Kemampuan berempati juga merupakan kemampuan memahami perasaan dan masalah orang lain, dan berpikir
dengan sudut pandang mereka; Lebih baik dalam mendengarkan orang lain. Mahasiswa yang memiliki
kemampuan empati akan lebih mampu menangkap sinyal- sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa
yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Mahasiswa yang memiliki kemampuan mengenali emosi
oarang lain dengan baik adalah mahasiswa yang dengan sungguh-sungguh belajar memahami dan merasakan apa
yang sedang dirasakan oleh orang lain.
5. Membina Hubungan
Kemampuan mahasiswa Prodi BK Angkatan 2013 Semester II dalam membina hubungan menunjukkan
mahasiswa tersebut terampil dalam berkomunikasi. Menurut Goleman
2009: 158-169,
keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan
kemampuan dasar
dalam keberhasilan membina hubungan. Kemapauan mahasiswa
dalam membina hubungan memberikan keuntungan bagi mahasiswa itu sendiri. banyaknya relasi yang di bangun oleh
mahasiswa membuktikan bahwa mahasiswa berhasil dalam mengembanngkan kemampuan intrapersonalnya.
Alat utama yang digunakan oleh mahaiswa dalam membina hubungan dengan orang lain salah satunya adalah
komunikasi. Komunikasi merupakan kemapuan dalam berbicara secara efektif, dapat menjadi pendengar dan
penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau
penilaian kita sendiri. Membuka diri dapat ditunjukkan dengan menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan
dalam suatu hubungan, mengetahui situasi yang aman untuk mengambil suatu resiko dalam membicarakan perasaan.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang sifatnya membangun dan terbuka tanpa adanya tindakkan
yang saling menyakiti antara satu dengan yang lainnya. Dalam komunikasi dituntut sebuah kepercayaan antara satu
mahasiswa dengan mahasiswa yang lainnya. Adanya keterbukaan antara satu dengan yang lainnya dapat
menigkatkan intensitas
hubungan yang
lebih baik.
Mahasiswa yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang
berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer
dalam lingkungannya
dan menjadi
teman yang
menyenangkan karena
kemampuannya berkomunikasi.
Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina
hubungan dengan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat juga mahasiswa yang
berada dalam kategori tingkat kecerdasan emosi tinggi sebanyak 61. Angka tersebut sangat besar dibandingkan dengan mahasiswa
yang berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Mahasiswa-mahasiswa yang berada dalam kategori tinggi memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang baik ketika mengisi kuesioner
kecerdasan emosi yang telah dibagikan oleh peneliti. Mahasiswa yang termaksuk dalam kategori tinggi memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina
hubungan. Mahasiswa yang dalam kemampuan kecerdasan emosi tinggi sungguh-sungguh menyadari pentingnya kecerdasan emosi
dalam kehidupan mereka. Mahasiswa meyakini dengan kecerdasan emosi yang baik akan menjamin kualitas hidup mereka. Hal ini
dibuktikan ketika mahasiswa mengisi kuesioner kecerdasan emosi. Sebagian besar mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang baik.
Mahasiswa yang berada dalam tingkat kecerdasan emosi rendah sesungguhnya belum menyadari akan pentingnya
kecerdasan emosi dalam hidupnya. Pada dasarnya sebagian besar orang mempercayai bahwa hal utama yang menjadi penentu
kualitas hisupnya adalah IQ bukan EQ. kemungkinan yang terjadi pada mahasiswa Prodi Bimbingan dan konseling adalah besarnya
patokan terhadap IQ. Kurangnya pemahaman terhadap EQ menjadi penyabab alasan dan penyebab utama rendahnya kecerdasan emosi
mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling. Melihat latar belakang mahasiswa baru yang rata-rata berada
dalam tahap remaja akhir, secara umum memiliki karakteristik di mana mahasiswa tidak lagi memandang dirinya sebagai remaja
tetapi mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku sebagai orang dewasa. Perubahan karateristik inipun erat hubungannya
dengan tugas perkembangan pada masa remaja akhir. Dalam setiap tahap perkembangan, mahasiswa diharapkan mampu menerima
diri dan memahami peran seks pria dan wanita, mampu membina hubungan yang baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis. Selain dari pada itu, mahasiswa juga diharapkan mampu
mencapai kemandirian secara emosional, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk melakukan
peran sebagai
anggota masyarakat,
memahami dan
menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang diperukan
untuk memasuki masa usia dewasa, mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan, dan memahami serat mempersiapkan
berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
C. Usulan Program-program Bimbingan Berdasarkan Item-item
dalam Kuesioner yang Teridentifikasi Rendah dan Sangat Rendah
Berdasarkan hasil analisis butir pada kuesioner tingkat kecerdasan emosi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma menunjukan bahwa ada 24 butir item yang tergolong dalam penguasaannya
rendah pada tabel 11
. Butir-butir item ini tersebar ke dalam indikataor dari lima aspek berikut ini. Pertama. Mengenali dan
merasakan emosi diri dan Memahami penyebab perasaan yang timbul Kedua, Mengendalikan emosi dan Mengekspresikan emosi
dengan tepat. Ketiga, Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri dan Memiliki rasa tanggung jawab. Keempat, Memiliki
kepekaan terhadap permasalahan orang lain. Kelima, Dapat bekerja sama dengan orang lain dan Dapat berkomunikasi dengan baik.
