Kepatuhan Modernisasi Administrasi Perpajakan

C. Kepatuhan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Zain www.elib.unikom.ac.id menyatakan bahwa: Tax compliance merupakan suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi: 1. Wajib pajak paham atau berusaha memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, 2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting, karena jika wajib pajak tidak patuh maka akan timbul keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak, yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang.

D. Modernisasi Administrasi Perpajakan

1. Pengertian Modernisasi Administrasi Perpajakan Pengertian modernisasi administrasi perpajakan Sadhani dalam Dwi 2010:8 menyatakan: Modernisasi administrasi perpajakan adalah suatu proses reformasi pembaharuan dalam bidang administrasi pajak yang dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek teknologi informasi yaitu perangkat lunak, perangkat keras, dan sumber daya manusia dengan tujuan mencapai tingkat kepatuhan perpajakan dan tercapainya produktivitas kinerja aparat perpajakan yang tinggi, sehingga diharapkan dapat mengurangi praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN. 2. Aspek-aspek Sistem Administrasi Modern Perpajakan Berdasarkan dari definisi di atas maka dapat kita simpulkan terdapat tiga aspek yang mempengaruhi modernisasi administrasi perpajakan, menurut Sadhani di dalam Dwi 2010:8 tiga aspek itu meliputi: a. Aspek Teknologi Informasi Aspek teknologi informasi merupakan proses pembaharuan dibidang teknologi informasi yang berkaitan dengan sistem administrasi perpajakan. b. Aspek Sumber Daya Manusia Aspek sumber daya manusia yaitu proses pembaharuan yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jendral Pajak mencakup keahlian fiskus dalam menghitung pajak wajib pajak serta pemahaman tentang pajak yang lebih baik daripada yang dahulu serta melakukan seleksi pegawai yang ketat guna mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan penempatan aparat perpajakan sesuai kapasitasnya pada struktur organisasi pada setiap kantor pelayanan pajak aspek perangkat keras dan perangkat lunak. c. Aspek Perangkat Lunak dan Perangkat Keras Aspek perangkat keras merupakan suatu proses pembaharuan yang meliputi dalam hal penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, sedangkan perangkat lunak merupakan proses pembaharuan meliputi struktur organisasi, kelembagaan, serta penyempurnaan dan penyederhanaan sistem operasi agar lebih efektif dan efisien. 3. Tujuan Modernisasi Administrasi Perpajakan Tujuan dari modernisasi administrasi perpajakan menurut Abimanyu dalam Setiana, Kwang, dan Agustina 2010:135, merupakan perbaikan untuk memperbaiki sistem yang sudah ada untuk meningkatkan: a. Kepatuhan wajib pajak b. Kepercayaan wajib pajak c. Produktivitas pegawai 4. Karakteristik Modernisasi Administrasi Perpajakan Konsep umum dari modernisasi administrasi perpajakan menurut Kurnia dalam Dwi 2010:10 adalah “restruktur organisasi, penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance. ” Adapun karakteristik modernisasi administrasi perpajakan adalah: a. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi berbasis teknologi. b. Seluruh wajib pajak wajib membayar secara on-line. c. Seluruh wajib pajak wajib melaporkan kewajiban perpajakannya menggunakan media komputer e-SPT. d. Monitoring kepatuhan wajib pajak dilaksanakan secara intensif. 5. Modernisasi yang dilakukan oleh DJP Modernisasi yang dilakukan oleh DJP menurut Setiana, Kwang, dan Agustina 2010:136 meliputi: a. Reformasi kebijakan, melalui amandemen UU perpajakan yakni UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, UU Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung. b. Reformasi administrasi, terkait dengan organisasi, teknologi informasi dan sumber daya manusia. Dalam bidang organisasi, kini telah dilakukan perubahan struktur organisasi berdasarkan per jenis pelayanan menjadi organisasi dengan struktur berdasarkan fungsi dengan menggabungkan ketiga kantor KPP, KPPBB dan Karikpa menjadi KPP Pratama. Selain KPP Pratama juga terdapat KPP Madya di setiap kantor wilayah dan 2 KPP Wajib Pajak Besar yang hanya ada di Jakarta. Selain itu terdapat petugas khusus yang disebut AR Account Representative yang bertugas mengawasi dan melayani wajib pajak. c. Reformasi teknologi informasi, konsepnya menuju full automation, menuju administrasi internal yang paperless, efisiensi, customer oriented dan fungsi built-in control. Adapun tujuannya untuk mengurangi kontak langsung dengan wajib pajak, mudah, hemat dan cepat. Selain itu, akurat, efektif dan efisien dan pengawasan internal melalui built-in control system. 6. Perbandingan e-SPT dengan SPT manual Tabel 2.2. Perbandingan E-SPT dengan SPT Manual NO e-SPT SPT MANUAL a. Penyampaian SPT dilakukan secara cepat dan aman, karena lampiran dalam bentuk media CDdisket Ada kemungkinan lampiran kurang lengkap apalagi jika lampiran dalam jumlah yang cukup banyak, karena lampiran dalam bentuk hard copy . b. Data perpajakan terorganisasi dengan baik. Data perpajakan kurang terorganisasi karena tidak ada otomatisasi dalam pengisian. c. Sistem aplikasi ini dapat mengorganisasikan data perpajakan dengan baik dan sistematis Sistem kurang sistematis d. Perhitungan dilakukan secara cepat dan tepat, karena menggunakan sistem komputer Ada kemungkinan terjadi kesalahan hitung, karena perhitungan dilakukan manual. e. Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak bagi pegawai DJP Pembuatan laporan pajak memakan waktu yang cukup lama, karena proses entri data f. Data yang disampaikan wajib pajak selalu lengkap, karena penomoran formulir dengan menggunakan sistem komputer Ada kemungkinan lampiran yang disampaikan tidak atau kurang lengkap. g. Meminimalisir pemborosan penggunaan kertas paper less. Berpotensi untuk melakukan pemborosan kertas, karena adanya kesalahan yang mungkin timbul karena SPT tidak boleh berisi coretan yang tidak perlu h. Berkurangnya pekerjaan- pekerjaan klerikal perekaman SPT yang memakan sumber daya yang cukup banyak bagi pegawai DJP Ada potensi pengulangan pekerjaan dalam proses perekaman data dan juga potensi melakukan kesalahan entri data atau pun human error. i. Data-data yang disampaikan tidak bisa diubah di Kantor pajak Ada celah bagi pegawai DJP untuk bisa mengubah data pajak yang disampaikan wajib pajak. Sumber: Data Diolah

E. Pengertian Wajib Pajak

Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

5 119 74

Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah Penerapan Program e-SPT Dalam Melaporkan SPT Masa PPN : Studi kasus KPP Pratama Pasar Minggu

8 29 73

Pengaruh Penerapan e-SPT PPN terhadap Efisiensi Pengisian SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak: Survey Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada KPP Pratama Majalaya.

0 2 91

Pengaruh Penerapan E-SPT dan E-FIling terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Badan) dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

0 3 20

Pengaruh Penerapan e-SPT PPN terhadap Efisiensi Pengisian SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak (Penelitian Pada KPP Pratama Bandung Bojonagara).

0 0 25

Pengaruh Penerapan e-SPT PPN terhadap Efisiensi Pengisian SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak: Studi Kasus pada KPP Pratama Soreang.

0 2 18

Pengaruh Penerapan e-SPT terhadap Efisiensi Pengisian SPT Menurut Persepsi Wajib Pajak (Survey terhadap Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama Bandung Bojonagara).

3 6 24

Persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap hubungan penerapan E-Filing dengan efisiensi pelaporan SPT : studi kasus di kantor pelayanan Pajak Pratama Sleman.

1 4 99

Hubungan persepsi pengetahuan wajib pajak, persepsi kemudahan pengisian SPT, persepsi kesadaran wajib pajak, persepsi kegunaan e-filing dengan persepsi kepatuhan penyampaian SPT tahunan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pra

0 5 168

Hubungan antara penerapan e SPT dan efisiensi pengisian SPT menurut persepsi wajib pajak studi kasus di kantor pelayanan pajak pratama sleman

1 17 126