampilkan dalam media cetak. Hal ini membuat penelitian terhadap iklan di televisi menjadi cukup penting untuk
dilakukan, karena iklan di televisi dapat memberikan daya tarik sebagai stimulus yang lebih kuat dibanding iklan pada media cetak.
Meskipun uraian di atas berbicara tentang pengaruh, di Indonesia, penelitian terhadap citra tubuh, sebagian besar merupakan penelitian
korelasional resiprokal yaitu untuk meneliti hubungan antara variabel citra tubuh dengan variabel-variabel lain Handayani, 2011; Hargiani, 2008;
Mahanani, 2012; Piganthi, 2009; Puspitasari, 2010; Putri, 2008; Sada, Hadju, Dachlan, 2012; Simanjuntak, 2009; Widianti, 2012. Desain penelitian
korelasional resiprokal digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa saling mempengaruhi Basuki, 2006; Sarwono, 2006;
Suryabrata, 2008 sehingga tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat. Pada penelitian-penelitian lain di Indonesia, citra tubuh juga diteliti
menggunakan metode studi kasus untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang dialami wanita maupun remaja putri berkaitan dengan citra tubuh mereka
Januar Putri, 2007; Pratiwi, 2009; Satyawati, 2011. Penelitian studi kasus mungkin dapat menemukan hubungan sebab akibat dari sebuah fenomena,
tetapi kurangnya kontrol terhadap banyaknya variabel yang diteliti membuat
6
hasil penelitian ini kurang spesifik menggambarkan kekuatan pengaruh sebuah variabel terhadap variabel lain.
Penelitian-penelitian terhadap citra tubuh yang telah dilakukan, memiliki keterbatasan. Di sisi lain, menurut Kerlinger 2006, desain penelitian
adalah sekumpulan petunjuk bagi peneliti untuk mengumpulkan serta menganalisis data. Oleh karena itu, fungsi teknis utama dari desain penelitian
adalah mengontrol varian, yaitu memaksimalkan varian sistematik, mengendalikan varian sistematik ekstra, dan meminimalkan varian galat.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian korelasional kausal dengan metode kuasi eksperimen selain karena di Indonesia belum
banyak digunakan untuk meneliti citra tubuh, dengan membandingkan antara kelompok kontrol dan eksperimen, hubungan kausalitas antar kedua variabel
tersebut dapat terlihat. Pemaparan sebelumnya menggambarkan adanya masalah mengenai
citra tubuh wanita Indonesia yang cenderung negatif menurut beberapa penelitian. Salah satu faktor pembentuk yang dapat mempengaruhi
ketidakpuasan wanita terhadap tubuhnya adalah pemaparan dari media Dittmar, 2009; Kasiyan, 2012; Kim dan Lennon, 2007; Mask Blanchard,
2010; Thomsen, dkk., 2004 khususnya iklan di televisi. Hal tersebut didukung oleh studi kepustakaan yang menjelaskan bahwa seseorang dapat
menginternalisasi nilai baru yang didapatkanya dan secara tidak sadar menggunakan skema baru tersebut untuk merespon kejadian yang berhubungan
dengan skema itu Bardi Goodwin, 2011. Hal ini dapat menjelaskan bahwa
7
paparan bentuk tubuh model iklan yang menampilkan tubuh langsing dan berkulit putih secara berulang-ulang dapat membentuk skema tubuh ideal bagi
wanita Indonesia sesuai penggambaran tersebut. Tampilan iklan yang ditayangkan di Indonesia sebagian besar
menggunakan model utama wanita dengan bentuk tubuh seperti wanita Eropa- Amerika. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan wanita Indonesia pada
tubuhnya, karena tampilan fisik mereka jelas berbeda dari model yang dimunculkan dalam iklan. Ketidakpuasan tersebut menurut beberapa penelitian
menyebabkan gangguan psikologis yang berdampak pula pada gangguan kesehatan fisik pada wanita Kim Lennon, 2007; Pratiwi, 2009; Verstuyf,
dkk., 2011. Penelitian terhadap citra tubuh di Indonesia sebagian besar meneliti
hubungan citra tubuh dengan variabel lain, seperti variabel konformitas, harga diri, kepercayaan diri, konsep diri, dan status gizi Handayani, 2011; Hargiani,
2008; Mahanani, 2012; Piganthi, 2009; Puspitasari, 2010; Putri, 2008; Sada, Hadju, Dachlan, 2012; Simanjuntak, 2009; Widianti, 2012 yang tidak dapat
menemukan hubungan sebab akibat diantara variabel citra tubuh dengan variabel-variabel tersebut. Penelitian lain di Indonesia juga meneliti deskripsi
citra tubuh berkaitan dengan fenomena tertentu dengan metode studi kasus Januar Putri, 2007; Pratiwi, 2009; Satyawati, 2011 dengan kurangnya
kontrol terhadap variabel lain yang mungkin mempengaruhi, membuat hasil penelitian studi kasus kurang spesifik dalam menggambarkan hubungan sebab
akibat dari variabel yang ingin diteliti. Dengan melihat kekurangan penelitian-
8
penelitian sebelumnya tentang citra tubuh, maka peneliti ingin meneliti dampak dari pemaparan media yang menggunakan pencitraan tubuh ideal wanita Barat
dalam iklan di televisi pada konseptualisasi citra tubuh wanita Indonesia.