Adapun item-item tersebut tersaji dalam tabel.
No Aspek
Item Topik
Tujuan Materi
Waktu Jenis layanan
Metode Sumber
Me n
g ea
li e m
o si
57. Saya merasa tegang sekali ketika dosen mulai melemparkan
pertanyaan-pertanyaan dengan memanggil nama mahasiswa.
Penyesuaian diri Mahasiswa dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan
Penyesuaian diri
1 x 50 menit
Pribadisosial Nonton Video,
diskusi, tanya jawab, games
Murphy, Richard. 1988. Prilaku
Manusia. Status dan Penyesuaian
Diri. Jakarta. PT Tira Pustaka
58. Saya merasa sedih sampai berhari-hari apabila saya sedang
rindu dengan orang tua dan kampung halaman
Komunikasi yang efektif
Mahasiswa semakin memahami pentingnya
komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif
1 x 50 menit
Pribadisosial Simulasi,
games, diskusi, refleksi
G. A. Lunardi. 1987. Komunikasi
Mengena: Meningkatkan
Efektifitas Komunikasi
Antara Pribadi. Yogyakarta.
Kanisius. Supratiknya.1995.
Komunikasi Antarpribadi.
Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta. Kanisius.
60. Saya memendam rasa iri hati pada prestasi belajar teman yang
lebih baik dari saya. 67. Saya memendam kejengkelan
pada teman kelompok yang tidak datang kuliah pada saat
kelompok kami harus mempresentasikan tugas
65. Saya merasa kehilangan sampai- sampai saya tidak dapat
berkonsentrasi karena memikirkan sahabat saya yang
tidak masuk kuliah
74. Ketika saya sedang kesal dengan teman, saya menjadi tidak suka
bertemu dengan teman itu. 66. Ketika teman menceriterakan
pengalaman sedih, saya ikut sedih bahkan sampai menangis.
Empati Mahasiswa semakin
mamahami pentingnya berempati
Empati 1 x 50
menit Pribadisosial
Nonton video diskusi, tanya
jawab, games Tabah Anton.
1999. Empati Ditengah Badai.
Jakarta. Kharisma 72. Saya selalu mengurung diri
dalam kamar ketika saya sedang bersedih
Membuka diri Mahasiswa menyadari
pentingnya membuka diri
Membuka diri
1 x 50 menit
Pribadisosial Nonton video,
sharing, diskusi, Tanya jawab,
LKS G. A. Lunardi.
1987. Komunikasi Mengena:
Meningkatkan Efektifitas
Komunikasi Antara Pribadi.
Yogyakarta.
Kanisius 80. Saya tetap menjalani aktivitas
dengan penuh semangat, walaupun saya sedang
memendam kesedihan. Bersyukur
Mahasiswa memahami permasalahan yang
sedang dihadapi dengan bersyukur
Bersyukur 1 x 50
menit Pribadisosial
Ceramah singkat, diskusi,
tanya jawab, lembar kerja
Bosmas, Phil. 1996. Anda
Dilahirkan Untuk Mencintai.
