Efek antistres ekstak etanol daun pandan wangi [Pandanus amarylifolus Roxb.] pada mencit jantan.

(1)

INTISARI

Stres merupakan respon tubuh terhadap adanya stimulus (stresor) yang dapat mengganggu homeostasis tubuh dan mengakibatkan berbagai macam penyakit sehingga harus diobati. Salah satu pengobatan alternatif yang telah digunakan masyarakat berdasarkan pengalaman adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang daunnya mengandung linalool, senyawa yang dapat menginhibisi reseptor NMDA. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi dan mengetahui dosis terapinya.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode potensiasi narkose yang telah dimodifikasi pelaksanaannya. Subyek uji yang digunakan adalah mencit jantan (galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram) sebanyak 54 ekor yang dibagi secara acak dalam sembilan kelompok (N=6). Kelompok I adalah kontrol negatif aquades (dosis 16,667 mg/kgBB), kelompok II, III, IV dan V adalah kontrol positif diazepam dengan dosis 0,260; 0,445; 0,760; dan 1,300 mg/kgBB, sedangkan kelompok VI, VII, VIII, dan IX adalah kelompok perlakuan ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000; 5040; 6350; dan 8000 mg/kgBB. Empat puluh lima menit kemudian mencit diinjeksi natrium tiopental (dosis 45,5 mg/kgBB) dan dilakukan pengamatan lama tidur mencit. Data perpanjangan waktu tidur mencit dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas variansi, dilanjutkan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki efek antistres. Efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000; 5040; 6350; dan 8000 mg/kgBB setara dengan efek antistres dizepam dosis 0,260; 0,445; dan 0,760 mg/kgBB. Dosis terapi yang digunakan adalah 4000 mg/kgBB.

Kata kunci : ekstrak etanol daun pandan wangi, natrium tiopental, perpanjangan waktu tidur mencit


(2)

ABSTRACT

Stress is body’s response to a stresor and may alter body’s homeostasis. Diseases may occur because of stress and therefore it needs to be treatened. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) had been used empirically as an CNS depresant for its leave contain linalool. The object of this study was to proof the antistres effect of ethanol extract of pandan wangi leave and the therapeutic dose.

The experimental study was conducted according to randomized complete design using the modified narcosis potentiation method. The experimental subjects were 54 male mice (Swiss strain, 2-3 months old, 20-30 gram body weight) divided randomly into 9 groups, 6 mice each group. Each group were given with a different treatment, i.e. : group I as the negative control using aquadest (16,667 mg/kgBW), group II, III, IV, and V were the positive controls using diazepam 0,260 mg/kgBW; 0,445 mg/kgBW; 0,760 mg/kgBW; and 1,300 mg/kgBW, group VI, VII, VIII, and IX were the ethanol extract of pandan wangi leave groups with 4000 mg/kgBW; 5040 mg/kgBW; 6350 mg/kgBW; and 8000 mg/kgBW doses. Fourty five minutes after, all mice were injected with sodium thiopental (45,5 mg/kgBW) and the mice’s sleep time were observed. The antistres effect was observed from mice’s prolonged sleep time, the data were analyzed by Kolmogorov-Smirnov test, homogeneity of variances test, one way Anova and Scheffe test at 95% significant level.

The result of the experimental shows that ethanol extract of pandan wangi leave have an antistres effect. The effect of ethanol extract of pandan wangi leave at 4000 mg/kgBW; 5040 mg/kgBW; 6350 mg/kgBW; and 8000 mg/kgBW was equal to diazepam at 0,260; 0,445; and 0,760 mg/kgBW. The terapeutic dose was 4000 mg/kgBW.

Key word : pandan wangi’s leaves ethanol extract, sodium thiopental, mice’s prolonged sleep time


(3)

EFEK ANTISTRES EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) PADA MENCIT JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Eveline NIM : 038114053

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

EFEK ANTISTRES EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) PADA MENCIT JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Eveline NIM : 038114053

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008


(5)

EF'EK ANTISTRES SKSTRAK ETANOL DAT]N PAF{DAI\I WANGI {Pwtdanus ameryllifalfu,s Roxb.} PADA MENCIT JANTAN

Yang disusun oleh : Egetriae NIM : 038114053

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Tanggal : 14 Desember2007


(6)

Pengesahan Skripsi Berjudul:

EFEK A}{TISTRES EKSTRAK ETAI\OL DAT]N PANDAN WAI\GI (Pandanus amaryllifolizs Roxb.) PADA MENCIT JAI\TAh{

O l e h : EVELINE N I M : 0 3 8 1 1 4 0 5 3

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasr

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 30 Januari 2008

Mengetahui Fakultas Farmasi

I.*gud

"-1. Drs. Mulyono, Apt.

2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. 3. Yohanes Dwiatmaka- M.Si.

lv Mulyono, Apt


(7)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4 : 13)

Dengan segenap cinta kupersembahkan untuk :

Tuha n Ye sus Kristus Pa p a d a n Ma ma Ko ko Nic o d a n Fe nd i Te ma n-te ma n d a n ka ka k-ka ka kku Se b a g a i ta nd a te rima ka sih a ta s d ukung a n d a n ka sih sa ya ng

Ke p a d a ku Alma ma te rku


(8)

LEMBAR PERI\IYATAAN PERSE TUJUAI\

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawahini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

f v e L i n e

Nama

Nomor Mahasiswa o 3 8 i l q o s 3

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma kuryu ilmiah saya yang berjudul :

..9+.e.\..4.1:t.::9.s...qf.c5:.qF...9:.1:gJ...o..qlt...P.?.19gl ..9?:.s:...(.]?asge!.4s..gg::.jJ{S:,jt_y:.

..I'.T?.. .). .. p.egs. ..Yl::it:..I:::.q1.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, fie-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nilma saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : t q F e b r u r a . t 2969

Yang menyatakan

, l l t r (\h*l r ./lt-af


(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan baik. Skripsi dengan judul “Efek Antistres Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) pada Mencit Jantan” disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, yang telah berkenan membimbing, memberi petunjuk serta motivasi, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Mulyono, Apt., selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran dalam penelitian. 4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran dalam penelitian dan juga selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin pemakaian fasilitas laboratorium.


(10)

vii

5. Staff Laboratorium Famakologi dan Toksikologi, Biokimia, dan Biofarmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberi segala bantuan selama berlangsungnya penelitian ini. 6. Staff Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberi segala bantuan selama berlangsungnya penelitian ini.

7. Papa, mama, dan koko Nico yang selalu mendukung, membantu dan menjadi motivasi dalam bekerja.

8. Fendi, teman seperjuangan yang selalu memberi semangat, dukungan dan pertolongan.

9. Teman-teman dan kakak-kakakku, Olivia, Chika, Indu, Nia, Agnes, Eka, Siska, Welly, Kak Grace, Kak Vrysca, Yuni dan semua anak kost 99999. Semoga Tuhan YME selalu memberkati dan melimpahkan rahmat yang setimpal dengan kebaikan-kebaikan tersebut.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya besar harapan penulis semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu farmasi khususnya di bidang obat tradisional serta berguna bagi para pembaca.

Yogyakarta, 14 Desember 2007


(11)

PER}IYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya fulis rm tidak memuat knya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya katya ilmiah.

Yogyakarta I 4 Desemb er 2007

Eveline


(12)

INTISARI

Stres merupakan respon tubuh terhadap adanya stimulus (stresor) yang dapat mengganggu homeostasis tubuh dan mengakibatkan berbagai macam penyakit sehingga harus diobati. Salah satu pengobatan alternatif yang telah digunakan masyarakat berdasarkan pengalaman adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang daunnya mengandung linalool, senyawa yang dapat menginhibisi reseptor NMDA. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi dan mengetahui dosis terapinya.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode potensiasi narkose yang telah dimodifikasi pelaksanaannya. Subyek uji yang digunakan adalah mencit jantan (galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram) sebanyak 54 ekor yang dibagi secara acak dalam sembilan kelompok (N=6). Kelompok I adalah kontrol negatif aquades (dosis 16,667 mg/kgBB), kelompok II, III, IV dan V adalah kontrol positif diazepam dengan dosis 0,260; 0,445; 0,760; dan 1,300 mg/kgBB, sedangkan kelompok VI, VII, VIII, dan IX adalah kelompok perlakuan ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000; 5040; 6350; dan 8000 mg/kgBB. Empat puluh lima menit kemudian mencit diinjeksi natrium tiopental (dosis 45,5 mg/kgBB) dan dilakukan pengamatan lama tidur mencit. Data perpanjangan waktu tidur mencit dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas variansi, dilanjutkan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki efek antistres. Efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000; 5040; 6350; dan 8000 mg/kgBB setara dengan efek antistres dizepam dosis 0,260; 0,445; dan 0,760 mg/kgBB. Dosis terapi yang digunakan adalah 4000 mg/kgBB.

Kata kunci : ekstrak etanol daun pandan wangi, natrium tiopental, perpanjangan waktu tidur mencit


(13)

ABSTRACT

Stress is body’s response to a stresor and may alter body’s homeostasis. Diseases may occur because of stress and therefore it needs to be treatened. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) had been used empirically as an CNS depresant for its leave contain linalool. The object of this study was to proof the antistres effect of ethanol extract of pandan wangi leave and the therapeutic dose.

The experimental study was conducted according to randomized complete design using the modified narcosis potentiation method. The experimental subjects were 54 male mice (Swiss strain, 2-3 months old, 20-30 gram body weight) divided randomly into 9 groups, 6 mice each group. Each group were given with a different treatment, i.e. : group I as the negative control using aquadest (16,667 mg/kgBW), group II, III, IV, and V were the positive controls using diazepam 0,260 mg/kgBW; 0,445 mg/kgBW; 0,760 mg/kgBW; and 1,300 mg/kgBW, group VI, VII, VIII, and IX were the ethanol extract of pandan wangi leave groups with 4000 mg/kgBW; 5040 mg/kgBW; 6350 mg/kgBW; and 8000 mg/kgBW doses. Fourty five minutes after, all mice were injected with sodium thiopental (45,5 mg/kgBW) and the mice’s sleep time were observed. The antistres effect was observed from mice’s prolonged sleep time, the data were analyzed by Kolmogorov-Smirnov test, homogeneity of variances test, one way Anova and Scheffe test at 95% significant level.

The result of the experimental shows that ethanol extract of pandan wangi leave have an antistres effect. The effect of ethanol extract of pandan wangi leave at 4000 mg/kgBW; 5040 mg/kgBW; 6350 mg/kgBW; and 8000 mg/kgBW was equal to diazepam at 0,260; 0,445; and 0,760 mg/kgBW. The terapeutic dose was 4000 mg/kgBW.

