utama adalah ginjal tetapi juga ditemukan dalam air susu dan dapat melintasi plasenta dengan mudah Dollery, 1999.
e. Biotransformasi. Tiga jalur biotransformasi utama diazepam yang telah
diketahui adalah N-demetilasi, hidroksilasi dan konjugasi asam glukuronat. Diazepam akan termetabolisme menjadi N-desmetildiazepam yang memiliki
kesamaan sifat farmakologi dengan diazepam kecuali waktu paruhnya yang lebih panjang. N-desmetildiazepam kemudian mengalami hidroksilasi dan diubah
menjadi oksazepam yang juga aktif tetapi waktu paruhnya relatif lebih pendek karena akan terkonjugasi dengan asam glukuronat dan terekskresi dalam urin.
Metabolit aktif ketiga, temazepam, merupakan produk hidroksilasi dari diazepam yang langsung terkonjugasi dengan asam glukuronat dan terekskresi dalam urin
Dollery, 1999.
Cl N
CH
3
O N
Cl H
N O
N Cl
H N
O N
Cl N
CH
3
O N
OH
OH Diazepam
N-desmetildiazepam Oksazepam
Temazepam Asam glukuronat
Konjugasi Asam glukuronat
Konjugasi
Gambar 5. Skema biotransformasi diazepam Dollery, 1999
f. Indikasi. Indikasi diazepam adalah sebagai berikut :
1 manajemen untuk ansietas
2 pengobatan ketergantungan alkohol akut
3 membantu meredakan kejang otot skeletal
4 basal sedasi
5 pengobatan keadaan epilepsi dan keadaan kejang lainnya
6 keadaan eksitasi seperti kecemasan akut
7 premedikasi untuk prosedur pembedahan Dollery, 1999
g. Kontraindikasi. Diazepam dikontraindikasikan untuk :
1 penderita hipersensitif terhadap benzodiazepin
2 penderita myasthenia gravis
3 bayi Dollery, 1999
h. Efek samping. Efek samping dari diazepam adalah sebagai berikut :
1 depresi pernapasan dan tekanan darah menurun, terutama setelah pemberian
iv, dan pada pernapasan yang cacat 2
amnesia anterograd misalnya pada waktu terbangun di malam hari 3
reaksi paradoks dengan ketegangan akut, dan gangguan tidur 4
kebingungan, pusing, gangguan koordinasi, sakit kepala, mual, muntah, obstipasi peningkatan relaksasi otot pada myasthenia gravis
5 nafsu makan meningkat, libido menurun, gangguan ovulasi
6 sindrom ketagihan, seperti tidak bisa tidur, gelisah, dan sebagainya setelah
penghentian terapi 7
karena melewati plasenta, maka bagi bayi yang baru lahir mengalami relaksasi otot, gangguan pernapasan dan menghisap, hipotermia, dan hipotensi
Widodo, 1993. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i. Interaksi obat. Interaksi diazepam dengan obat lain yang telah diketahui
adalah sebagai berikut : 1
peningkatan efek oleh obat-obat penekan saraf pusat lain dan alkohol 2
eliminasi dihambat oleh simetidin, disulfiram, INH, kontrasepsi oral dan sebagainya
3 eliminasi dipercepat oleh rifampisin dan obat penginduksi enzim yang lain
Widodo, 1993.
4. Natrium tiopental
a. Kimia.
Rumus molekul : C
11
H
17
N
2
NaO
2
S Nama kimia
: Garam mononatrium dari 5-etildihidro-5-1-metilbutil-2- tiokso-4,61H,5H-pirimidindion
BM : 264,32
Kelarutan : larut dalam air dan alkohol
tidak larut
dalam eter, benzen, petroleum eter
Anonim, 2001 Struktur kimia natrium tiopental adalah :
N NH
SNa O
O CH
3
CH
2
CH CH
3
CH
3
CH
2
CH
2
Gambar 6. Struktur kimia natrium tiopental Anonim, 2001
b. Farmakologi klinik. Dosis natrium tiopental yang cukup dapat
menginduksi anestesi setelah 1 menit pemberian. Kehilangan kesadaran biasanya berlangsung dengan tenang walaupun kadang terjadi gerakan otot spontan. Level
plasma yang dibutuhkan untuk anestesi pada pasien yang sehat kurang lebih sebesar 40 µgl dengan konsentrasi obat bebas untuk anestesi pembedahan sekitar
6 µgl Dollery, 1999. Pada dosis rendah, barbiturat menghasilkan sedasi efek menenangkan,
mengurangi eksitasi. Pada dosis tinggi, obat menyebabkan hipnosis, diikuti oleh anestesia kehilangan rasa atau sensasi dan akhirnya koma dan mati. Jadi, semua
tingkat depresi SSP mungkin terjadi, tergantung pada dosis Mycek et al., 1997. c.
Mekanisme kerja. Natrium tiopental meningkatkan penghambatan transmisi sinaptik yang diperantarai oleh kerja GABA pada reseptor GABA
A
dengan cara meningkatkan afinitas ikatannya sehingga memperpanjang waktu pembukaan kanal klorida. Natrium tiopental juga memperkuat pengikatan
benzodiazepin terhadap reseptor GABA
A
Hardman and Limbird, 2001. d.