Yogyakarta. Kanisius
Me m
o tiv
asi d ir
i 93. Ketika mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugas, saya tidak malu bertanya kepada
teman yang saya anggap mampu
Motivasi Mahasiswa menyadari
pentingnya motivasi dalam belajar meraih
prestasi Motivasi
1 x 50 menit
Pribadisosial Cermah singkat,
nonton film pendek, diskusi,
lembar LKS Melasen,
Van.M.G.A. 1985. Ilmu Pengetahuan
dan Tanggung Jawab. Jakarta.
Gramedia 34. Saya sebetulnya dapat meraih
nilai yang baik kalau dosen mengajar dengan baik pula.
94.
Berapapun nilai yang saya peroleh dari UTS dan UAS tidak
akan mempengaruhi semangat belajar saya
.
87. Saya sangat sedih jika saya tidak berhasil mencapai apa yang saya
cita-citakan dalam semester ini 88. Saya menjadi kehilangan
bersemangat ketika saya mendapatkan nilai yang tidak
maksimal pada saat UTS dan UAS.
89. Saya khawatir ketika tidak mampu menyelesaikan setiap
tugas perkuliahan
Me n
g en
ali em
o si o
ra n
g lain
97. Saya biasanya mengatakan kepada teman yang sedang sedih
bahwa masalah yang sedang dihadapinya masih lebih ringan
dibandingkan dengan orang lain Menjadi
pendengar yang baik
Mahasiswa semakin memahami pentingnya
mendengarkan Pendengar
yang baik 1 x 50
menit Pribadisosial
Ceramah singkat, games
diskusi, tanya jawab, lembar
kerja 1995. Ways to
Develop Student Self-Esteem and
Responsibility. Needham Heights,
Massachusetts. Sinurat, R.H.Dj.
1992. Reader Mata Kuliah
Komunikasi Antar Pribadi.
98. Saya tidak senang dengan teman yang terlalu larut dalam
permasalahannya.
Yogyakarta : USD
Me m
b in
a h
u b
u n
g an
105. Saya lebih senang belajar bersama kelompok yang
ditentukan sendiri oleh mahasiswa daripada oleh dosen.
komunikasi Mahasiswa menyadari
pentingnya komunikasi
komunikasi 1 x 50
menit Pribadisosial
Cermah singkat, games, sharing,
diskusi, LKS G. A. Lunardi.
1987. Komunikasi Mengena:
Meningkatkan Efektifitas
Komunikasi Antara Pribadi.
Yogyakarta. Kanisius
112. Saya merasa kesal ketika ada teman yang selalu mendominasi
dalam menyatakan pendapatnya.
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi uraian mengenai 1 Kesimpulan, 2 keterbatasan, dan 3 Saran untuk berbagai pihak. Bagian kesimpulan memuat
kesimpulan dari hasil penelitian. Bagian keterbatasan memuat kelemahan dalam melakukan penelitian. Bagian saran memuat saran untuk berbagai
pihak
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 61 Mahasiswa Semester II Angakatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 20132014 berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi yang tinggi.
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tingginya tingkat kecerdasan emosi tersebut
disebabkan keberhasilan mahasiswa dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan. Keberhasilan ini berdampak pada keberhasilan mahasiawa dalam melakukan penyesuaian diri terhadap dunia
perkuliahan. Sedangkan mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosi rendah dapat disimpulkan bahwa mereka tidak berhasil dalam
mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi
orang lain, dan membina hubungan. Ketidakberasilan tersebut berdampak pada kegagalan mahasiawa dalam melakukan penyesuaian
diri
B. KETERBATASAN
1. Ada kemungkinan subjek dalam penelitian ini telah mengisi kuesioner semacam ini, hal ini dikarenakan subjek dalam
penelitian ini sering dijadikan subjek peneliti lain. Pengalaman ini
yang membuat subjek kurang serius dalam mengisinya.
2. Metodologi dalam penelitian ini hanya menggunakan survey yaitu berupa angket atau kuesioner. Oleh karena itu hasil yang diperleh
dari penelitian
ini belum
menggambarkan data
yang
sesungguhnya.
C. SARAN
Berikut ini dikeukakan saran bagi beberapa pihak:
1. Pihak Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Pihak Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma hendaknya menjadikan penelitian ini sebagai dasar
pembuatan dasar pembuatan program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Semester II