Key word : pandan wangi’s leaves ethanol extract, sodium thiopental, mice’s prolonged sleep time


(14)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… HALAMAN PENGESAHAN ………... HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. PRAKATA ……… PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. INTISARI ……….. ABSTRACT ………... DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ………

DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB I. PENGANTAR ………..

A. Latar Belakang ……… 1. Perumusan masalah ……… 2. Keaslian penelitian ………. 3. Manfaat penelitian ………

a. Manfaat teoritis ……….. b. Manfaat praktis ……… B. Tujuan Penelitian ………..

ii iii iv v vi viii ix x xi xvi xvii xviii 1 1 2 2 3 3 3 3 xi


(15)

1. Tujuan umum ………

2. Tujuan khusus ………

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………. A. Uraian tentang Tanaman ………

1. Keterangan botani ……….. 2. Morfologi tanaman ………

3. Nama daerah ………..

4. Sinonim ………

5. Kandungan senyawa ………..

6. Khasiat ………..

7. Linalool ………..

a. Kimia ………

b. Mekanisme kerja ………...

B. Ekstrak ……….

1. Ekstrak ………

2. Perkolasi ……….

C. Stres ………

D. Obat Susunan Saraf Pusat ………. E. Hipnotik Sedatif ………..

1. Obat hipnotik sedatif ………. 2. Uji efek antistres ………..

3. Diazepam ……….

3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 7 7 8 9 13 15 15 16 17 17

a. Kimia ………..


(16)

b. Farmakologi klinik ……… c. Mekanisme kerja ………..

d. Farmakokinetika ………

e. Biotransformasi ………

f. Indikasi ……….

g. Kontraindikasi ……….. h. Efek samping ……….. i. Interaksi obat ……… 4. Natrium tiopental ……….

a. Kimia ……….

b. Farmakologi klinik ……… c. Mekanisme kerja ………..

d. Farmakokinetika ………

e. Biotransformasi ………

f. Indikasi ……….

g. Kontraindikasi ……….

h. Efek samping ……….

i. Interaksi obat ……… F. Landasan Teori ………. G. Hipotesis ………. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……… A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……….. B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ………..

18 18 19 20 20 21 21 22 22 22 23 23 23 24 24 24 25 25 26 27 28 28 28 xiii


(17)

1. Variabel utama ……… 2. Variabel pengacau terkendali ……… C. Bahan yang Digunakan ……….

1. Bahan tanaman ………

2. Subyek uji ……….

3. Bahan-bahan kimia ………. D. Alat yang Digunakan ……… E. Tata Cara Penelitian ………

1. Identifikasi tanaman ………. 2. Pengumpulan bahan ……….

3. Pengeringan ……….

4. Pembuatan serbuk ……… 5. Pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi ……….. 6. Penetapan peringkat dosis ekstrak etanol daun pandan wangi ………… 7. Penetapan peringkat dosis diazepam ……….. 8. Pengenceran larutan diazepam ……….. 9. Penetapan dosis aquades …………..……….. 10. Penetapan dosis natrium tiopental ……… 11. Pembuatan larutan natrium tiopental ……… 12. Perlakuan hewan uji ……… 13. Penentuan efek antistres ……….. F. Tata Cara Analisis Hasil ……….. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….

28 28 29 29 29 29 30 30 30 31 31 31 31 34 34 35 35 35 36 36 37 39 40 xiv


(18)

A. Hasil Identifikasi Tanaman ……….. B. Pengumpulan, Pengeringan, Pembuatan Serbuk, dan Hasil

Ekstraksi Serbuk ……… C. Hasil Uji Efek Antistres ………. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………

A. Kesimpulan ………

B. Saran ……….

DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN ………..……. BIOGRAFI PENULIS ………..

40

40 44 53 53 53 54 58 71


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Hasil rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit ……….….. Tabel II. Hasil Anova satu arah perpanjangan waktu tidur mencit ………… Tabel III. Hasil uji Scheffe perpanjangan waktu tidur mencit ……….

46 50 51


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur kimia linalool ………. Gambar 2. Stres dan sistem endokrin ……… Gambar 3. Struktur kimia diazepam ………..………. Gambar 4. Skema reseptor GABAA ... Gambar 5. Skema biotransformasi diazepam ... Gambar 6. Struktur kimia natrium tiopental ………..…. Gambar 7. Skema pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi ……… Gambar 8. Skema pengujian efek antistres ……… Gambar 9. Grafik rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit ……….. Gambar 10. Grafik rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit ± 2SE ……… Gambar 11. Foto tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifoliusRoxb.) …. Gambar 12. Foto ekstraksi daun pandan wangi secara perkolasi ……… Gambar 13. Foto ekstrak etanol daun pandan wangi ……… Gambar 14. Foto pelaksanaan uji efek antistres ……….

6 12 18 19 20 22 33 38 47 48 67 68 69 70


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat pengesahan identifikasi ………. Lampiran 2. Data orientasi dosis natrium tiopental ……….……….. Lampiran 3. Data perpanjangan waktu tidur mencit ………. Lampiran 4. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov ………. Lampiran 5. Hasil uji homogenitas variansi ……….…………. Lampiran 6. Hasil uji Anova satu arah ……….……… Lampiran 7. Hasil uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95% ……… Lampiran 8. Foto tanaman pandan wangi (Pandanus amryllifolius Roxb.) ... Lampiran 9. Foto ekstraksi daun pandan wangi secara perkolasi ……… Lampiran 10. Foto ekstrak etanol daun pandan wangi ……… Lampiran 11. Foto pelaksanaan uji efek antistres ……….

58 59 60 62 63 64 65 67 68 69 70


(22)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Perubahan pola hidup manusia Indonesia akibat adanya perubahan lingkungan sekitar memberikan tuntutan yang lebih hebat untuk dipenuhi, apabila terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan dengan kemampuan pribadi untuk mengatasinya maka akan berdampak pada kondisi stres (Bishop, 1994). Stres merupakan suatu bentuk kecemasan (Rang, Dale, Ritter, and Moore, 2003) dan juga penjumlahan reaksi biologis terhadap setiap rangsangan yang merugikan, fisik, mental, atau emosional, internal atau eksternal, yang cenderung mengganggu homeostasis organisme (Anonim, 1995 b). Stres memicu sekresi kortikosteroid, epinefrin dan norepinefrin secara berlebihan sehingga bila kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit (Nevid, Rathus, and Greene, 2003) maka stres harus diobati.

Masyarakat sejak jaman dahulu telah menggunakan berbagai macam tanaman untuk memberi efek menenangkan sehingga stres dapat diobati. Salah satu tanaman yang telah digunakan berdasarkan pengalaman untuk mengatasi kegelisahan adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) (Dalimartha, 1999). Daun pandan wangi mengandung zat aktif linalool (Katzer, 2001) dimana senyawa ini telah dibuktikan memiliki efek depresan pada SSP melalui mekanisme inhibisi pada reseptor NMDA (Silva, Elisabetsky, and Souza, 2001).


(23)

Kelebihan penggunaan daun pandan wangi sebagai obat antistres terletak pada ketersediaan simplisia yang melimpah di negara Indonesia.

Kebenaran ilmiah mengenai khasiat daun pandan wangi belum dapat dipastikan sehingga penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi secara praklinik pada mencit jantan.

1. Perumusan masalah

a. Apakah benar ekstrak etanol daun pandan wangi mempunyai efek antistres pada mencit jantan?

b. Seberapa besar efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi?

c. Berapakah dosis ekstrak etanol daun pandan wangi yang dapat menimbulkan efek antistres pada mencit jantan?

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang pernah dilakukan yaitu studi pengaruh infusa daun pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro menggunakan metode spektro serapan atom (Rahardjo, 2003), dan studi daya melarutkan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro (Ni Putu, 2007) sedangkan penelitian tentang efek antistres ekstrak etanol daun pandan sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan.


(24)

3. Manfaat penelitian

a.Manfaat teoritis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang farmasi terutama yang berkaitan dengan penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan suatu penyakit.

b.Manfaat praktis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang khasiat ekstrak etanol daun pandan wangi sebagai antistres dan dosis terapinya.

B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ilmiah tentang manfaat daun pandan wangi sebagai tanaman obat.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi, mengetahui seberapa besar efek antistres yang dimiliki dan besar dosis terapinya.


(25)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Uraian tentang Tanaman 1. Keterangan botani

Famili : Pandanaceae

Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb. (Dalimartha, 1999) 2. Morfologi tanaman

Perdu tahunan, tinggi 1-2 m. Batang bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Daun tunggal, duduk, dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40-80 cm, lebar 3-5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4-7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga (Dalimartha, 1999). Permukaan daun yang atas lebih mengkilap daripada permukaan daun yang bawah (Anonim, 1989).

3. Nama daerah

Sumatera : seuke bangu, seuke musang, pandan jau, pandang bebau, pandan harum, pandan musang. Jawa: pandan rempai, pandan wangi, pandan rampe, pandan sungit, pandan wangi, pandan room. Nusa Tenggara : pandan


(26)

arum, hena sina, bonak. Sulawesi: pondang, pona, pondango, pandang bunga. Maluku: keke moni, hao moni, keker moni, pondak, pondaki, pudaka, pondak (Anonim, 1986 a).

4. Sinonim

Pandanus odorus Ridl., Pandanus latifolius Hassk., Pandanus hasskarlii Merr. (Dalimartha, 1999).

5. Kandungan senyawa

Daun pandan wangi mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna (Dalimartha, 1999). Selain itu juga mengandung minyak menguap (Anonim, 1989). Penelitian lain membuktikan adanya senyawa-senyawa berikut beserta konsentrasinya : stirena 0,62 ppb; formiltifen 0,76 ppb; linalool 0,29 ppb; β-caryofilen 0,55 ppb; β-farnesen 0,18 ppb; 1,2-dimetoksibenzen 0,15 ppb dan β-selinen 1,24 ppb (Katzer, 2001).

6. Khasiat

Daun pandan wangi berkhasiat untuk mengatasi lemah saraf (neurasthenia), tidak nafsu makan, rematik, pegal linu, sakit disertai gelisah, rambut rontok, menghitamkan rambut, dan ketombe (Dalimartha, 1999). Heyne (1950) juga menyebutkan bahwa rampe yang diseduh air mendidih kemudian didinginkan dapat dipakai sebagai obat minum maupun obat luar bagi orang-orang sakit yang gelisah.

7. Linalool a.Kimia.


(27)

Nama kimia : 3,7-Dimetil-1,6-oktadien-3-ol BM : 154,25

Titik didih : 198-200ºC

Kelarutan : tidak larut dalam air

larut dalam alkohol (Anonim, 2001) Aktifitas : hipnotik sedatif (Duke, 2007) Struktur kimia linalool adalah :

OH

Gambar 1. Struktur kimia linalool (Anonim, 2001)

b.Mekanisme kerja. Linalool adalah senyawa monoterpen yang merupakan komponen utama minyak atsiri beberapa spesies tumbuhan aromatik (Silva, et al., 2001). Salah satu minyak atsiri yang mengandung linalool adalah minyak lavender (Lavandula officinalis [L. angustifolia]) yang telah diteliti efek antiansietasnya melalui uji konflik Geller dan uji konflik Vogel. Minyak lavender dibuktikan memiliki efek antiansietas karena dapat memberikan hasil yang bermakna pada kedua uji tersebut. Uji yang sama kemudian dilakukan pada linalool dan diperoleh hasil yang bermakna pada kedua uji tersebut sehingga disimpulkan bahwa linalool merupakan komponen utama yang aktif secara farmakologi, yang berperan dalam efek antiansietas minyak lavender (Umezu, 2004).


(28)

Penelitian lain terhadap senyawa tunggal linalool dilakukan untuk mengetahui mekanisme aksi depresan linalool. Penelitian dilakukan dengan mengamati efek linalool terhadap pengikatan [(3)H]MK801 (antagonis NMDA) dan [(3)H]muscimol (agonis GABAA) pada membran kortikal tikus. Linalool

menunjukkan adanya inhibisi non-kompetitif tergantung dosis terhadap pengikatan [(3)H]MK801 tetapi tidak menunjukkan adanya efek terhadap pengikatan [(3)H]muscimol. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menyatakan bahwa aksi depresan linalool disebabkan karena adanya interaksi langsung dengan kompleks reseptor NMDA (Silva, et al., 2001). Kompleks reseptor NMDA merupakan kelompok reseptor yang tergolong dalam reseptor glutamat ionotropik, suatu reseptor untuk neurotransmitter pemicu (excitatory) (Ikawati, 2006).

B.Ekstrak 1. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995 a).

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi


(29)

dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas (Anonim, 1995 a).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang dipakai untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedang sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986 b).

Ekstraksi secara perkolasi dilakukan dengan cara sebagai berikut : basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring (Anonim, 1979).


(30)

C.Stres

Istilah stres digunakan untuk menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sumber stres disebut stresor. Stresor menyangkut faktor-faktor psikologis seperti ujian sekolah, masalah hubungan sosial, dan perubahan hidup seperti kematian orang tercinta, perceraian, atau pemutusan hubungan kerja (PHK). Stresor menyangkut pula masalah sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas dan faktor lingkungan fisik seperti kebisingan dan suhu udara yang terlalu panas atau dingin. Istilah stres perlu dibedakan dengan istilah distres. Istilah distres mengacu pada penderitaan fisik atau mental. Dalam batas tertentu stres sehat untuk diri kita, stres membantu kita untuk tetap aktif dan waspada. Akan tetapi stres yang sangat kuat atau berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasi dan menyebabkan distres emosional seperti depresi atau kecemasan, atau keluhan fisik seperti kelelahan dan sakit kepala (Nevid et al., 2003).

Respon yang diberikan setiap organisme terhadap adanya stimulus (stresor) dinamakan General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri dari tiga fase. Fase pertama disebut kegelisahan, yaitu ketika organisme mempersiapkan diri untuk melawan ancaman. Selama fase ini, saraf simpatik teraktifkan dan aktifitas adrenalis meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, dan tubuh disiapkan untuk bergerak. Jika organisme dapat bertahan dari ancaman terdahulu, maka ancaman berikutnya akan membawa organisme masuk dalam fase dua yaitu fase bertahan. Selama fase ini organisme akan terus melawan, menggunakan segala macam mekanisme pertahanan yang tersedia termasuk


(31)

penggunaan energi tubuh yang berlebihan. Seandainya ancaman muncul terus menerus pada jangka waktu yang relatif lama, maka organisme memasuki fase ketiga, yaitu fase keletihan. Organisme yang berada pada fase ini akan kehabisan sumber tenaga untuk melawan ancaman dan menjadi rentan terhadap luka fisiologis serta penyakit. Beberapa penyakit yang dikarenakan oleh habisnya tenaga untuk melawan ancaman ini dinamakan penyakit adaptasi (disease of adaptation) (Bishop, 1994).

Stres dapat diukur dengan beberapa cara antara lain : 1. Pengukuran self-report

Merupakan metode yang paling sering digunakan karena mudah dalam memberi penilaian.

2. Pengukuran prestasi

Didasarkan pada efek nyata stres dimana seseorang sulit untuk memberikan hasil yang baik ketika dia berada pada situasi yang penuh tuntutan.

3. Pengukuran fisiologi

Pengukuran dilakukan pada peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan respirasi, atau perubahan daya tahan kulit terhadap arus listrik (Galvanic Skin Response) sebagai hasil adanya aktifasi saraf simpatik.

4. Pengukuran biokimia

Stres juga mempunyai dampak yang penting terhadap sistem endokrin, yaitu adanya peningkatan sekresi kortikosteroid oleh korteks adrenal dan katekolamin oleh medula adrenalis. Peningkatan jumlah hormon ini dapat dideteksi pada darah dan urin melalui serangkaian uji. (Bishop, 1994)


(32)

Stres juga merupakan suatu fenomena psikofisiologik (Bishop, 1994). Stres mempunyai efek domino dalam sistem endokrin, yaitu sebuah sistem tubuh yang berupa kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon, langsung ke saluran darah. Sistem endokrin yang terdiri dari kelenjar-kelenjar mendistribusikan hormon ke seluruh tubuh (Nevid et al., 2003).

Beberapa kelenjar endokrin terlibat dalam respon tubuh terhadap stres. Pertama, hipotalamus, suatu struktur kecil di otak, melepas suatu hormon yang menstimulasi kelenjar pituitari di dekatnya untuk menghasilkan hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH selanjutnya menstimulasi kelenjar adrenal yang berlokasi di atas ginjal. Di bawah pengaruh ACTH, lapisan terluar kelenjar adrenal yang disebut korteks adrenal melepas sejumlah steroid. Kortikol steroid ini (disebut juga kortikosteroid) merupakan hormon yang mempunyai sejumlah fungsi yang berbeda-beda dalam tubuh. Hormon ini mendorong perlawanan terhadap stres, membantu perkembangan otot dan menyebabkan hati melepaskan gula, yang merupakan tenaga dalam menghadapi stresor (Nevid et al., 2003).

Cabang simpatis dari susunan saraf otonom menstimulasi lapisan dalam dari kelenjar adrenal, medula adrenalis, untuk melepas katekolamin, yaitu epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin). Zat ini berfungsi sebagai hormon setelah terlepas di dalam aliran darah. Norepinefrin juga diproduksi di sistem saraf dan berfungsi sebagai neurotransmiter. Gabungan epinefrin dan norepinefrin menggerakkan tubuh menghadapi stresor dengan meningkatkan kerja jantung dan menstimulasi hati untuk melepaskan persediaan gula menjadi tenaga (Nevid et al., 2003).


(33)

Hormon-hormon stres yang diproduksi oleh kelenjar adrenal membantu tubuh menyiapkan diri mengatasi stresor atau ancaman. Apabila stresor sudah terlewati, tubuh kembali ke keadaan normal. Efek kortikosteroid tidak mengganggu bila terlepas secara periodik, akan tetapi sekresi yang terus-menerus terjadi menurunkan fungsi kekebalan tubuh dengan cara mengganggu produksi antibodi. Melemahnya sistem kekebalan tubuh membuat kita rentan terhadap penyakit umum seperti demam dan flu, dan meningkatkan risiko berkembangnya penyakit kronis, termasuk kanker. Gangguan fisik lain yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi faktor psikologis, disebut psikosomatis atau psikofisiologis, bentuknya mulai dari asma, sakit kepala sampai penyakit kardiovaskuler (Nevid et al., 2003).

Sistem Simpatoadreno- Stres Sistem Hipotalamik-

medulari pituitari-adrenokortikal

Hipotalamus Sistem saraf simpatik

kelenjar pituitari

Sekresi epinefrin dan norepinefrin Sekresi kortikosteroid oleh korteks

oleh medula adrenalis adrenal

- peningkatan aktivitas jantung - peningkatan pelepasan energi

- peningkatan respirasi - penekanan respon inflamatori

- peningkatan perspirasi - penekanan respon imun

- pengalihan darah ke otot - stimulasi aktifitas mental - peningkatan metabolisme

Gambar 2. Stres dan sistem endokrin (Bishop, 1994)

Sejumlah neurotransmiter berpengaruh pada reaksi kecemasan, termasuk asam gama-aminobutirat (GABA). GABA adalah neurotransmiter yang meredakan aktifitas berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam respon-respon stres. Bila aksi GABA tidak cukup, neuron-neuron dapat berfungsi


(34)

berlebihan, kemungkinan menyebabkan kejang-kejang. Dalam kasus-kasus yang kurang dramatis, kurangnya aksi GABA dapat meningkatkan keadaan kecemasan. Pandangan tentang peran GABA ini didukung oleh penemuan bahwa orang dengan gangguan panik menunjukkan taraf GABA yang lebih rendah di beberapa bagian otak. Kita tahu juga bahwa kelompok benzodiazepin membuat reseptor GABA menjadi lebih sensitif, dengan demikian meningkatkan efek menenangkan dari GABA (Nevid et al., 2003).

D.Obat Susunan Saraf Pusat

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas susunan saraf pusat secara spesifik atau secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat lain, sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif merupakan penghambat SSP yang bersifat umum sehingga takar lajak yang berat selalu disertai koma. Pembagian obat dalam kelompok yang merangsang dan kelompok yang menghambat SSP tidak tepat, karena psikofarmaka misalnya menghambat fungsi bagian SSP tertentu dan merangsang bagian SSP yang lain. Alkohol adalah penghambat SSP tetapi dapat memperlihatkan efek perangsangan, sebaliknya perangsangan SSP dosis besar selalu disertai depresi pasca perangsangan (Ganiswarna, Setiabudy, Suyatna, Purwantiastuti, dan Nafrialdi, 1995).


(35)

Klasifikasi obat yang efek utamanya terhadap SSP berdasarkan atas usulan WHO pada tahun 1967 adalah :

1. Agen anestetik

Definisi : obat yang digunakan untuk menghasilkan anestesi pembedahan 2. Ansiolitik dan sedatif

Sinonim : hipnotik, sedatif, transkuiliser minor

Definisi : obat yang menyebabkan tidur dan mengurangi kecemasan 3. Antipsikotik

Sinonim : obat neuroleptik, obat antiskizofrenia, transkuiliser mayor

Definisi : obat yang berefek meringankan gejala-gejala penyakit skizofrenia 4. Antidepresan

Sinonim : timoleptik

Definisi : obat yang berefek menghilangkan gejala-gejala penyakit depresif 5. Analgesik

Definisi : obat yang secara klinis digunakan untuk mengatur rasa nyeri 6. Stimulan psikomotor

Sinonim : psikostimulan

Definisi : obat yang menyebabkan kondisi terjaga penuh dan euforia 7. Psikomimetik

Sinonim : halusinogen

Definisi : obat yang menyebabkan terganggunya persepsi (terutama halusinasi visual) dan tingkah laku (Rang, et al., 2003)


(36)

E. Hipnotik Sedatif 1. Obat hipnotik sedatif

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktifitas, menurunkan respon terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (Wiria dan Handoko, 1995).

Obat sedatif berpengaruh dengan cara menekan reaksi terhadap rangsangan, terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat sedangkan hipnotik menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan yang disertai penurunan reflek sehingga kadang-kadang kehilangan tonus otot. Sedatif apabila diberikan dalam dosis besar akan memberi efek sebagai hipnotik (Djamhuri, 1990).

Pada hewan percobaan istilah hipnotik digunakan untuk suatu tingkat tekanan sentral obat yang menginduksi ketidaksadaran berkaitan dengan hilangnya kekuatan otot dan reflek balik badan. Banyak tes farmakologi didasari pada potensiasi induksi waktu tidur oleh barbiturat atau agen sedatif lainnya (Vogel, 2002).

Kelompok utama dari obat hipnotik sedatif adalah sebagai berikut : a. Benzodiazepin, kelompok agen hipnotik dan ansiolitik yang paling penting.


(37)

b. Buspirone, agonis reseptor 5-HT1A yang bekerja sebagai agen ansiolitik tetapi

tidak menimbulkan efek sedasi.

c. Antagonis β-adrenoreseptor, digunakan untuk mengobati berbagai bentuk kecemasan, terutama yang menimbulkan gejala fisik seperti berkeringat, termor dan takikardi. Efek yang diperoleh bergantung pada blokade respon simpatik perifer daripada efek sentralnya.

d. Barbiturat, pemakaiannya sekarang terbatas pada anestesi dan perawatan epilepsi.

e. Obat-obat lainnya yang tidak lagi direkomendasikan penggunaannya seperti kloral hidrat, meprobamat, dan metaqualon. Antihistamin sedatif seperti difenhidramin terkadang digunakan sebagai pil tidur terutama bagi anak kecil yang suka terbangun (Rang et al., 2003).

2. Uji efek antistres

Uji efek antistres menurut Anonim (1991) dilakukan dengan metode depresan atau potensiasi narkose dengan prosedur sebagai berikut :

Sebelum diberi obat, semua mencit ditimbang. Pada saat pemberian obat atau pada waktu T = 0, sediaan uji diberikan per oral dengan volume 0,2 ml/10 g bobot badan kepada mencit kelompok uji. Secara simultan pemberian obat pembanding diberikan dengan rute dan volume yang sama kepada kelompok pembanding. Kelompok kontrol hanya menerima vehikulumnya. Pada T = 45 menit setelah pemberian di atas, kepada semua mencit diberikan obat pentobarbital, dosis 45 mg/kg bobot secara intraperitoneal dengan volume 0,1 ml/10 g bobot badan. Selesai penyuntikan, diamati saat masing-masing mencit


(38)

mulai tidur, yaitu hilangnya refleks pemulihan posisi tubuh yang dicatat sebagai waktu induksi tidur untuk tiap mencit (waktu induksi tidur adalah waktu yang berlangsung sejak penyuntikan hipnotik hingga saat mencit mulai tidur). Pada saat ini mencit dites. Telentangkan mencit dalam bejana pengamatan tepat di tengahnya yang telah diberi alas kapas dan dipanasi dengan lampu. Dicatat kemudian waktu dalam menit saat muncul kembali refleks pemulihan posisi tubuh dan bergerak meninggalkan pusat bejana. Lama tidur mencit adalah sejak saat terjadi induksi tidur sampai saat munculnya kembali refleks pemulihan posisi tubuh normal.

3. Diazepam a.Kimia.

Rumus molekul : C16H13ClN2O

Nama kimia : 7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H- 1,4-benzodiazepin-2-on

BM : 284,75

pKa : 3,4 merupakan senyawa asam lemah

Kelarutan : larut dalam kloroform, benzen, aseton, alkohol


(39)

Struktur kimia diazepam adalah :

Cl

N CH3

O

N

Gambar 3. Struktur kimia diazepam (Anonim, 2001)

b.Farmakologi klinik. Semua senyawa benzodiazepin memperlihatkan efek berikut :

1) Menurunkan ansietas : pada dosis rendah, benzodiazepin bersifat ansiolitik. Diperkirakan dengan menghambat secara selektif saluran neuron pada sistem limbik otak.

2) Bersifat sedatif dan hipnotik : semua benzodiazepin yang digunakan untuk mengobati ansietas juga mempunyai efek sedatif. Pada dosis yang lebih tinggi, benzodiazepin tertentu menimbulkan hipnosis (tidur yang terjadinya secara artifisial).

3) Antikonvulsan : beberapa benzodiazepin bersifat antikonvulsan dan digunakan untuk pengobatan epilepsi dan gangguan kejang lainnya.

4) Pelemas otot : benzodiazepin melemaskan otot skelet yang spastik, barangkali dengan cara meningkatkan inhibisi presinaptik dalam sumsum tulang (Mycek Harvey and Champe, 1997).

c.Mekanisme kerja. Rang et al. (2003) menjelaskan bahwa diazepam sebagai derivat dari benzodiazepin bekerja secara selektif pada reseptor asam


(40)

gama-aminobutirat A (GABAA) yang memerantarai penghambatan transmisi

sinaptik yang cepat melalui susunan saraf pusat (SSP). Diazepam secara spesifik terikat pada tempat ikatan alosterik dan meningkatkan afinitas GABA pada reseptornya sehingga terjadi peningkatan frekuensi pembukaan kanal klorida.

Gambar 4. Skema reseptor GABAA (Anonim, 2007 b)

d.Farmakokinetika.

1)Absorbsi dan distribusi. Diazepam bersifat lipofilik dan pada pemberian oral akan diabsorbsi 100% dengan cepat. Puncak konsentrasi plasma dicapai setelah 15-90 menit pada orang dewasa dan 15-30 menit pada anak-anak; puncak konsentrasi plasma sekunder dicapai dalam 6-12 jam setelah pemberian, mungkin disebabkan oleh resirkulasi enteropati. Volume distribusinya 1,1 l/kg dan terikat pada protein plasma sebesar 98-99% (Dollery, 1999).

2)Eliminasi. Diazepam mempunyai waktu paruh sebesar 20-100 jam. Termetabolisme dalam hati, menghasilkan tiga metabolit aktif : N-desmetildiazepam (nordiazepam), oksazepam dan temazepam. Organ ekskresi


(41)

utama adalah ginjal tetapi juga ditemukan dalam air susu dan dapat melintasi plasenta dengan mudah (Dollery, 1999).

e.Biotransformasi. Tiga jalur biotransformasi utama diazepam yang telah diketahui adalah N-demetilasi, hidroksilasi dan konjugasi asam glukuronat. Diazepam akan termetabolisme menjadi N-desmetildiazepam yang memiliki kesamaan sifat farmakologi dengan diazepam kecuali waktu paruhnya yang lebih panjang. N-desmetildiazepam kemudian mengalami hidroksilasi dan diubah menjadi oksazepam yang juga aktif tetapi waktu paruhnya relatif lebih pendek karena akan terkonjugasi dengan asam glukuronat dan terekskresi dalam urin. Metabolit aktif ketiga, temazepam, merupakan produk hidroksilasi dari diazepam yang langsung terkonjugasi dengan asam glukuronat dan terekskresi dalam urin (Dollery, 1999).

Cl

N CH3 O

N Cl H N O N Cl H N O N Cl N CH3 O

N

OH

OH

Diazepam N-desmetildiazepam Oksazepam

Temazepam

Asam glukuronat Konjugasi

Asam glukuronat Konjugasi

Gambar 5. Skema biotransformasi diazepam (Dollery, 1999) f. Indikasi. Indikasi diazepam adalah sebagai berikut :


(42)

2) pengobatan ketergantungan alkohol akut 3) membantu meredakan kejang otot skeletal 4) basal sedasi

5) pengobatan keadaan epilepsi dan keadaan kejang lainnya 6) keadaan eksitasi seperti kecemasan akut

7) premedikasi untuk prosedur pembedahan (Dollery, 1999) g.Kontraindikasi. Diazepam dikontraindikasikan untuk : 1) penderita hipersensitif terhadap benzodiazepin

2) penderita myasthenia gravis 3) bayi (Dollery, 1999)

h.Efek samping. Efek samping dari diazepam adalah sebagai berikut : 1) depresi pernapasan dan tekanan darah menurun, terutama setelah pemberian

iv, dan pada pernapasan yang cacat

2) amnesia anterograd (misalnya pada waktu terbangun di malam hari) 3) reaksi paradoks dengan ketegangan akut, dan gangguan tidur

4) kebingungan, pusing, gangguan koordinasi, sakit kepala, mual, muntah, obstipasi peningkatan relaksasi otot pada myasthenia gravis

5) nafsu makan meningkat, libido menurun, gangguan ovulasi

6) sindrom ketagihan, seperti tidak bisa tidur, gelisah, dan sebagainya setelah penghentian terapi

7) karena melewati plasenta, maka bagi bayi yang baru lahir mengalami relaksasi otot, gangguan pernapasan dan menghisap, hipotermia, dan hipotensi (Widodo, 1993).


(43)

i.Interaksi obat. Interaksi diazepam dengan obat lain yang telah diketahui adalah sebagai berikut :

1) peningkatan efek oleh obat-obat penekan saraf pusat lain dan alkohol

2) eliminasi dihambat oleh simetidin, disulfiram, INH, kontrasepsi oral dan sebagainya

3) eliminasi dipercepat oleh rifampisin dan obat penginduksi enzim yang lain (Widodo, 1993).

4. Natrium tiopental a.Kimia.

Rumus molekul : C11H17N2NaO2S

Nama kimia : Garam mononatrium dari 5-etildihidro-5-(1-metilbutil)-2- tiokso-4,6(1H,5H)-pirimidindion

BM : 264,32

Kelarutan : larut dalam air dan alkohol

tidak larut dalam eter, benzen, petroleum eter

(Anonim, 2001) Struktur kimia natrium tiopental adalah :

N

NH

SNa

O

O

CH

3

CH

2

CH

CH

3

CH

3

CH

2

CH

2


(44)

b.Farmakologi klinik. Dosis natrium tiopental yang cukup dapat menginduksi anestesi setelah 1 menit pemberian. Kehilangan kesadaran biasanya berlangsung dengan tenang walaupun kadang terjadi gerakan otot spontan. Level plasma yang dibutuhkan untuk anestesi pada pasien yang sehat kurang lebih sebesar 40 µg/l dengan konsentrasi obat bebas untuk anestesi pembedahan sekitar 6 µg/l (Dollery, 1999).

Pada dosis rendah, barbiturat menghasilkan sedasi (efek menenangkan, mengurangi eksitasi). Pada dosis tinggi, obat menyebabkan hipnosis, diikuti oleh anestesia (kehilangan rasa atau sensasi) dan akhirnya koma dan mati. Jadi, semua tingkat depresi SSP mungkin terjadi, tergantung pada dosis (Mycek et al., 1997).

c.Mekanisme kerja. Natrium tiopental meningkatkan penghambatan transmisi sinaptik yang diperantarai oleh kerja GABA pada reseptor GABAA

dengan cara meningkatkan afinitas ikatannya sehingga memperpanjang waktu pembukaan kanal klorida. Natrium tiopental juga memperkuat pengikatan benzodiazepin terhadap reseptor GABAA (Hardman and Limbird, 2001).

d.Farmakokinetika.

1)Absorbsi dan distribusi. Natrium tiopental terikat kuat pada protein plasma, derajat pengikatannya (50-80%) dipengaruhi oleh pH plasma atau jaringan dan konsentrasi obat. Karena bersifat lipofilik bentuk molekul bebas tiopental secara cepat melintasi sawar darah otak dan perubahan EEG dapat dideteksi dalam 15-18 detik. Otak tetap menerima obat hingga 30-60 detik kemudian dan setelah itu konsentrasi obat dalam pembuluh vena eferen akan melebihi konsentrasi dalam pembuluh arteri sehingga konsentrasi dalam otak menurun. Distribusi akan


(45)

berjalan dari jaringan kaya lemak (termasuk otak) ke jaringan yang kurang berlemak dengan volume distribusi sebesar 2,5 l/kg (Dollery, 1999).

2)Eliminasi. Waktu paruh natrium tiopental berkisar antara 4-12 jam dan klirensnya adalah 3,4 ml/kg.menit (Dollery, 1999).

e.Biotransformasi. Metabolisme natrium tiopental utamanya oleh hati. Reaksi eliminasi berjalan lambat tetapi hampir sempurna oleh oksidasi rantai samping 1-metil-butil menjadi metabolit inaktif (Dollery, 1999).

f. Indikasi. Indikasi natrium tiopental adalah sebagai berikut : 1) agen antikonvulsan

2) induksi anestesi umum

3) untuk menjaga kondisi anestesi umum

4) mencegah dan mengobati iskemik otak (Dollery, 1999).

g.Kontraindikasi. Natrium tiopental dikontraindikasikan bagi : 1) pasien porfiria

2) perut dalam keadaan penuh

3) tidak adanya alat yang dapat digunakan untuk menyadarkan pasien 4) tidak cukupnya ruang bernapas bagi pasien

5) kurangnya fasilitas untuk pemulihan atau petugas untuk merawat pasien rawat jalan

6) pasien yang kehilangan darah atau mengalami hipovolemia 7) pasien uremia

8) pasien dengan sejarah asma yang parah


(46)

h.Efek samping. Beberapa efek samping penggunaan barbiturat menurut Mycek et al. (1997) :

1) SSP : barbiturat menyebabkan mengantuk, konsentrasi terganggu dan kelesuan mental dan fisik.

2) “Hangover” obat : barbiturat dalam dosis hipnotik menimbulkan perasaan lesu setelah pasien bangun kembali. “Hangover” obat ini menyebabkan beberapa fungsi tubuh yang normal terganggu beberapa jam setelah pasien terbangun. Kadang-kadang dapat terjadi mual dan pusing.

3) Perhatian : barbiturat memacu sistem P-450 dan karena itu menurunkan efek obat yang dimetabolisme oleh enzim hati ini. Barbiturat meningkatkan sintesis porfirin dan merupakan kontraindikasi pada pasien dengan porfiria intermiten akut.

4) Ketergantungan : penghentian barbiturat secara mendadak menyebabkan tremor, ansietas, lemah, gelisah, mual dan muntah, kejang, delirium dan jantung berhenti. Gejala putus obat lebih berat jika dibandingkan opiat dan dapat menimbulkan kematian.

5) Keracunan : dalam beberapa dasawarsa belakangan ini telah terjadi keracunan barbiturat pada beberapa pengguna dan menyebabkan kematian akibat overdosis. Terjadi depresi pernapasan yang hebat bersamaan dengan depresi kardiovaskular pusat, menimbulkan syok dengan pernapasan dangkal dan lambat.

i.Interaksi obat. Tidak terdapat masalah pada penggunaan dosis tunggal, tetapi bila dikehendaki dosis berganda maka induksi enzim mungkin terjadi dan


(47)

meningkatkan klirens (juga menghilangkan efek terapi) obat-obat seperti warfarin, fenitoin, antidepresan trisiklik, dan kortikosteroid. Barbiturat mempunyai efek aditif dengan depresan ssp lain mengakibatkan depresi kuat. Aspirin diketahui dapat mendesak natrium tiopental dari ikatannya dengan protein plasma tetapi hal ini tidak memberikan masalah klinik yang serius walaupun pemberian aspirin intravena sebelumnya dapat menurunkan dosis induksi (Dollery, 1999).

F. Landasan Teori

Daun pandan wangi telah digunakan berdasarkan pengalaman sejak jaman dahulu untuk mengobati stres (Dalimartha, 1999). Khasiatnya sebagai antistres didukung pula oleh identifikasi salah satu senyawa yang terkandung di dalamnya yang aktif secara farmakologi, yaitu linalool (Katzer, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al. (2001) kemudian memberikan gambaran mengenai mekanisme kerja efek depresan linalool, yakni dengan inhibisi kompleks reseptor NMDA sehingga sel saraf akan terinhibisi dan menjadi tidak dapat dirangsang. Penelitian ini juga dapat dianalogikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umezu (2004) yang mempelajari tentang efek antiansietas minyak lavender dimana disimpulkan bahwa linalool merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap efek antiansietas minyak lavender.

Pembuktian efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan dengan menggunakan metode potensiasi narkose. Ekstrak etanol daun pandan wangi akan disimpulkan mempunyai efek antistres bila mampu mempotensiasi kerja hipnotik natrium thiopental yang diberikan 45 menit kemudian.


(48)

G.Hipotesis

Ekstrak etanol daun pandan wangi mempunyai efek antistres pada mencit jantan berdasarkan pada kemampuannya untuk mempotensiasi kerja hipnotik natrium thiopental.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi pada mencit jantan ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.

B.Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel utama

a. Variabel bebas : dosis ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

Dosis ekstrak etanol daun pandan wangi adalah jumlah miligram ekstrak etanol daun pandan wangi tiap satuan kgBB subyek yang bersangkutan. b. Variabel tergantung : perpanjangan waktu tidur mencit

Perpanjangan waktu tidur mencit merupakan respon mencit jantan terhadap pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi.

2. Variabel pengacau terkendali

a. Galur subyek uji yang digunakan adalah galur Swiss. b. Berat badan subyek uji 20-30 gram.

c. Umur subyek uji 2-3 bulan.

d. Keadaan patologi subyek uji berada dalam keadaan sehat. e. Subyek uji berjenis kelamin jantan.


(50)

f. Waktu dan tempat panen daun pandan wangi.

C.Bahan yang Digunakan 1. Bahan tanaman

Tanaman yang digunakan adalah daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang dikeringkan di bawah sinar matahari langsung dengan ditutupi kain hitam selama 1 hari dan kemudian dipanaskan dalam oven 70ºC selama 30 menit. Tanaman pandan wangi yang digunakan diambil dari daerah Baledono, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada waktu sore hari.

2. Subyek uji

Subyek uji yang digunakan adalah mencit jantan galur Swiss dengan berat badan 20-30 g dan umur 2-3 bulan, diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bahan-bahan kimia

a. Bahan untuk ekstraksi adalah etanol 70% teknis (Brataco Chemika). b. Diazepam (Indo Farma), berupa larutan untuk injeksi dalam ampul dengan

konsentrasi 5 mg/ml.

c. Natrium tiopental (Pentothal®) (Abbott), berupa serbuk untuk injeksi dalam vial berisi 500 mg.

d. Aquades sebagai pelarut diazepam dan natrium tiopental yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(51)

e. CMC-Na (Brataco Chemika) sebagai pensuspensi ekstrak etanol daun pandan wangi.

D. Alat yang Digunakan

1. Seperangkat alat untuk membuat ekstrak, yaitu perkolator 2. Blender (Retsch)

3. Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunket tipe RVOS-ST ikalabortechnik) 4. Kertas saring

5. Oven (Memmert)

6. Seperangkat alat gelas seperti beaker glass, labu ukur, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, pengaduk, erlenmeyer, corong, cawan petri

7. Neraca elektrik (METTLER PM 4600 DeltaRange®) 8. Jarum suntik (Terumo®)

9. Stopwatch (Alba)

10. Styrofoam sebagai alas tidur mencit

E. Tata Cara Penelitian 1. Identifikasi tanaman

Identifikasi tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dilakukan dengan menggunakan buku pembantu identifikasi (Dalimartha, 1999). Determinasi bertujuan untuk memastikan tanaman yang digunakan adalah benar-benar pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.).


(52)

2. Pengumpulan bahan

Pengumpulan bahan dilakukan dengan mengambil daun pandan wangi segar yang berasal dari daerah Baledono, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada waktu sore hari, bulan Febuari 2007.

3. Pengeringan

Daun yang diperoleh dicuci bersih dengan air mengalir agar debu ataupun kotoran yang menempel pada daun tersebut hilang. Setelah dicuci daun dikeringkan di bawah sinar matahari langsung dengan ditutupi kain hitam, kemudian daun dipanaskan di dalam oven dengan suhu 70ºC selama 30 menit. Pengeringan dihentikan jika daun telah benar-benar kering, yang ditandai dengan mudah dipatahkan dengan tangan.

4. Pembuatan serbuk

Setelah daun pandan wangi kering kemudian diserbuk dengan menggunakan blender sampai halus dan diayak dengan ayakan tepung.

5. Pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi

Pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan dengan metode perkolasi. Cara pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi adalah serbuk daun pandan wangi ditimbang sebanyak 160 g dan direndam dalam etanol 70% selama 24 jam. Kemudian serbuk yang telah terbasahi dipindahkan ke dalam perkolator yang telah dilapisi kertas saring pada bagian tepi dan dasarnya. Serbuk dipadatkan dengan hati-hati dalam perkolator dan dituangi etanol 70% sampai terdapat selapis cairan penyari di atas serbuk.


(53)

Untuk menghindari kontaminasi oleh pengotor yang berasal dari kertas saring dan perkolator, kran perkolator dibuka dan perkolat pertama dibuang. Selanjutnya perkolat dibiarkan menetes dengan kecepatan kurang lebih 1 ml tiap menit atau setara dengan 25 tetes sambil terus ditambahkan cairan penyari yang baru sehingga selalu ada selapis cairan penyari di atas serbuk. Perkolasi dilakukan sampai perkolat tampak hampir jernih.

Perkolat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator lalu dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40ºC. didapat ekstrak etanol daun pandan wangi yang kental dan berwarna coklat kehitaman dengan bau yang khas.

Ekstrak kental ditimbang dan disuspensikan dalam CMC-Na 1% sehingga didapat konsentrasi yang diinginkan.


(54)

Skema kerja pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi sebagai berikut : Serbuk daun pandan wangi sebanyak 160 g

direndam dalam etanol 70% selama 24 jam

Serbuk yang telah terbasahi dipindahkan ke dalam perkolator

Perkolat dibiarkan menetes 1 ml/menit (setara 25 tetes) sampai hampir jernih

Cairan penyari (etanol 70%) ditambahkan secara berkesinambungan

Perkolat dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator

Dikeringkan dalam oven dengan suhu 40ºC

Ekstrak kering disuspensikan dalam CMC-Na 1%


(55)

6. Penetapan peringkat dosis ekstrak etanol daun pandan wangi

Dosis ekstrak etanol daun pandan wangi yang digunakan berasal dari hasil orientasi. Pertama-tama dicari dosis terendah yang mampu berefek antistres kemudian dosis dinaikkan sedikit demi sedikit sampai diperoleh dosis antistres tertinggi yang tidak menimbulkan kematian. Kisaran dosis yang didapat yaitu sebesar 4000 mg/kgBB sampai 8000 mg/kgBB, berdasarkan kisaran ini dapat dibuat peringkat dosis ekstrak etanol daun pandan wangi dengan increment :

increment = , dimana n adalah jumlah peringkat dosis

increment = = 1,26

Peringkat dosis ekstrak etanol daun pandan wangi yang digunakan adalah : Peringkat 1 : 4000 mg/kgBB

Peringkat 2 : 4000 mg/kgBB x 1,26 = 5040 mg/kgBB Peringkat 3 : 5040 mg/kgBB x 1,26 = 6350 mg/kgBB Peringkat 4 : 8000 mg/kgBB

7. Penetapan peringkat dosis diazepam

Dosis terapi ansietas diazepam per oral adalah 2-10 mg perhari (Kastrup, 2004) kemudian dilakukan konversi dosis antara manusia 70 kg ke mencit 20 g dengan faktor konversi 0,0026 (Laurence and Bacharach, 1964), sehingga kisaran dosis diazepam untuk mencit adalah 2 mg x 0,0026 x 1000/20 = 0,260 mg/kgBB sampai 10 mg x 0,0026 x 1000/20 = 1,300 mg/kgBB. Peringkat dosis diazepam dihitung dengan increment :


(56)

increment = = 1,71

Peringkat dosis diazepam yang digunakan adalah : Peringkat 1 : 0,260 mg/kgBB

Peringkat 2 : 0,260 mg/kgBB x 1,71 = 0,445 mg/kgBB Peringkat 3 : 0,445 mg/kgBB x 1,71 = 0,760 mg/kgBB Peringkat 4 : 1,300 mg/kgBB

8. Pengenceran larutan diazepam

Cara pengenceran larutan diazepam yaitu 0,5 ml larutan untuk injeksi diazepam konsentrasi 5 mg/ml diambil dari ampul dengan pipet ukur 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian ditambahkan aquades sampai tanda. Diperoleh larutan diazepam dengan konsentrasi 0,05 mg/ml.

9. Penetapan dosis aquades

Dosis aquades dihitung dengan rumus : D = . Volume yang digunakan adalah setengah volume maksimal pemberian secara oral yaitu 0,5 x 1 ml = 0,5 ml dan berat badan yang digunakan adalah berat badan maksimal mencit (30 g) sehingga dosis aquades adalah D = = 0,01666 mg/g = 16,667 mg/kgBB.

10.Penetapan dosis natrium tiopental

Dosis natrium tiopental sebagai induktor anestesi adalah sebesar 4-6 mg/kgBB (Dollery, 1999), karena hanya akan digunakan salah satu dosis maka dilakukan orientasi sebelumnya dan didapatkan hasil bahwa pada dosis 5 mg/kgBB data waktu induksi tidur dan waktu tidur yang didapat lebih singkat.


(57)

Dosis natrium tiopental untuk mencit 20 g adalah 5 mg/kgBB x 70 kg x 0,0026 x 1000/20 = 45,5 mg/kgBB. Hasil orientasi terlampir pada lampiran 2.

11.Pembuatan larutan natrium tiopental

Cara pembuatan larutan natrium tiopental yaitu melarutkan natrium tiopental sebanyak 500 mg dengan aquades secukupnya, kemudian ditambahkan lagi hingga diperoleh volume 100 ml. Diperoleh larutan natrium tiopental dengan konsentrasi 5 mg/ml.

12.Perlakuan hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan galur Swiss, umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 g sebanyak 54 ekor. Sebelum digunakan mencit dipuasakan selama kira-kira 16 jam dengan diberi air minum. Pemberian perlakuan dilakukan per oral, 45 menit kemudian mencit diinduksi natrium tiopental dengan jalur intraperitoneal (i.p.).

Pembagian kelompok perlakuan hewan uji, yaitu :

Kelompok I : diberi aquades sebagai kontrol negatif dosis 16,667 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Kelompok II : diberi diazepam sebagai kontrol positif dosis 0,260 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Kelompok III : diberi diazepam sebagai kontrol positif dosis 0,445 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Kelompok IV : diberi diazepam sebagai kontrol positif dosis 0,760 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB


(58)

Kelompok V : diberi diazepam sebagai kontrol positif dosis 1,300 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Kelompok VI : diberi ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Kelompok VII : diberi ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 5040 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Kelompok VIII : diberi ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 6350 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Kelompok IX : diberi ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 8000 mg/kgBB dan natrium tiopental dosis 45,5 mg/kgBB

Mencit yang telah diinduksi natrium tiopental diletakkan di dalam bejana pengamatan yang dialasi dengan styrofoam.

13.Penentuan efek antistres

Pengujian efek antistres dilakukan dengan menghitung waktu tidur masing-masing mencit dalam detik untuk tiap kelompok. Waktu tidur mencit adalah sejak saat terjadi induksi tidur sampai saat munculnya kembali refleks pemulihan posisi tubuh normal. Efek antistres dapat dilihat dari perpanjangan waktu tidur mencit yang diperoleh dengan cara menghitung selisih waktu tidur kelompok perlakuan dengan waktu tidur kelompok kontrol negatif. Apabila waktu tidur kelompok perlakuan lebih panjang daripada waktu tidur kelompok kontrol negatif maka obat tersebut mempunyai efek antistres.


(59)

Skema pengujian efek antistres dapat dilihat pada bagan berikut : Mencit dipuasakan satu hari

sebelum penelitian

Mencit dipejankan dengan aquades, diazepam atau ekstrak etanol daun pandan wangi

per oral

Empat puluh lima menit kemudian mencit diinduksi dengan natrium tiopental

melalui jalur intraperitoneal

Amati saat masing-masing mencit mulai tidur dicatat sebagai waktu induksi tidur

Amati saat munculnya kembali refleks pemulihan posisi tubuh normal

Waktu tidur masing-masing mencit dihitung

Perpanjangan waktu tidur mencit dihitung


(60)

F.Tata Cara Analisis Hasil

a. Analisis hasil dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas variansi, dilanjutkan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.

b. Aturan keputusan. Untuk uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas variansi, apabila nilai signifikansi > 0,05 (α : 5%) maka data dalam distribusi normal dan homogen. Untuk Anova satu arah, adanya perbedaan di antara kelompok perlakuan dinyatakan bermakna bila harga signifikansi (probabilitas) < 0,05 dan dinyatakan tidak bermakna bila harga probabilitas > 0,05. untuk uji Scheffe, perbedaan antar dosis dinyatakan bermakna apabila harga signifikansi (probabilitas) < 0,05 dan perbedaan dinyatakan tidak bermakna apabila harga probabilitas > 0,05 (Riwidikdo, 2007).


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Identifikasi Tanaman

Determinasi tanaman penting untuk dilakukan, langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan tidak salah dan benar-benar berasal dari spesies Pandanus amaryllifolius Roxb. Dalam penelitian ini identifikasi tanaman pandan wangi tidak didasarkan pada kunci-kunci determinasi melainkan berdasarkan Dalimartha (1999). Pemilihan acuan ini dilakukan sebab sulit diperoleh tanaman pandan wangi yang lengkap dengan bunga dan buah.

Berdasarkan pada Dalimartha (1999), dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah Pandanus amaryllifolius Roxb.

B. Pengumpulan, Pengeringan, Pembuatan Serbuk, dan Hasil Ekstraksi Serbuk

Daun pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Baledono, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada bulan Febuari 2007 dan dipetik pada waktu sore hari. Dipilih daun yang masih segar dan dipetik pada sore hari.

Tempat pemanenan diusahakan seragam karena perbedaan kondisi lingkungan tempat pemanenan dapat mempengaruhi jumlah kandungan zat aktif. Waktu pemanenan juga sangat penting untuk diperhatikan agar dapat diperoleh


(62)

jumlah kandungan zat aktif yang optimal. Daun pandan wangi seharusnya dipetik pada waktu pagi hari sebelum sinar matahari menguapkan sebagian linalool (Anonim, 2008), tetapi karena pada pelaksanaannya daun pandan wangi dipanen pada waktu sore hari maka rendemen linalool yang didapat akan menurun. Sebagian linalool masih dapat tertahan di dalam daun karena daun pandan wangi memiliki struktur yang kaku dan permukaan yang mengkilap sehingga dapat menghambat proses penguapan.

Daun yang diperoleh dicuci dengan air mengalir yang dimaksudkan untuk menghilangkan debu atau kotoran yang melekat. Setelah dicuci, daun dikeringkan di bawah sinar matahari langsung dengan ditutupi kain hitam, kemudian daun dipanaskan di dalam oven dengan suhu 70ºC selama 30 menit. Pengeringan bertujuan untuk menghindari tumbuhnya jamur dan bakteri serta menghambat kerja enzim tanaman yang dapat menimbulkan perubahan kimiawi, selain itu juga bertujuan untuk merusak membran sel sehingga permeabilitas sel terhadap zat aktif yang akan diekstrak menjadi lebih besar. Kain hitam yang digunakan berfungsi untuk menyerap sinar ultra violet karena sinar ultra violet dapat merusak kandungan zat aktif tanaman, selain itu karena warna hitam menyerap semua cahaya maka panas yang didapat tanaman akan cukup. Pengeringan dengan oven dilakukan untuk memastikan sisa-sisa kandungan air di dalam daun telah menguap. Proses pengeringan ini sebenarnya juga dapat menurunkan rendemen linalool yang diperoleh karena linalool akan ikut menguap, tetapi proses ini penting karena proses ekstraksi daun pandan wangi tidak dapat langsung dilakukan. Daun pandan wangi yang telah dipanen masih harus mengalami proses


(63)

penyimpanan sehingga dikhawatirkan daun pandan wangi akan rusak selama masa tersebut bila tidak dikeringkan.

Daun yang sudah kering kemudian diserbuk dengan blender dan diayak menggunakan ayakan tepung. Proses penyerbukan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga meningkatkan luas permukaan kontak dengan cairan penyari, sementara pengayakan dimaksudkan agar ukuran partikel yang didapat lebih seragam dan dengan demikian aliran cairan penyari di dalam perkolator menjadi teratur.

Serbuk yang akan diekstraksi direndam terlebih dahulu selama 24 jam dalam etanol 70%, hal ini bertujuan untuk membasahi sel-sel daun dengan cairan penyari sehingga zat aktif yang terkandung dalam daun pandan wangi menjadi lebih mudah tertarik pada proses perkolasi berikutnya. Serbuk yang telah terbasahi kemudian dipindahkan ke dalam perkolator sedikit demi sedikit sambil tiap kali ditekan-tekan agar pengisian padat merata. Jika pengisian tidak merata maka proses ekstraksi tidak berjalan dengan efisien sebab cairan penyari akan bergerak turun ke bawah dengan mencari jalan yang paling sedikit hambatannya.

Beberapa tetes perkolat pertama digunakan sebagai pembilas kertas saring dan perkolator agar kontaminan tidak ikut tercampur dalam keseluruhan ekstrak yang akan didapat, selanjutnya perkolat dibiarkan menetes dengan kecepatan sekitar 25 tetes tiap menit. Kecepatan yang digunakan harus optimal karena jika kecepatan mengalir terlalu cepat maka proses ekstraksi tidak berjalan dengan maksimal, sementara jika kecepatan mengalir terlalu lambat maka akan kehilangan efisiensi waktu. Selapis cairan penyari di atas serbuk harus


(64)

dipertahankan agar proses ekstraksi berjalan terus-menerus. Proses ekstraksi dihentikan jika perkolat yang menetes tampak hampir jernih karena diasumsikan seluruh kandungan zat aktif di dalam serbuk telah terekstraksi.

Perkolasi dipilih sebagai metode ekstraksi dalam penelitian ini karena metode yang dilakukan relatif mudah, dan hampir seluruh kandungan zat aktif dapat terekstraksi karena cairan penyari yang digunakan selalu baru sehingga tidak berada dalam kondisi jenuh. Prinsip dari metode perkolasi adalah cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk dan akan melarutkan zat aktif yang terkandung dalam sel yang dilaluinya. Cairan penyari akan bergerak ke bawah karena adanya gaya gravitasi, gaya beratnya sendiri, dan gaya tekan cairan penyari di atasnya dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung akan menahan.

Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% yang berarti mengandung 70% etanol absolut dan 30% air. Konsentrasi ini dipilih agar zat aktif yang terlarut dalam etanol dapat terekstraksi dengan baik dan zat aktif yang lebih terlarut dalam air juga dapat terekstraksi. Etanol digunakan sebagai cairan penyari dalam penelitian ini dikarenakan beberapa sebab, antara lain etanol merupakan pelarut yang universal dan diijinkan penggunaannya dalam makanan, selain itu etanol mempunyai sifat dapat menghambat pertumbuhan kapang dan kuman, dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan, dan panas yang diperlukan untuk pemekatan juga lebih sedikit.

Perkolat yang didapat kemudian dipekatkan untuk menghilangkan cairan penyari, dilakukan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator. Kelebihan penggunaan vacuum rotary evaporator jika dibandingkan alat pemekat lain seperti


(65)

waterbath adalah adanya efisiensi waktu dan pemaparan suhu yang tidak terlalu tinggi karena tekanan udara di dalam labu diatur lebih rendah daripada tekanan udara sekitarnya. Ekstrak hasil pemekatan kemudian dikeringkan lagi di dalam oven dengan suhu 40ºC untuk menghilangkan sisa-sisa air dalam cairan penyari yang belum teruapkan. Ekstrak tersebut diletakkan di dalam cawan petri agar luas permukaan lebih besar dan proses penguapan air lebih cepat.

Hasil akhir yang diperoleh berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman dengan bau yang khas. Kepastian adanya linalool dalam ekstrak yang didapat didasarkan pada pengamatan organoleptis, yaitu bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki bau yang sama dengan simplisia basahnya.

C.Hasil Uji Efek Antistres

Penelitian ini dilakukan untuk menguji kebenaran efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi pada mencit jantan menggunakan metode potensiasi narkose yang telah dimodifikasi, yaitu penggantian pentobarbital dengan natrium tiopental. Natrium tiopental, walaupun diindikasikan sebagai anestesi umum, merupakan obat golongan barbiturat yang bersifat dose dependent sehingga pada dosis rendah efek yang ditimbulkan hanya sebatas hipnotik. Penggunaan natrium tiopental jika dibandingkan dengan pentobarbital memiliki beberapa keuntungan, yaitu onset dan durasi yang lebih singkat sehingga waktu pengamatan menjadi lebih singkat. Perbedaan onset dan durasi antara pentobarbital dengan natrium tiopental dikarenakan adanya penggantian oksigen karbonil dengan belerang pada


(66)

karbon 2 natrium tiopental sehingga kelarutannya di dalam lemak akan meningkat (Bowman, and Rand, 1980).

Prinsip metode potensiasi narkose adalah induksi tidur pada mencit oleh natrium tiopental dan obat depresan akan mempotensiasi kerja hipnotik yang dimanifestasikan dengan perpanjangan waktu tidur mencit dibandingkan terhadap mencit kontrol negatif. Perpanjangan waktu tidur mencit merupakan angka yang didapat dengan cara menghitung selisih waktu tidur kelompok perlakuan dan waktu tidur kelompok kontrol negatif. Ekstrak etanol daun pandan wangi yang diuji diberikan pada mencit jantan secara oral dengan dosis 4000 mg/kgBB, 5040 mg/kgBB, 6350 mg/kgBB, dan 8000 mg/kgBB. Sebagai baku pembanding digunakan diazepam dengan dosis 0,260 mg/kgBB; 0,445 mg/kgBB; 0,760 mg/kgBB; dan 1,300 mg/kgBB. Kelompok kontrol negatif yang dimaksud adalah kelompok yang diberi vehikulum saja, yaitu aquades untuk diazepam dan CMC-Na 1% untuk ekstrak etanol daun pandan wangi sebab ekstrak etanol daun pandan wangi tidak terlarut dalam aquades melainkan tersuspensi oleh CMC-Na 1%. Dalam penelitian ini kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% tidak dihitung waktu tidurnya dengan asumsi bahwa pemberian CMC-Na 1% dan aquades memberikan hasil yang berbeda namun tidak bermakna.

Subyek uji yang digunakan dipilih mencit galur Swiss karena hewan uji ini mempunyai lebih banyak enzim glukuronidase dibandingkan hewan uji tikus putih. Enzim glukuronidase dibutuhkan dalam penelitian ini agar diazepam dapat terekskresi lebih cepat karena biotransformasi diazepam melalui jalur konjugasi asam glukuronat. Alasan pemilihan jenis kelamin jantan adalah untuk


(67)

meminimalisir variabel biologis dalam mencit yang disebabkan adanya faktor hormonal yang akan lebih tinggi pada mencit betina karena adanya daur estrus.

Data perpanjangan waktu tidur mencit teringkas dalam tabel I dan tersaji dalam grafik pada gambar 9.

Tabel I. Hasil rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit

Kelompok Dosis

(mg/kgBB) N

Jumlah perpanjangan waktu

tidur mencit (detik)

X ± SE (detik) I II III IV V VI VII VIII IX 16,667 0,260 0,445 0,760 1,300 4000 5040 6350 8000 6 6 6 6 6 6 6 6 6 0 6014 16327 21295 45583 5704 10995 20632 25405

0 ± 0

1002,330 ± 431,876 2721,167 ± 926,868 3549,167 ± 733,256 7595,167 ± 601,308 950,667 ± 516,238 1832,500 ± 451,293 3438,667 ± 977,470 4234,167 ± 487,713 Keterangan :

Kelompok I : kontrol negatif (aquades) Kelompok II, III, IV, V : kontrol positif diazepam

Kelompok VI, VII, VIII, IX : ekstrak etanol daun pandan wangi N : jumlah subyek uji

X : rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit SE : standar error

Jumlah perpanjangan waktu tidur mencit : Σ (waktu tidur mencit tiap kelompok – waktu tidur mencit kelompok kontrol negatif)

Data yang teringkas dalam tabel I menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif diazepam dan kelompok ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki perpanjangan waktu tidur dibandingkan terhadap kelompok kontrol negatif sehingga baik diazepam maupun ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki efek antistres karena mampu mempotensiasi kerja hipnotik natrium tiopental.


(68)

Gambar 9. Grafik rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit Keterangan gambar :

Kelompok II : kontrol positif diazepam dosis 0,260 mg/kgBB Kelompok III : kontrol positif diazepam dosis 0,445 mg/kgBB Kelompok IV : kontrol positif diazepam dosis 0,760 mg/kgBB Kelompok V : kontrol positif diazepam dosis 1,300 mg/kgBB

Kelompok VI : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000 mg/kgBB Kelompok VII : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 5040 mg/kgBB Kelompok VIII : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 6350 mg/kgBB Kelompok IX : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 8000 mg/kgBB

Pada gambar 9 terlihat bahwa rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit kelompok kontrol positif diazepam mengalami peningkatan secara bertahap. Semakin besar dosis maka semakin lama pula perpanjangan waktu tidurnya maka dapat dikatakan bahwa diazepam tergolong dalam dose dependent drugs. Obat-obat ini jika diberikan dalam dosis yang lebih besar maka bioavailabilitas Obat-obat dalam tubuh akan meningkat dan jumlah yang tersedia untuk berikatan dengan reseptor semakin banyak, selain itu proses biotransformasi obat menjadi semakin lama sehingga durasi menjadi semakin panjang. Rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit kelompok ekstrak etanol daun pandan wangi juga tampak mengalami peningkatan secara bertahap tetapi belum dapat dikatakan apakah ekstrak etanol daun pandan wangi tergolong dalam dose dependent drugs sebab bila peningkatan


(69)

itu berbeda tidak bermakna maka tidak ada hubungan yang linier antara dosis dengan efek yang dihasilkan.

Nilai standar error digunakan untuk melihat simpangan yang terjadi pada populasi berdasarkan data sampel sehingga semakin banyak sampel yang diambil semakin kecil standarerrornya. Distribusi perpanjangan waktu tidur mencit pada populasi dihitung dengan taraf kepercayaan 95% (Gambar 10).

Gambar 10. Grafik rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit ± 2SE Keterangan gambar :

High : rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit + 2SE Low : rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit – 2SE Close : rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit

Kelompok II : kontrol positif diazepam dosis 0,260 mg/kgBB Kelompok III : kontrol positif diazepam dosis 0,445 mg/kgBB Kelompok IV : kontrol positif diazepam dosis 0,760 mg/kgBB Kelompok V : kontrol positif diazepam dosis 1,300 mg/kgBB

Kelompok VI : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000 mg/kgBB Kelompok VII : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 5040 mg/kgBB Kelompok VIII : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 6350 mg/kgBB Kelompok IX : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 8000 mg/kgBB


(70)

Standar error yang besar pada penelitian ini disebabkan karena keterbatasan jumlah subyek uji yang digunakan. Hal lain yang turut mempengaruhi keseragaman hasil penelitian adalah subyek uji itu sendiri, yaitu mencit jantan yang berasal dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Beberapa variabel pengacau telah berusaha dikendalikan tetapi faktor hereditas mencit tidak dapat ikut dikendalikan. Sebaiknya mencit yang digunakan berasal dari dua kelahiran pertama karena mencit-mencit yang berasal dari kelahiran ketiga dan seterusnya memiliki beberapa sifat yang berbeda dari induknya yang kemudian akan mempengaruhi homogenitas hasil penelitian.

Data perpanjangan waktu tidur mencit kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna. Pertama data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Pada uji ini diperoleh hasil bahwa data terdistribusi normal yang dapat dilihat dari nilai signifikansi (probabilitas) yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (α = 5%), yaitu 0,528. Hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada lampiran 4.

Untuk mengetahui apakah variansi data homogen atau tidak maka dilakukan uji homogenitas variansi. Pada uji homogenitas variansi diperoleh nilai signifikansi 0,065 sehingga dapat dikatakan bahwa data memiliki variansi yang homogen. Hasil dari uji homogenitas variansi dapat dilihat pada lampiran 5.


(71)

Uji Anova satu arah kemudian dilakukan untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna pada perpanjangan waktu tidur mencit antar kelompok (tabel II dan lampiran 6).

Tabel II. Hasil Anova satu arah perpanjangan waktu tidur mencit Jumlah

kuadrat

Derajat

bebas Mean kuadrat F Signifikansi Antar kelompok

Dalam kelompok Total

2,0 x 108 1,1 x 108 3,0 x 108

7 40 47

27910830,378 2706237,771

10,314 0,000

Berdasarkan uji Anova satu arah dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara perpanjangan waktu tidur mencit kelompok diazepam dan kelompok ekstrak etanol daun pandan wangi terdapat perbedaan yang bermakna. Untuk mengetahui dosis mana saja yang menunjukkan perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%. Pada uji Scheffe setiap dosis dari kedua kelompok perlakuan dibandingkan dengan dosis yang lain sehingga dapat diketahui dosis mana yang berbeda bermakna dan berbeda tidak bermakna. Hasil dari uji Scheffe ini disajikan dalam tabel III dan terlampir pada lampiran 7.


(72)

Tabel III. Hasil uji Scheffe perpanjangan waktu tidur mencit II III IV V VI VII VIII IX II - TB TB B TB TB TB TB III TB - TB B TB TB TB TB IV TB TB - B TB TB TB TB V B B B - B B B TB VI TB TB TB B - TB TB TB VII TB TB TB B TB - TB TB VIII TB TB TB B TB TB - TB

IX TB TB TB TB TB TB TB - Keterangan :

B : berbeda bermakna TB : berbeda tidak bermakna

Kelompok II : kontrol positif diazepam dosis 0,260 mg/kgBB Kelompok III : kontrol positif diazepam dosis 0,445 mg/kgBB Kelompok IV : kontrol positif diazepam dosis 0,760 mg/kgBB Kelompok V : kontrol positif diazepam dosis 1,300 mg/kgBB

Kelompok VI : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000 mg/kgBB Kelompok VII : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 5040 mg/kgBB Kelompok VIII : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 6350 mg/kgBB Kelompok IX : ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 8000 mg/kgBB

Data yang termuat dalam tabel III dapat diinterpretasikan sebagai berikut keempat peringkat dosis ekstrak etanol daun pandan wangi mempunyai efek antistres yang setara. Diazepam dosis 0,260 mg/kgBB; diazepam 0,445 mg/kgBB; dan diazepam dosis 0,760 mg/kgBB mempunyai efek antistres yang setara. Ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 4000 mg/kgBB, ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 5040 mg/kgBB, dan ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 6350 mg/kgBB mempunyai efek antistres yang setara dengan diazepam dosis 0,260 mg/kgBB; diazepam 0,445 mg/kgBB; dan diazepam dosis 0,760 mg/kgBB. Ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 8000 mg/kgBB mempunyai efek antistres


(73)

yang setara terhadap semua peringkat dosis diazepam. Kesetaraan efek antistres ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 8000 mg/kgBB terhadap semua peringkat dosis diazepam mungkin disebabkan oleh side effect eliminating substrate yang artinya bahwa zat aktif yang menyebabkan efek antistres dihilangkan atau dikurangi oleh zat lain yang terkandung dalam daun pandan wangi.

Adanya kesetaraan efek antistres di antara kelompok ekstrak etanol daun pandan wangi membuktikan bahwa ternyata ekstrak etanol daun pandan wangi tergolong dalam all or none response drugs yang artinya efek yang ditimbulkan tidak dipengaruhi oleh besarnya dosis. Berdasarkan hal tersebut maka dosis terapi yang dipilih adalah dosis 4000 mg/kgBB dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti efisiensi bahan, keamanan ekstrak dan efek yang ditimbulkan.


(1)

68

9 -3283.500 949.779 .135 -7052.00 485.00 7 2 830.167 949.779 .997 -2938.33 4598.67 3 -888.667 949.779 .996 -4657.17 2879.83 4 -1716.667 949.779 .853 -5485.17 2051.83 5 -5764.667(*) 949.779 .000 -9533.17 -1996.17 6 881.833 949.779 .996 -2886.67 4650.33 8 -1606.167 949.779 .891 -5374.67 2162.33 9 -2401.667 949.779 .506 -6170.17 1366.83 8 2 2436.333 949.779 .487 -1332.17 6204.83 3 717.500 949.779 .999 -3051.00 4486.00 4 -110.500 949.779 1.000 -3879.00 3658.00 5 -4158.500(*) 949.779 .020 -7927.00 -390.00 6 2488.000 949.779 .459 -1280.50 6256.50 7 1606.167 949.779 .891 -2162.33 5374.67 9 -795.500 949.779 .998 -4564.00 2973.00 9 2 3231.833 949.779 .149 -536.67 7000.33 3 1513.000 949.779 .919 -2255.50 5281.50 4 685.000 949.779 .999 -3083.50 4453.50 5 -3363.000 949.779 .116 -7131.50 405.50 6 3283.500 949.779 .135 -485.00 7052.00 7 2401.667 949.779 .506 -1366.83 6170.17 8 795.500 949.779 .998 -2973.00 4564.00 * The mean difference is significant at the .05 level.


(2)

69

Lampiran 8.

Gambar 11. Foto tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)


(3)

70

Lampiran 9.

A

B C

D

Gambar 12. Foto ekstraksi daun pandan wangi secara perkolasi Keterangan :

A= perkolator

B = cairan penyari (etanol 70%) C = serbuk daun pandan wangi D = penampung


(4)

71

Lampiran 10.

Gambar 13. Foto ekstrak etanol daun pandan wangi


(5)

72

Lampiran 11.

A

B

Gambar 14. Foto pelaksanaan uji antistres Keterangan :

A = bejana pengamatan B = styrofoam (alas tidur)


(6)

73

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Eveline merupakan putri dari pasangan bapak Kurnia Sutanto dan ibu Herawati Setiawan, dilahirkan pada tanggal 22 Oktober 1985 di Jakarta. Menempuh pendidikan yang dimulai dari TK Dewi Sartika III Tangerang pada tahun 1990-1991, dilanjutkan SD Strada Slamet Riyadi II Tangerang pada tahun 1991-1997, SLTP Bruderan Purworejo pada tahun 1997-2000, dan SMU Bruderan Purworejo pada tahun 2000-2003.

Pendidikan tinggi yang ditempuh di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dimulai tahun 2003 hingga tahun 2008. Penulis juga berkesempatan menjadi asisten pada praktikum Toksikologi dan Bioanalisis pada semester gasal tahun ajaran 2007/2008.