Farmakokinetika. 1
Absorbsi dan distribusi. Natrium tiopental terikat kuat pada protein plasma, derajat pengikatannya 50-80 dipengaruhi oleh pH plasma atau jaringan dan
konsentrasi obat. Karena bersifat lipofilik bentuk molekul bebas tiopental secara cepat melintasi sawar darah otak dan perubahan EEG dapat dideteksi dalam 15-18
detik. Otak tetap menerima obat hingga 30-60 detik kemudian dan setelah itu konsentrasi obat dalam pembuluh vena eferen akan melebihi konsentrasi dalam
pembuluh arteri sehingga konsentrasi dalam otak menurun. Distribusi akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berjalan dari jaringan kaya lemak termasuk otak ke jaringan yang kurang berlemak dengan volume distribusi sebesar 2,5 lkg Dollery, 1999.
2 Eliminasi. Waktu paruh natrium tiopental berkisar antara 4-12 jam dan
klirensnya adalah 3,4 mlkg.menit Dollery, 1999. e.
Biotransformasi. Metabolisme natrium tiopental utamanya oleh hati. Reaksi eliminasi berjalan lambat tetapi hampir sempurna oleh oksidasi rantai
samping 1-metil-butil menjadi metabolit inaktif Dollery, 1999. f.
Indikasi. Indikasi natrium tiopental adalah sebagai berikut : 1
agen antikonvulsan 2
induksi anestesi umum 3
untuk menjaga kondisi anestesi umum 4
mencegah dan mengobati iskemik otak Dollery, 1999. g.
Kontraindikasi. Natrium tiopental dikontraindikasikan bagi : 1
pasien porfiria 2
perut dalam keadaan penuh 3
tidak adanya alat yang dapat digunakan untuk menyadarkan pasien 4
tidak cukupnya ruang bernapas bagi pasien 5
kurangnya fasilitas untuk pemulihan atau petugas untuk merawat pasien rawat jalan
6 pasien yang kehilangan darah atau mengalami hipovolemia
7 pasien uremia
8 pasien dengan sejarah asma yang parah
9 pasien dengan penyakit jantung parah Dollery, 1999.
h. Efek samping. Beberapa efek samping penggunaan barbiturat menurut
Mycek et al. 1997 : 1
SSP : barbiturat menyebabkan mengantuk, konsentrasi terganggu dan kelesuan mental dan fisik.
2 “Hangover” obat : barbiturat dalam dosis hipnotik menimbulkan perasaan lesu
setelah pasien bangun kembali. “Hangover” obat ini menyebabkan beberapa fungsi tubuh yang normal terganggu beberapa jam setelah pasien terbangun.
Kadang-kadang dapat terjadi mual dan pusing. 3
Perhatian : barbiturat memacu sistem P-450 dan karena itu menurunkan efek obat yang dimetabolisme oleh enzim hati ini. Barbiturat meningkatkan sintesis
porfirin dan merupakan kontraindikasi pada pasien dengan porfiria intermiten akut.
4 Ketergantungan : penghentian barbiturat secara mendadak menyebabkan
tremor, ansietas, lemah, gelisah, mual dan muntah, kejang, delirium dan jantung berhenti. Gejala putus obat lebih berat jika dibandingkan opiat dan
dapat menimbulkan kematian. 5
Keracunan : dalam beberapa dasawarsa belakangan ini telah terjadi keracunan barbiturat pada beberapa pengguna dan menyebabkan kematian akibat
overdosis. Terjadi depresi pernapasan yang hebat bersamaan dengan depresi kardiovaskular pusat, menimbulkan syok dengan pernapasan dangkal dan
lambat. i.
Interaksi obat. Tidak terdapat masalah pada penggunaan dosis tunggal, tetapi bila dikehendaki dosis berganda maka induksi enzim mungkin terjadi dan
meningkatkan klirens juga menghilangkan efek terapi obat-obat seperti warfarin, fenitoin, antidepresan trisiklik, dan kortikosteroid. Barbiturat mempunyai efek
aditif dengan depresan ssp lain mengakibatkan depresi kuat. Aspirin diketahui dapat mendesak natrium tiopental dari ikatannya dengan protein plasma tetapi hal
ini tidak memberikan masalah klinik yang serius walaupun pemberian aspirin intravena sebelumnya dapat menurunkan dosis induksi Dollery, 1999.
F. Landasan Teori
Daun pandan wangi telah digunakan berdasarkan pengalaman sejak jaman dahulu untuk mengobati stres Dalimartha, 1999. Khasiatnya sebagai antistres
didukung pula oleh identifikasi salah satu senyawa yang terkandung di dalamnya yang aktif secara farmakologi, yaitu linalool Katzer, 2001. Penelitian yang
dilakukan oleh Silva et al. 2001 kemudian memberikan gambaran mengenai mekanisme kerja efek depresan linalool, yakni dengan inhibisi kompleks reseptor
NMDA sehingga sel saraf akan terinhibisi dan menjadi tidak dapat dirangsang. Penelitian ini juga dapat dianalogikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Umezu 2004 yang mempelajari tentang efek antiansietas minyak lavender dimana disimpulkan bahwa linalool merupakan senyawa yang bertanggung jawab
terhadap efek antiansietas minyak lavender. Pembuktian efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan
dengan menggunakan metode potensiasi narkose. Ekstrak etanol daun pandan wangi akan disimpulkan mempunyai efek antistres bila mampu mempotensiasi
kerja hipnotik natrium thiopental yang diberikan 45 menit kemudian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI